Kayana bertopang dagu, menatap ke arah jendela dengan tatapan lesu. Dia tidak begitu menaruh perhatian terhadap ocehan Lisa disampingnya.
Entah kenapa hari ini terasa sedikit runyam. Biasanya Kayana tidak pernah iri dengan progress orang-orang, tapi hari ini dia merasa sedikit iri dengan obrolan teman-teman nya perihal nanti wisudan make up-nya dimana, pakai jasa fotografer siapa, dan lainnya.
Sedangkan Kayana masih berkutat dengan revisi skripsinya yang tiada akhir, kalau di ingat-ingat rasanya dia ingin menyerah setiap kali hasil revisinya ditolak oleh Adrian, dalam hati yang terdalam ia ingin menyerah saja. Tapi Kayana sadar diri dan selalu teringat Ibunya yang sudah bersusah payah membiayai kuliahnya sejak Ayahnya meninggal 2 tahun lalu.
Namun, Kayana juga merasa sangat lelah dengan kuliahnya,rasanya dia ingin menangis setiap kali hasil revisi yang dirasanya sudah benar namun ternyata belum cukup bagus dimata Adrian.
Sudah sejauh ini mendadak Kayana merasa bahwa penelitiannya sudah salah judul,salah langkah dan terlalu berani mengambil sub-topik yang kelihatan keren,tapi nyata nya bidang itu bukan spesialisasinya.
"Cape banget gue Lis." Kayana menyenderkan kepalanya di bahu Lisa.
"Cape kenapa?" Lisa mengalihkan pandangan dari ponselnya dan menatap Kayana bingung.
"Hidup gue rasanya berat banget,gue dikejar target untuk wisuda tahun ini,tapi rasanya otak gue sudah ga mampu untuk ngelanjutin TA.Pengen nyerah aja rasanya." suara Kayana bergetar. Belum cerita saja air matanya sudah keluar duluan.
"it's okay kok,kalau lo ngerasa capek dan beban. Keluarin aja semua,gue bakalan dengerin." ucap Lisa menenangkan dan seketika tangis wanita itupun pecah.
Walaupun selama ini dia kelihatan ceria, diam-diam Kayana selalu memikul beban berat dihatinya dan Lisa tahu persis kalau sahabatnya itu tipe orang yang selalu memendam segala hal nya sendiri dan berusaha terlihat kuat. Padahal ibarat kaca, Kayana itu sebenarnya rapuh.
Lisa tidak pernah memaksa wanita itu untuk bercerita kecuali Kayana sendiri yang berinisiatif,dan lihatlah hasil keegoisan Kayana untuk memendam semua masalahnya seorang diri,tanpa sadar dia menyakiti dirinya sendiri.
Kayana selalu merasa tidak cukup baik dalam semua hal,serta merasa marah pada dirinya sendiri karena belum bisa membahagiakan orang-orang disekitarnya. Padahal itu diluar kapasitasnya, we can't please everyone right?
"Kalau papa masih ada,pasti beliau akan bilang 'gapapa Kay,kalau kamu gagal. Yang penting kamu sudah mengusahakan yang terbaik,papa tetap bangga sama kamu' terus gue diajakin keliling jalan sudirman sambil dibeliin martabak favorite gue" ujar Kayana tersedu-tersedu.
"Sekarang gue sudah gabisa cerita sama siapa-siapa lagi soal beratnya hidup. Cerita sama nyokap,takut bikin doi down lagi. Sama sodara juga gabisa, gue bener-bener ngerasa sendiri." lanjutnya lagi sesegukan.
"Skripsi gue gak kelar-kelar padahal sudah masuk tahun ke 4 kuliah, temen-temen gue sudah pada haha hihi foto wisuda sedangkan gue masih stuck disini.Gue bener-bener ngerasa gagal." Lisa hanya mendengarkan keluh kesah Kayana tanpa membantah,dia tetap memeluk sahabatnya erat sambil menepuk lembut punggung Kayana,berusaha menenangkannya.
"Gue belum bisa jadi anak yang baik, dan jujur gue stress banget mikirin ibu gue yang harus keluar biaya lagi,kalau gue gagal wisuda tahun ini." air matanya terus mengalir tanpa bisa dia cegah.
"Udah?ada uneg-uneg yang mau dikeluarin lagi?" Tanya Lisa dari balik punggung Kayana setelah tangisan wanita tersebut sedikit mereda.
