"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif--" ucap mbak-mbak operator untuk ke sekian kalinya.
Kayana berdecak kesal lalu menghempaskan dirinya dikasur. Menyerah untuk menghubungi Lisa yang barangkali memang se budeg itu sampa ditelfon berkali-kali pun nggak bangun-bangun.
Hari ini Lisa sudah berjanji menemani Kayana membeli dress untuk pesta pernikahan sepupu nya, tapi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 1 siang sedangkan mereka janjiannya jam 10 pagi. Aih kalau begini keburu mall nya rame. Memang ya kalau mau pergi kemanapun itu harusnya nggak usah janjian dulu, gini nih kalau suatu hal terlalu direncanakan. Lebih sering batal nya ketimbang jadinya.
Tiba-tiba saja ponsel Kayana berdering keras, refleks matanya melihat ke caller id. Namun bukannya Lisa malah pak Dosen yang menghubungi nya. Ada perlu apa sih? weekend masih aja nelfon.
"Halo.." ucap suara diseberang sana.
"Iya halo pak..." Kayana menjawab setengah ikhlas, sedikit nggak rela weekend nya kepake buat menjawab telfon sang Dosen.
"Draft skripsi kamu untuk bab 4, masih ada yang salah kemarin. Sudah kamu kirim perbaikannya?" tanya Adrian nggak pakai basa-basi.
Kayana memutar bola matanya malas, ini orang kalau mengecek email nggak pernah becus. Padahal subjek emailnya sudah dia kasih capslock semua biar eye-catching tapi ini cowok emang doyan marah-marah dulu sebelum mengecek dengan benar.
"Pak..saya sudah kirim revisiannya dari kemarin malam loh ke email bapak,sudah bapak cek belum?" respon Kayana berusaha sabar.
Tiba-tiba Adrian terdiam sejenak,mungkin pria itu sedang mengecek emailnya.
"Oh..iya." sahutnya tanpa beban,setelah puas mengomeli Kayana.
"Yasudah, kamu langsung angsur untuk bab 5. Tinggal kesimpulan dan saran kan, menurut saya itu nggak sulit." ucap Adrian enteng.
Kayana kembali merebahkan diri di kasur sambil memijat pelipis.
Asli, capek banget.
Bisa nggak sih, setidaknya satu hari dalam satu minggu dia dikasih istirahat gitu. Mboh loh ya, dia tahu Adrian ini pekerja keras. Tipe-tipe yang suka mengejar mimpi sampai ke negeri china, tapi hari ini dia pengen stay di Jakarta dulu. Di rumahnya tercinta, menuntut ilmu nya ditunda dulu.
"Pak,sekarang hari minggu loh pak." sahut Kayana jutek.
"Ya, terus kenapa kalau hari minggu?artinya kamu bisa bermalas-malasan gitu?" serang Adrian balik.
"Bukan gitu pak,artinya...saya punya jatah untuk beristirahat sejenak tanpa memikirkan skripsi saya pak." sela Kayana.
Adrian menghela nafas mendengar jawaban Kayana yang terkesan keras kepala.
"Mindset nya gaboleh begitu,harusnya kamu lebih giat lagi karena punya banyak waktu kosong hari ini. Kalau mau nya santai terus, ya tahun depan sajalah kamu wisuda nya." seru Adrian tajam plus nyelekit.
"Bapak jangan doa in saya yang jelek-jelek gitu lah pak." respon Kayana takut ucapan Adrian menjadi kenyataan.
"Kalau bab 5 nya kamu selesaikan sekarang,besok langsung saya Acc." jawaban pria tersebut seolah membawa angin segar pada Kayana.
Tapi dia nggak mau cepat-cepat termakan ucapan Adrian, takut kecewa plus sakit hati karena lebih sering revisi nya dari pada ACC nya.
"Beneran ya pak?" ujar Kayana meragu.
"Hmm..." sahut Adrian datar
"Kalau nggak ada perjanjian diatas kertas sama dengan hoax pak."
"Yasudah kamu screenshoot ucapan saya saja,bisa?" balas Adrian jutek.
"Hehehe...Saya percaya kok sama bapak. Kalau begini tiap revisi kan bapak jadi makin ganteng pak." puji Kayana dengan nada riang.
"Yaa...yaa kalau kamu terus bergurau, revisi nya gajadi saya Acc besok." sahut Adrian datar.
Kayana langsung mingkem, nggak berani melawan. Bisa repot kalau dia ikutan nyolot, takut skripsinya batal di ACC.
Tiba-tiba Kayana teringat perihal janji nya dengan Lisa yang batal hari ini. Tapi enggak deh, masa minta temanin belanja sama Dosen sendiri. Terus,kalau ke-gap sama teman-teman nya gimana?
Tapi seharusnya Kayana nggak perlu khawatir, kuliah di jurusan kesehatan. Jangankan jalan-jalan, weekend begini sudah pasti teman-teman nya pada pingsan dikasur.
"Bapak lagi sibuk ngga pak?" Kayana bertanya.
"Engga tuh,ada apa?"
"Bisa temenin saya buat nyari sesuatu nggak pak?" tanya Kayana polos,tanpa menyadari bahwa ajakan nya tersebut berhasil membuat Adrian cenat-cenut, radar bucin nya kembali menyala.
"Mau nyari apa memang?" Tanya Adrian penasaran.
"Ada deh...nanti bapak juga tau. Kalau gitu saya tutup dulu telfon nya ya pak.Bye..." putus Kayana sepihak tanpa menunggu respon pria tersebut.
Tak lama kemudian, telfonnya berdering lagi. Langsung saja Kayana menggeser tombol panggilan.
"Memangnya kapan saya bilang iya?" ucap Adrian sok judes,begitu panggilan nya tersambung.
"Heheh...kalau kita berdebat lebih lama lagi pasti ujung-ujungnya bapak gamau. Temenin saya yuk pak,sekalian refreshing. Bapak gabosen pacaran sama buku terus?" Bujuk Kayana.
"Terus apa untungnya buat saya nemanin kamu, yang refreshing kan kamu, saya cuma kebagian capeknya saja." respon Adrian malas.
"Saya bikinin bapak bekal setiap hari deh selama seminggu sebagai gantinya."
"Cuma seminggu?" Ejek Adrian.
"Okedeh 10 hari" putus Kayana akhirnya.
"Saya maunya sebulan." ujar Adrian dikasih hati minta jantung.
"Kalau bapak mau saya masakin sebulan penuh,mending bapak catering sama saya pak. Bisa tekor saya kalau selama itu." respon Kayana sebal.
"Saya maunya sebulan." sahut Adrian keras kepala.
"Yasudah gajadi pak,saya minta tolong Bagas saja,kayaknya dia lebih ikhlas." putus Kayana pada akhirnya.
Mendengar nama Bagas disebut, Adrian langsung meradang seketika "Oke deal,sepuluh hari." potong Adrian cepat,takut Kayana berubah pikiran.
Kayana nggak mengerti kenapa Adrian bisa segampang itu dikompori, kalau urusan dibanding-bandingkan sepertinya pria ini nggak pernah mau kalah. Lagipula dia nggak sedekat itu sampai berani minta tolong ke Bagas. Segampang itukah Adrian dikibulin?
"Okedeh pak...kita langsung ketemu di Lippo Mall aja ya pak. Kira-kira satu jam lagi kita ketemu disana, saya mau siap-siap dulu."
"Jangan, saya jemput aja." tolak Adrian.
"Loh, bukannya jadi bolak-balik ya pak?" tanya Kayana heran.
"Nggak, rumah kita searah. Saya jemput saja." sahut Adrian pakai bohong.
"Oke deh pak..see you."
"See you too."balas Adrian lalu menutup panggilannya.
***
"Ini apa?" tunjuk Adrian pada paper bag yang dibawa Kayana saat wanita itu masuk kedalam mobil.
"Hehe...ini bekal buat bapak.Jadi terhitung 10 harinya mulai hari ini ya pak." ucap Kayana riang sambil membuka paper bag nya.
Kayana pun menyodorkan kotak bekal berisi sandwich. "Nih pak..cobain deh."
"Maaf ya pak,sederhana banget hehe. Soalnya waktu saya mepet, jadi cuma sempat buatin sandwich. Next time saya bikinin yang enak-enak." ucap Kayana.
Adrian mengambil sepotong sandwich dan langsung mencicipi nya.
"Enak pak?" Tanya Kayana penuh harap.
Adrian pura-pura berpikir keras sambil mengunyah pelan,membuat Kayana yang menunggu jawabannya harap-harap cemas.
"Enak kok...tapi" ujar Adrian menggantung,muka Kayana langsung tegang.
"Kurang enak ya pak." balas Kayana sedih.
"Kurang banyak." lanjut Adrian jenaka sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Kayana langsung bernafas lega lalu menatap Adrian tajam "Saya pikir tadi gaenak lho pak! Saya sampai cemas takut nggak sesuai sama selera bapak." balas Kayana kesal.
"Enak kok hahah...buat saya semua boleh? Laper banget soalnya." Kayana menangguk pasti.
"Saya bikinnya memang buat bapak."
Mata Kayana menyipit saat melihat Adrian memakan sandwich dengan sebelah tangannya, sedangkan tangan satu nya lagi menyetir mobil dengan leluasa.
