Langkahku menyusuri jalan. Tidak tahu harus kemana arah menuju…
Tit…
Suara kelakson mobil terdengar di belakangku, mungkin karena aku terlalu berada di tengah jalan.
Aku menoleh ke belakang.
Seorang pria memakai jas warna putih, turun dari mobil hitam.
Aku berdiri mematung. Pastinya orang yang berada di dalam mobil itu murka, karena aku sudah menghalangi jalannya.
Pria yang memakai masker, yang keluar dari mobil berjalan menghampiriku.
"Mbak, Salsa. Sedang apa berjalan sendirian malam-malam?" Tanya pria itu.
Aku belum tahu siapa pria itu dan dari mana dia tahu namaku, Salsa.
Aku merasa takut badanku gemetar, langkah kakiku tiba-tiba terhenti dan kaku untuk berjalan dan berlari dari tempat itu..
Seorang pria itu membuka maskernya. Dan rupanya itu adalah Dokter Riva. Dokter yang memeriksaku selama aku hamil.
"Ma…maf Dokter Riva aku menghalangi jalan anda" ujarku minta maaf kepada Dokter itu.
"Tidak sama sekali mbak, justru aku penasaran kenapa anda jalan sendirian malam-malam? Kemana suaminya?" Tanyanya menghampiriku
"Dokter masih ingat dengan pasienmu?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. Karena, mana mungkin aku bercerita tentang kehidupanku yang sebenarnya.
"Alhamdulillah, masih ingat mbak. Oh, ya ini anak Mbak ? Sudah besar ya? Jawabnya memandangi Putra yang sedang digendong olehku.
Aku mengangguk dan tersenyum meng_iyakan jawaban Dokter Riva.
Tidak ingin ada orang lain tahu tentang kehidupannya, Salsa memilih untuk pergi dari hadapan Dokter Riva, sebelum dia ingin tahu lebih dalam.
Aku melangkahkan kakiku untuk menjauh dan pergi dari Dokter Riva. Sesekali aku menoleh ke arah belakang, di mana Dokter Riva masih berdiri di sana memandangiku penuh heran.
Aku mempercepat langkahku agar Dokter Riva tidak bisa mengejarku.
"Mbak, Salsa"
Terdengar suara teriakan dari dalam mobil. Rupanya, itu Dokter Riva yang mengikutiku dari arah belakang.
Aku pun menoleh ke arah suara tersebut.
"Mbak, mau kemana? Sekalian biar saya anterin, kasian Putra di luar banyak angin. Tidak baik untuk kesehatan bayi" bujuk dokter Riva agar aku ikut dengannya.
Langkahku terhenti ketika mendengar ucapan Dokter Riva mengenai kesehatan anaku. Ya, Dokter Riva benar ini tidak baik untuk kesehatan Putra.
Walaupun aku sungkan tapi akhirnya aku masuk ke dalam mobil Dokter Riva.
Aku duduk di samping depan Dokter Riva, karena ia menyuruhku duduk di sampingnya.
Tidak ada ucapan dan perkataan yang aku lontarkan kepadanya. Sekali lagi Aku tidak mau kalau orang lain tahu kalau diriku di usir dari rumah itu.
"Mbak, tujuannya mau ke mana biar saya antar" tanyanya sambil menyetir mobil hitam.
Aku terbangun dari lamunanku.
"Mmm a…aku mau ke…? Ucapanku terhenti. Aku tidak bisa meneruskan omonganku Karena aku juga tidak tahu, aku dan Putra harus pergi kemana.
"Aku sebenarnya tidak tahu harus pergi kemana, Dok. Tidak ada tujuan" ucapku termenung.
"Ada masalah di dalam rumah tanggamu, mbak?" Tanyanya menerka-nerka.
Aku melihat ke arahnya dan tersenyum. Rupanya Dokter Riva tahu arti senyumanku.
Dokter Riva terus melajukan kendaraannya. Dan aku pun tidak tahu mau dibawa ke mana aku dan Putra.
"Mbak tenang saja, aku akan bawa mbak ke tempat yang aman dan layak untuk Putra dan Mbak" ujarnya.
Aku pun percaya kepada Dokter Riva sehingga aku tidak perlu menanyakan mau dibawa ke mana aku dan anakku.
Di sepanjang jalan ia mamancingku agar aku bercerita tentang masalah rumah tanggaku. Aku lihat Dokter Riva bukan orang jahat. Aku pun menceritakan permasalahan yang sedang aku hadapi di dalam rumah tanggaku.
Dokter Riva nampak iba melihatku. Dia menatapku lama entah apa yang dipikirkan Dokter Riva kepadaku.