"Kay, sedari awal lo itu gapernah sendiri. Gue selalu ada disisi lo,jadi no freakin way! Lo gaboleh ngerasa sendirian lagi,okay?kapapun lo ngerasa ada masalah dan mau cerita sama gue,anytime bakalan gue jabanin. Gue bisa sedih kalau lo selalu ngerasa sendiri,meanwhile gue selalu ada buat elo kapanpun dan dimanapun,kecuali pas lagi ngehalu oppa." ujar Lisa lembut sambil menyisipkan sedikit candaan untuk menghibur Kayana.
"Bokap lo pasti sudah bangga kok diatas sana,karena dia punya anak perempuan sehebat elo,yang hatinya sekuat baja. Dan nyokap lo gak bakalan kecewa sama elo! Kalau gue punya anak sekuat elo,bakalan bersyukur plus bahagia banget lah gilak."
"Dan soal skripsi lo,gue yakin bakalan selesai. Cepat atau lambat pasti akan berproses. Jalani saja kay,stop membandingkan diri elo sama orang lain,setiap manusia itu punya timeline nya masing-masing. Nikmatin sajalah,kalau lo pusing soal biaya kuliah,kan ada gue. Nanti kita open BO bareng heheh" ujar Lisa cengegesan.
"Anj-...Sesat lo setan" balas Kayana kesal sambil mencubit lengan Lisa.
"Seriusan deh hahah,jangan sedesperate itulah. Lo punya muka cantik gitu malah ga dimanfaatin,kekep itu anak tunggal kaya raya macam Bagas,atau Mario anak fakultas sebelah, doi kan pernah ngejar-ngejar elo waktu zaman maba." ujar Lisa memulai petuah sesatnya.
"Heh..gamungkin gue scamming duit anak orang" kata Kayana kesal lalu melepas pelukannya.
"Halah..lo juga suka duit kan" sindir Lisa.
"Suka,tapi gue ga sudi menambah dosa gue demi duit,oon!" balas Kayana jengkel.
"Hehe..iyasih.Dosa kan yak, yaudah sekarang lo libur dulu gih. Refreshing kek biar ga suntuk mumet pusing tujuh keliling atau perlukah kita ke bali wahai baginda ratu?" Tawar Lisa sambil menaik turunkan alisnya.
"Lo ga ngerti artinya gapunya duit ya,nyet!" Sembur Kayana marah.
Bali?dia pikir ongkos ke Bali itu semurah naik bajaj!
"Heh lo ga usah pusing,sabi nih. Abang gue yang kerja dikalimantan mau ngasih belanja bulan ini dan uang bulanan sisa kemarin juga gue tabung. Sabilah buat ke Bali 3-4 hari,kita pilih penginapan paling murah,kalau pengen hemat bin kikir kita tidur direst area saja,gausah manja." ujar Lisa menjelaskan,Kayana yang sudah merasa mumet kuadrat tak hingga pun akhirnya menyetujui usulan Lisa.
"Yaudah bebas deh, tabungan gue hasil ngasis dilab juga masih ada. Mulai hari ini gue bukan sobat misqueen lagi!" Ujarnya berapi-api.
Lisa mengacungkan kedua jempol nya bangga "Mantep."
***
"Hmm...sebenarnya sudah bagus sih,tapi kalau kamu mau menambahkan sedikit lagi dari referensi yang saya kasih ,mungkin bisa lebih konkrit lagi." komentar Adrian saat membaca draft skripsi Kayana, tuh kan lagi-lagi ada saja salahnya!
"Okay pak."
Adrian yang menyadari suara Kayana yang terdengar sengau seperti habis menangis mengalihkan pandangannya dari laptop dan menatap Kayana. Sontak matanya melebar kaget,saat melihat mata Kayana yang sembab dengan puncak hidung yang memerah.
Adrian menatap Kayana lekat dan jelas sekali sorot matanya kelihatan khawatir "Kamu habis nangis?"
Kayana menggeleng pelan "Engga kok pak, cuma kurang tidur." elak Kayana pakai bohong.
"Hmm..kamu nggak lagi sakit kan?atau mau saya antar pulang saja" tawar Adrian.
"Duh..gausah deh pak,saya beneran gapapa kok. Suer." Kayana mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan membentuk tanda peace.
"Yasudah..kalau gitu,mungkin kamu mau istirahat dulu? Atau mau tetap lanjut revisian nya?" tanya Adrian, sorot mata nya tampak melembut.
"Ga usah pak,gapapa..saya mau lanjut saja pak,biar cepat kelar hehe."
Adrian menyadari nada yang dipaksakan ceria tersebut. Entah mengapa penampakan Kayana dengan mata yang sembab membuat Adrian cukup terusik.
Adrian segera bangkit kemudian mengamit lengan Kayana "Kita pulang saja,saya gamau dicap sebagai dosen kejam karena ada mahasiswa yang keluar dari ruangan saya sambil nangis-nangis." ajak Adrian tak mau dibantah.
Kayana pun hanya menuruti langkah Adrian. Rasanya hari ini dia tidak ingin sendiri, dia ingin ditemani seseorang walaupun itu dari musuhnya sekalipun, Kayana butuh seseorang untuk bersandar.
Sesampainya dimobil, Adrian memundurkan sandaran kursi dan memastikan Kayana duduk dengan nyaman.
Adrian mengemudi mobil dengan kecepatan sedang, sesekali dia melirik ke sebelahnya, wanita itu tampak sedih dan sinar dimatanya tampak sedikit redup,tidak seperti biasanya. Dia lebih suka Kayana yang hobi nyolot dan melawan perkataan nya dibandingkan Kayana yang tampak sedih seperti ini. a part of his heart felt broken too.
"Ehm...kamu sudah makan?" Tanya Adrian berusaha memecah keheningan diantara mereka.
Kayana menjawab pelan "Sudah pak.."
"Oh..." respon Adrian.Lalu kemudian hening lagi.
Selama beberapa menit tidak ada pembicaraan apapun diantara mereka,lalu Adrian tiba-tiba mengarahkan mobilnya ke minimarket dan berhenti untuk membelikan Kayana berbagai jenis es krim.
"Nih." Adrian menyerahkan kantong plastik berisi berbagai macam eskrim kearah Kayana.
"Dipegang dong Kayana,tangan saya pegel ini." omel pria tersebut.
Kayana tampak bingung saat melihat sekantong penuh eskrim yang disodorkan Adrian padanya,perkiraan nya didalam plastik tersebut kurang lebih ada 8 buah eskrim. "Buat saya semua pak?" tanya nya polos.
"Iya buat kamu, saya gatau kamu sukanya apa. Jadi saya beli saja apa yang ada." sahut Adrian sambil menjalankan mobilnya kembali.
"Tapi ini kebanyakan pak,saya nggak yakin bisa habis. Bapak gamau satu atau dua?" Tawar Kayana sambil membuka salah satu bungkusan eskrim dengan varian rasa vanilla.
Adrian mengendikkan bahunya "Engga deh. Gigi saya ngilu makan yang dingin-dingin apalagi yang manis-manis begitu."
"Faktor usia ya pak." respon Kayana jenaka sambil tertawa, Adrian pura-pura memasang tampang tersinggung dan tak menggubris ucapan Kayana, melihat wajah Adrian yang tertekuk karena kesal Kayana pun kembali tertawa.
Diam-diam Adrian merasa lega,akhirnya Kayana bisa ceria lagi dan tertawa,wajahnya juga sudah tampak mendingan, tidak sesedih tadi lagi.
Dia baru pertama kali melihat ekspresi Kayana yang seperti itu,biasanya setiap kali mereka bertemu Kayana hanya menampilkan senyum cerah ataupun ekspresi marah serta gerutuan kesalnya saat kalah berdebat dengan Adrian perihal skripsinya.
"Thanks ya pak,kenapa sampai kepikiran buat beliin saya eskrim?" Tanya Kayana sambil menggigit eskrim nya bersemangat, berkat eskrim ini mood nya sedikit membaik.
"Saya kasihan saja liat muka kamu, tertekan banget. Kayak orang lagi patah hati saja,padahal saya yakin kalau kamu itu pasti jomblo." kata Adrian jenaka.
"Heh enak saja, yang suka sama saya banyak tau pak!" Kayana menatap sebal, tanpa sadar sifat pemarahnya kembali lagi, dan menurut Adrian artinya kondisi wanita itu sudah membaik kembali.
"Lebih banyak dari pada yang suka sama saya?" Ujar Adrian mengejek.
"Yah...gak sebanyak itu juga! Tapi pokoknya pasti ada.satu..dua..diluar sana" sahut Kayana kesal sambil menggigit besar eskrimnya,membuat Adrian yang sedang melihat kearah Kayana mendadak ngilu.
"Gigi kamu gak ngilu,makan langsung sekali banyak gitu" kata Adrian bergidik ngeri.
"Enggak tuh pak,gigi saya kan kuat dan sehat. Masih masa pertumbuhan" respon Kayana lalu membuka bungkusan eskrim nya yang kedua.
"Bapak gamau?" Tawar Kayana.
"Boleh,tapi kamu suapin ya" balas Adrian bercanda.
"Nggak ah..gamau. Makan saja sendiri,kan bapak punya tangan" Tolak Kayana.
"Tapi tangan saya kan lagi dipakai buat nyetir atau kamu mau saya nyetir nya free style tanpa megang setir mobil?" Cibir Adrian.
"Eh..jangan deh pak hehe,bahaya." kekeh Kayana.
"Yasudah,kamu saja yang makan. Saya gausah." jawab Adrian santai, matanya tetap fokus menatap kearah jalanan yang mulai padat merayap karena sudah memasuki jam makan siang.
Tiba-tiba saja Kayana menyodorkan eskrim ke mulut Adrian. "Nih.."
"Hah..kamu ngapain?" Adrian membeo.
"Katanya bapak mau eskrim,yasudah ini saya suapin." jawab Kayana.
"Cepetan dimakan pak,nanti eskrim nya meleleh. Mobil bapak bisa kotor loh." Adrian pun menerima suapan dari Kayana sambil menahan senyum.
"Tadi katanya gamau nyuapin saya." sindir Adrian.
"Saya gamau dicap sebagai mahasiswa jahat sampai-sampai dosen nya nangis karena gabisa makan eskrim." sahut Kayana enteng.
"Kamu tuh ya,ada aja jawabnya..." respon Adrian sambil menggeleng.
Kayana lanjut menyuapi Adrian sampai eskrim nya habis seluruhnya dan saat melihat sisa eskrim disudut bibir Adrian. Refleks tangannya bergerak mengambil selembar tisu lalu menyeka sisa eskrim diwajah pria itu.
"Done...udah bersih lagi." ujar Kayana senang, tanpa tahu bahwa pria disebelahnya sedang senam jantung.
***
Kurang lebih sudah 30 menit mereka berdua terjebak didalam macet, klakson mobil saling bersautan tatkala lampu lalu lintas menunjukkan warna hijau.
Kayana pun menghela napas saat melihat kendaraan yang mengular disepanjang jalan,jarak lampu lalu lintas masih jauh didepan,dia takut mati bosan saking canggung nya berduaan saja dengan Adrian.
Rasa-rasanya mereka kayak lagi kencan, Kayana merona malu saat mengingat tindakannya barusan. Udah yakin banget skripsi nya bakalan tembus sampai berani megang-megang bibir dosen?
Untuk yang kesekian kalinya Kayana menghela nafas melihat padatnya kendaraan, baik motor maupun mobil sama saja padatnya. Bahkan beberapa pengemudi tampak tak sabaran dan menyalip mobil Adrian dengan berani, padahal Rubicon milik Adrian gedenya nggak kira-kira, kalau ayla-nya yang menyalip disebelah mobil ini sudah pasti bakalan jadi kerupuk.
"Kamu kenapa buang nafas begitu terus?lagi yoga?" Celetuk Adrian asal.
"Bukan pak,macet banget nih saya sampe suntuk. Bapak ga bosen?"
"Engga ah,biasa aja." jawab Adrian kalem.
Gimana mau bosan, pujaan hati ada disebelahnya. Mau kejebak sampe malam pun dia monggo.
"Saya boleh puter lagu ga pak?" Tanya Kayana.
"Boleh..sambung saja langsung ke bluetooth nya." Adrian mengotak-atik tape mobil untuk menghubungkan ponsel Kayana dengan audio mobil.
"Hehe...saya denger lagu korea gapapa ya pak,lagi kepengen cosplay jadi cewe korea." Kayana sibuk memilih-milih playlist lagu dari handphone nya.
"Tapi saya gak mirip oppa korea tuh." cibir Adrian .
"Yee...siapa bilang saya mau cosplay bareng bapak,saya mau cosplay bareng calon suami saya kali." ucap Kayana sombong.
"Nih,lihat. Ganteng kan pak?" Kayana menyodorkan handphone nya ke arah Adrian yang menampilkan gambar artis korea.
"Bukan ganteng, itu tuh cantik,kayak cewek." sahut Adrian acuh. Pengen cemburu, tapi nggak jadi.
"Ini ganteng pak, bukan cantik." sahut Kayana tidak terima.
"Yaa..yaaa. Terserah kamu,intinya dia tetap gabisa kamu miliki."
Kayana langsung merengut karena yang diucapkan oleh Adrian adalah fakta.
"Jahat banget deh, pak. Iyain aja kek."
Adrian hanya memutar bola matanya. "Suka itu sama hal yang realistis dong Kay,dia saja nggak tau kalau kamu ada didunia ini. Suka itu sama orang-orang disekitar kamu saja, gausah jauh-jauh."
'sama saya contohnya' lanjut Adrian didalam hati.
"Siapa pak? Bagas?" Tanya Kayana polos,senyum Adrian luntur seketika dan moodnya jadi hancur.
"Nggak usah" sahut Adrian jutek
'Lah..kok jadi sensi' batin Kayana.
Sesekali Kayana bersenandung sambil mendengarkan playlist lagu boyband favorite nya. Namun lirik yang berbahasa korea itu terdengar kacau balau ditelinga Adrian.
"Diem...kamu gabisa bahasa korea,biar artisnya saja yang nyanyi. Nanti gendang telinga saya pecah kalau kamu paksain nyanyi terus" omel Adrian.
"I try my best kali pak." sebal Kayana sambil mencak-mencak.
"Ini lagu apa,kok kedengarannya sedih banget?" Tanya Adrian penasaran.
"Kenapa gak denger lagu yang ceria saja,kayak blackpink atau once apa twice nama girlgroup nya saya lupa" celetuk Adrian sok tahu.
"Kan saya lagi sedih pak,skripsinya luntang-lantung begini gimana mau bahagia." ucap Kayana setengah menyindir, barangkali pria tersebut bisa sadar, tapi seperti biasanya pria itu terlahir antikritik.
Adrian cuma mendengus dan cuek bebek saat mendengar jawaban Kayana.
Setelah terbebas dari kemacetan yang menguras tenaga -Adrian. Akhirnya kayana pun bernafas lega.
"Wah...panjang banget macet nya ya pak. Kayak antrian sembako."
Namun pria disebelahnya ini tetap bergeming.
"Pak."
Adrian merespon seadanya "Hmm?"
"Kayaknya saya kepengen boba deh pak." ujar Kayana tanpa beban.
"Yasudah beli saja,kamu tau dimana tempatnya?" respon Adrian santai.
Duh memang deh ya kalau jalan sama cowok good rekening gini nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Lama-lama dia berasa punya sugar daddy tiap jalan sama Adrian.
Mungkin saking kaya nya ini cowok tiap dapat gaji langsung disumbangkan ke dompet amal.
"Tau hehe..tapi pak." ucap Kayana ragu.
"Kenapa?"
"Tempatnya sudah lewat sejak 15 menit yang tadi hehe" ujar Kayana sambil cengegesan.
"Seriously?kamu kan bisa beli boba-boba itu ditempat lain. Cari boba yang lain saja."
"Tapi saya sukanya yang disana pak,manis nya pas dan topping boba nya banyak" kata Kayana memelas.
"Terus apa bedanya dengan boba yang lain?"
"Kalau boba yang lain saya belum tentu suka pak,saya takut nanti malah sakit perut." ujar Kayana beralasan.
"Akal-akalan kamu saja,saya gamau bolak balik setengah jam untuk boba-boba kamu itu." ucap Adrian judes.
"Yah...." Kayana mendesah kecewa sambil mengetuk-ngetukkan telunjuknya didashboard Adrian.
"Padahal kepengen minum boba,coba aja perginya bareng Bagas..pasti--"
Mendengar nama keramat itu lagi-lagi disebut,Adrian pun berusaha meredam kekesalannya dan menghela nafas lelah.
"Yaudah kita putar balik." putus Adrian pada akhirnya,kombinasi cemburu plus bucin berhasil mematahkan logikanya sebagai manusia. Jadilah dia rela putar balik dan menunggu 30 menit lagi demi mendapatkan minuman favorite wanita itu.
"Yeyyy..." seru Kayana senang sambil mengangkat gelas minumannya tinggi-tinggi.
"Thank you, pak" ucap Kayana tulus.
Mendadak rasa capeknya menjadi nggak ada apa-apanya saat melihat senyuman cerah Kayana.
"Dihabisin." ucap Adrian.
"Heheh..siap pak bos." Kayana tersenyum ceria sambil menyeruput minumannya.
Dalam hati dia tertawa puas setelah berhasil menjahili Adrian sesuka hatinya sekaligus senang karena pria tersebut bersedia menemani nya sampai mood Kayana kembali seperti sedia kala.
"Makasih ya pak." ucap Kayana tulus dan bersungguh-sungguh sambil menatap pria itu.
"Yap..anytime." jawab Adrian mengacak pelan rambut Kayana,membuat si empunya pipi merona malu. Dia berdeham pelan lalu melemparkan pandangannya kearah lain.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Dian Agustin
Sumpah,,,,!!! menurut aku novel ini keren banget lho,,,
alur ceritax bagus seperti kehidupan sehari" pada umumx. Ngga terkesan halu,,,
Semangat,,!!! buat bikin novel baru lg yg lebih keren dong kk author,,,
2023-07-23
4