"Tuhkan...bisa makan sendiri. Kemarin katanya susah makan kalau sambil nyetir. Buktinya bapak bisa." ujar Kayana sangsi.
"Terus kamu ga ikhlas kemarin? Nyuapin saya?" Balas Adrian judes.
"Yaudah deh saya ikhlas." Kayana pilih mengalah, capek juga dia tiap hari adu mulut terus, yang dilawan juga Adrian yang kadar nyinyirnya nggak kira-kira.
Lebih baik dia simpan tenaga nya untuk jalan-jalan di mall nanti, kalau berdebat sekarang keburu tenaga nya habis. Suara nya pun bisa habis, lebih baik dia iyakan saja demi terciptanya perdamaian abadi diantara mereka,setidaknya untuk hari ini.
Adrian mengangguk puas mendengar jawaban Kayana. "Btw kamu sudah makan?"
"Gaperlu khawatir pak,saya kalau dirumah kerjanya makan terus." Kayana tertawa ringan.
"Gimana saya bisa kurus ya pak,kalau kerjaan nya makan terus." kata Kayana merasa heran dengan kapasitas lambung nya yang infinity.
"Kamu sudah cukup kok kayak gini,gausah diet-diet." respon Adrian santai sambil menghabiskan gigitan terakhir sandwich nya.
Kayana langsung bersemu, ahela receh banget hati nya. Itu cuma pemanis semata kan, biar dia nggak insecure-insecure amat sama dirinya sendiri, pria disebelahnya ini cuma bersikap baik.
"Hahaha, makasi lho pak sudah menghibur saya." Kayana tertawa canggung.
"Kay...look in the mirror and see yourself, you look gorgeous. "
Kali ini Adrian memuji nya terang-terangan sambil menatap Kayan tepat di manik mata nya. Detak jantung nya menggila, pipi nya langsung merona.
"Hmmm...Langitnya cerah ya pak." celetuk Kayana asal, berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Tapi sayang nya langit terlalu gelap untuk dibilang cerah, kalau se mendung ini nggak sampai lima menit juga bakalan turun hujan.
Adrian balas menatapnya heran. "Mata kamu sehat? Mendung begini kamu bilang cerah?"
"Mendung kan belum berarti hujan pak, bisa jadi cuma gerimis doang." jawab Kayana berkalakar setelah menyadari kebodohannya.
"Saya cuma berpositif thinking hari ini bakalan cerah" ujarnya menambahkan.
"Ya..saya harap juga begitu. Saya juga gak begitu suka hujan." respon Adrian.
"Kenapa?" Tanya Kayana penasaran.
"Hm...suasanya terlalu dingin,saya gasuka." Adrian mengendikkan bahunya.
"Mungkin, karena dari kecil orang tua saya sibuk bekerja dan kakak saya boarding school jadi jarang dirumah kecuali libur semester.Most of the time saya cuma tinggal berdua dirumah dengan nanny saya dan tiap hujan saya selalu merasa kesepian, mungkin karena terbawa suasana juga sih." lanjut Adrian lagi.
Kayana sedikit iba saat mendengar cerita Adrian, pria disebelah nya ini pasti sering merasa kesepian sedari kecilnya.
"Tapi saya juga ga begitu suka hujan kok pak,lebih tepatnya saya gasuka petir."
"Kenapa?"
"Hmm...saya takut petir karena suaranya nyeremin. Setiap ada petir saya selalu tidur bareng orang tua saya karena takut."
"Belum lagi setiap hujan satu rumah bakalan kelimpungan karena atap rumah saya bocor dan airnya merembes kedalam." timpal Kayana.
Lihatlah perbedaan kehidupan mereka,tuan muda Adrian mana pernah merasakan atap rumah bocor ataupun riwehnya mengepel rumah saat banjir karena hujan lebat.
"Terus kalau sekarang bapak masih gasuka hujan?" tanya Kayana lagi.
"Sekarang? Kalau sekarang lagi engga sih soalnya ada kamu. Hujannya lama pun saya senang-senang saja." ucap Adrian pakai gombal, duh perut Kayana geli. Berasa ada kupu-kupunya juga engga, lebih ke cringe.
"Hadu..." cicit Kayana malu menutup setengah wajahnya, Adrian pun tertawa terbahak melihat reaksi wanita itu.
"Gimana? Jago kan saya?" tanya Adrian sambil menaik turunkan alisnya.
"Banget pak...banget." Kayana mengacungkan jempolnya.
"Belajar dari mana pak? Gombalan kayak gitu?" Tanya Kayana setelah berhasil menormalkan ekspresinya.
"Hmm...memangnya hal seperti ini perlu dipelajari ya." ujar Adrian sombong.
"Iya deh pak, yang sudah banyak pengalaman." respon Kayana sambil mengangguk paham.
"Emang mantan bapak seberapa banyak sih pak, sewaktu kuliah dulu?"
"Kenapa tanya-tanya?kamu cemburu kalau mantan saya banyak?" Goda Adrian.
"Iish..saya cuma kepo doang pak. Yasudah kalau gitu pertanyaan nya saya cancel." sahut Kayana kesal.
"Hahah..memang nya bisa begitu?"
"Bisa! Kan pertanyaan saya,jadi suka-suka saya." balas Kayana jutek
"Hahah...Selama kuliah saya gapernah pacaran,beberapa kali pernah dekat tapi saya langsung mundur saat tahu mereka cuma incar hal lain dari saya. Dan sewaktu di Melbourne, banyak juga yang deketin saya buat sekedar 'have fun'. Kamu tahulah kehidupan di Aussie seperti apa, tapi nope saya gaminat sama yang begituan." jelas Adrian.
"Wah..keren..keren." respon Kayana takjub, jarang-jarang ada yang tahan godaan sewaktu kuliah di luar. Rata-rata temannya yang melanjutkan studi keluar negri, pola kehidupan mereka sudah berubah 180°.
"Gimana...idaman banget kan saya?" kata Adrian pede.
"Parah sih pak...sudah pasti idaman banget. Gawat nih,bisa bisanya bapak jomblo ya pak." Kayana menambah bumbu.
"That's it." respon pria tersebut menyetujui. Bagaimana bisa orang sesempurna dia ditakdirkan jomblo?
"Kalau kamu gimana? Semasa kuliah? Sudah berapa kali pacaran?" Adrian ganti bertanya.
"Gapernah pak,toh yang ngelirik saya juga gaada dan banyak yang lebih cantik juga dikampus. Kalau dibandingkan sama mereka, saya cuma remahan rengginang pak. Gabakalan dilirik."
"Kamu itu bukannya gaada yang ngedeketin." respon Adrian.
"Lah...memang gaada kok." sela Kayana yakin.
"Ada, tapi kamu yang terlalu ga peka." jawab Adrian ambigu.
Perasaan sejak pertama kali Kayana menginjakkan kaki dikampus, sampai sekarang dia sudah ngebet ingin keluar dari kampus. Belum pernah ada tuh yang bilang suka sama dia, jangan kan suka. Yang ngedeketin juga nggak ada! Kayana nggak mengada-ada kok, memang aslinya nggak ada yang demen sama dia.
"Kamu itu jangan terlalu baik sama semua orang, terutama cowok. Mereka bisa salah paham dan anggap kamu suka sama mereka. Saya takut kamu kenapa-napa kalau ada cowok yang ga terima saat kamu tolak,terus nyakitin kamu." Adrian menasehati.
"Intinya,kamu gausah percaya sama cowok. Rata-rata cowok itu buaya dan gaada yang bener."
Kayana kembali menangguk,merasa relate dengan ucapan Adrian. Bercermin dari kehidupan percintaan orang-orang disekitar nya, yang namanya cowok itu nggak ada yang bener. Ada sih, tapi sedikit banget dan belum tentu juga mau sama dia
"Tapi kan bapak juga cowok." Kayana menggumam pelan.
"Saya pengecualian dong! Buat apa saya nasehatin kamu, kalau saya nya nggak bener. Kamu meragukan saya?" Adrian merasa tersinggung.
"Termasuk si Bagas-Bagas itu, gausah deket-deket."
"Tapi dia baik kok." bantah Kayana.
"Kamu meragukan saya?dari segi experience saja saya ini jauh lebih berpengalaman dari kamu." respon Adrian tersinggung untuk kedua kalinya,sepertinya pria disebelahnya ini sudah terjangkit penyakit orang tua, sangat sensitif dan gampang tersinggung.
"Kamu, kalau mau temanan sama cowok. Bisa sama saya." terang Adrian tampak malu-malu.
"Bapak kan dosen saya, mana bisa jadi teman." balas Kayana menatap pria disebelahnnya heran.
"Bisa kok, mulai sekarang kita temanan." tegas Adrian.
Hah?
Apa sih?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
💕febhy ajah💕
hahahaha kanaya,,,, kanaya
kamu nga pekaan, pak dosen dah kasih lampu hijau itu
2023-07-13
1
Nabil Az Zahra
modusmu yaan yan,,sayang si kay nya ga peka atau lbh tpatnya ga mau menaruh harapan lg tkut di tolak kli ya kay?🤪
2023-06-19
1