Di dalam mobil, sebelum sampai ke tempat tujuan, aku dan Dokter Riva berbincang-bincang membicarakan pekerjaannya juga rumah tangganya yang harmonis, tidak lupa Dokter Riva juga mengajakku tertawa dan becanda. Agar aku bisa melupakan sejenak masalahku.
Dia membicarakan Istrinya yang baik juga penyayang, sungguh berbalik dengan cerita rumah tanggaku.
Tit…
Suara kelakson mobil dinyalakan oleh Dokter Riva, pintu gerbang dibuka oleh penjaga. Mobil hitam itu masuk ke dalam rumah mewah lantai dua berwarna putih. Ia disambut oleh seorang perempuan yang mengenakan baju seragam biru. Aku dan Dokter Riva keluar dari mobil.
"Malam, Tuan. Mau saya siapkan apa buat makan malam atau minumnya?" tanya seorang perempuan yang menggunakan baju seragam. Sepertinya perempuan itu adalah Asisten rumah tangga di sini.
"Silakan, duduk!" suruh Dokter Riva kepadaku.
Aku duduk di kursi ruang tamu sambil menggendong Putra. Rupanya aku dibawa ke rumahnya. Datang seorang perempuan cantik muda dari lantai atas, dengan menggunakan gaun setinggi sepuluh Senti meter dari lutut.
Perempuan cantik itu menyambut Dokter Riva dengan senyuman, dan memanggilnya dengan sebutan 'Mas'.
Wanita itu berjalan ke arah ruang tamu menghampiri Dokter Riva dan duduk di sebelah Dokter Riva.
"Hai, mbak" ucapnya. Ia tersenyum kepadaku.
"Oh, iya sayang kenalkan ini dulu pasienku, dia bernama mbak Salsa, malam ini dia akan tidur di sini bersama kita" jelasnya merangkul wanita cantik itu.
"Nanti aku ceritakan tentangnya kepadamu" bisik Dokter Riva kepada Istrinya.
"Aku senang Mas, ada orang di rumah kita apa lagi ada seorang anak bayi" ucapnya tersenyum dan melirik ke arah Dokter Riva.
"perkenalan mbak Salsa, ini istriku, Mawar" ujar Dokter Riva memperkenalkan Istrinya.
Sebuah tangan menyodorkan ke arahku,
"Hai, Mbak Salsa. Aku mawar istri Mas Riva. Jangan sungkan Mbak di rumah ini anggap saja ini rumah Mbak sendiri" sambutnya pertama kepadaku.
Aku masih malu-malu untuk memperkenalkan diri kepadanya.
Dengan hati deg-degan dan sedikit gugup, Aku perkenalkan diriku.
"Aku Salsa, mbak pasien Dokter Riva waktu hamil" jelasku kepada Istri Dokter Riva
Mereka sangat baik menyambutku di hari pertama aku tinggal bersama mereka. Mereka juga menunjukan kamarku di lantai atas yang bersebelahan dengan kamar mereka.
"Mbak, Dok, sepertinya saya tidak pantas di tempatkan di lantai atas, biar di bawah saja bersama Bibi" jawabku malu.
"Sudah ikuti saja apa saran istriku, Mbak!" ucap Dokter Riva tersenyum melirik Mawar, istrinya.
Mereka melangkah pergi meninggalkanku di kamar lantai atas.
Aku mulai membereskan pakaianku dan Putra aku letakan di atas kasur karena tidur.
"Sungguh baik sekali mereka padahal mereka tidak kenal aku, apalagi istrinya Dokter Riva, dia tidak kenal aku sama sekali" gumamku dalam hati.
Setalah aku membereskan barang-barang, aku pergi ke tempat tidurku hendak tidur bersama Putra.
Tok…tok…
Suara orang mengetuk pintu. Akupun berjalan membukanya.
Rupanya Asisten rumah tangga di rumah ini yang mengetuk pintu kamarku.
"Ada apa, Bi?" Tanyaku.
"Mbak, kata Tuan dan Nyonya, kalau Mbak mau sesuatu panggil saya saja tidak usah merepotkan diri sendiri. Oh, iya bila Mbak malas, Mbak bisa menekan tombol yang berada di samping tempat tidur" jelas Bi Darmi.
Aku sempat menanyakan nama Asisten rumah tangga kepada Dokter Riva waktu berada di ruang tamu.
"Oh, iya Bi, terima kasih" jawabku.
Aku kembali ke tempat tidurku dan melanjutkan tidur malamku.
Tidak aku sangka kalau aku di rumah ini, diperlakukan baik seperti seorang ratu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments