005. Tidak Sekedar Patah Hati

Gita bagai kesetanan. Rasanya tak ada manusia yang hidupnya lebih menyedihkan dibanding dirinya saat itu. Pria yang berjanji menjalani sisa hidup dan berbagi kesusahan bersamanya malah berbagi kenikmatan dengan sahabatnya.

Sahabat yang selama ini selalu ia bela di kantor dan kebanyakan kerjanya adalah hasil diskusi mereka bersama ternyata diam-diam menginginkan kekasihnya. Tak pernah menyangka bahwa memperkenalkan Monic kepada tunangannya akan berakhir dengan kehilangan pria itu. Monic yang terlihat lemah lembut dan tak bisa marah malah suka rela tidur dengan kekasihnya.

Gita berteriak. Tak ada gunanya bicara baik-baik dengan Rama. Tabungannya sudah habis dikuras dan ia tidak menginginkan Rama yang bajingan kembali bersamanya. Maka yang harus ia lakukan demi kepuasannya adalah melampiaskan amarahnya. Gita menarik rambut Rama. Mengacak-acaknya sekuat tenaga. Membenamkan kuku-kukunya di kulit kepala dan menggenggam rambut pria itu sekuat tenaga.

“Dasar laki-laki egois! Lo nggak inget gimana lo merengek minta dibayarin seminar proposal? Seminar hasil? Kartu izin praktek yang udah mati dan belum diurus? Lo nggak inget dua semester terakhir biaya kuliah lo itu gue yang bayar pake bonus tahunan gue? Lo mau seanjing apa, sih, Ram? Nggak cuma rugi di duit, lo juga bikin gue malu. Gue malu sama temen gue. Selama ini pasti cuma gue doang yang nggak tau.” Air mata Gita kembali berurai. Dengan sisa-sisa tenaganya ia masih terus memukuli Rama.

Rama mengelak, menangkis pukulan Gita, berkali-kali menghempas tangan Gita yang berhasil mencapai tubuhnya. Ia juga berkali-kali memperbaiki kemeja dan rambutnya yang berantakan. “Berhenti, Git! Berhenti! Kendalikan diri lo. Lo begini juga nggak ada gunanya. Nggak ada yang bisa berubah lagi. Sekarang gue udah suami Monic!” Kali ini Rama menghempaskan tangan Gita lebih keras.

Penampilan Gita semakin tak karuan. Rambut panjangnya yang lurus dan tergerai menutupi hampir seluruh wajah. Lengket dan basah oleh air mata. Ia masih terus menangis.

“Lo bisa beli berlian buat si berengsek itu, tapi lo selalu ngaku nggak ada duit buat gue. Sejak kapan lo bego-begoin gue, Ram? Lo nggak pernah tulus ke gue, kan? Lo cuma mau manfaatin gue aja, kan?” Gita merapikan rambutnya sekilas. Menarik selembar tisu dan kembali membesut hidung. “Lo emang nggak pernah sayang gue, Ram.” Suara Gita semakin lemah.

“Gue minta maaf, Git. Gue khilaf. Gue sayang lo sebelum Monic masuk ke hidup gue. Dulu tiap gue ajak ketemuan bareng temen-temen gue, lo selalu sibuk….”

“Tapi gue emang sibuk, berengsek …. Gue sibuk nyari duit buat menuhi anggaran mimpi-mimpi kita itu. Lo yang selalu ngeluh nggak enaknya LDR dan berdoa biar bisa cepat lulus. Gue bantu lo …. Tapi lo nyakitin gue kayak gini.” Gita kembali tak bisa menahan laju air matanya. Ia terisak. “Gue emang sibuk, tapi bukan berarti lo harus tidur dengan sahabat gue yang sok polos itu, Ram.”

“Sekali lagi gue bilang, lo jangan hina Monic, dia istri dan calon ibu anak gue.” Rama menggerakkan giginya.

“Suka-suka gue mau bilang dia apa. Dia emang berengsek. Lo lebih berengsek. Lo bisa usaha beli berlian buat dia, sementara lo ngemis ke gue. Berengsek kalian! Biadab!” Gita kembali menjerit dan melempar Rama dengan sebungkus tisu.

Rama menangkap bungkusan tisu yang dilemparkan Gita dan melemparkan tisu itu ke dasbor. “Udah! Cukup! Sekali lagi gue bersyukur nggak nikah sama lo. Lo berisik, emosian, kasar, bawel, nggak perhatian, nggak lembut dan nggak bisa jadi perempuan yang membutuhkan laki-laki. Lo emang udah kuat dari sananya, Git. Kita emang nggak jodoh. Selain duit, gue nggak ada ngerugiin lo. Gue nggak pernah sentuh lo….”

“Dan gue bersyukur nggak nikah paket hemat karena bunting duluan,” potong Gita.

“Terserah lo! Entar duit lo pasti gue ganti.” Rama menyentil sampah tisu dari pangkuannya dan menoleh Gita dengan satu tangan menahan pintu. “Semoga di usia lo yang segini, lo bisa ketemu laki-laki yang nerima semua sikap lo itu. Oh, ya … kurang-kurangi mengeluh. Laki-laki eneg kalau mesti denger keluhan setiap hari.” Rama keluar mobil dan membanting pintu.

Pada titik itu Gita terdiam. Tangan kanannya menggenggam sejumput rambut Rama yang direnggutnya. Isaknya terhenti dan kepalanya terasa kosong. Ia menobatkan hari itu sebagai hari terburuk sepanjang hidupnya. Hanya dalam hitungan jam ia merasa semua hal yang ia perjuangkan hancur bersamaan. Pekerjaan, percintaan, juga persahabatan yang ia banggakan ke mana-mana.

Gita baru memperhatikan ternyata keributannya dengan Rama beberapa saat yang lalu sudah menarik perhatian pejalan kaki. Ia mengecek tampilannya dari cermin sun visor. “Berengsek,” ucap Gita. Sebulir air mata kembali menetes. Ia nyaris tak mengenali dirinya sendiri.

Setelah memukuli Rama, Gita merasa badannya malah pegal-pegal. Pergelangannya perih dan rambutnya seperti singa. Kembang, kaku dan lepek karena air mata. Ia memutuskan pergi dari parkiran taman dan menyetir pelan menyusuri jalan yang pertama kali terlihat. Ia tak ada tujuan. Hanya berniat menghabiskan sisa air matanya sepanjang jalan.

“Apa kata Ibu kalau tau aku diperlakukan begini sama Rama? Sama Monic?” Gita kembali terisak.

Setengah jam berjalan tanpa tujuan, Gita masuk ke stasiun kereta kecil. Meletakkan mobilnya di sana mungkin lebih aman ketimbang parkir di tepi jalan. Gita menyandang tasnya dan menuju loket.

“Satu tiket kereta yang berangkat sekarang,” pintanya dengan suara sengau. Ia akan naik kereta itu sampai capek dan kembali dengan kereta yang sama. Berat rasanya untuk pulang ke apartemen apalagi ke rumah ibunya.

Bukan jam pergi pulang kerja. Bukan akhir minggu pula. Kereta dengan tujuan entah ke mana itu sepi. Gita duduk memeluk tasnya dan melamun menatap jalanan. Dua jam dalam perjalanan membuat Gita tersadar ia sudah semakin jauh dari rumah. Ia turun dari kereta dan duduk di kursi stasiun kecil.

“Nggak ada yang nyariin,” lirih Gita saat mengecek ponsel. Selain pesan dari provider, memang tidak ada pesan atau telepon untuknya. Rasanya ia mau menangis lagi. Tapi seekor induk kucing mengalihkan perhatiannya. “Anakmu mana, Meng? Kamu lagi nyusuin, kan?” Gita berpindah tempat duduk dari kursi ke tepian lantai. Tangannya sibuk merogoh tas mencari makanan kucing yang ia bawa tadi.

Setengah termenung, setengah tersadar Gita menyobek makanan kucing dan menuangkannya ke lantai. Induk kucing kurus makan dengan lahap tanpa menoleh Gita. “Baik-baik ya, Meng … hidupmu pasti lebih baik dari aku.” Setelah membelai kepala induk kucing, Gita bangkit dan berjalan santai keluar stasiun.

Gita terus berjalan. Sorot matanya kosong. Kadang suara tangisnya hilang karena lelah. Kadang ia kembali meraung karena teringat hal menyakitkan lain. Gita terus berjalan sampai langkahnya tiba di sebuah jembatan.

To be continued

Terpopuler

Comments

RahaYulia

RahaYulia

bakar aja smua yg c rama punya git yg paling utama potong burungnya biar g bsa gumoh lg spanjang hidupnya

2024-11-30

0

Syarifah Ainun

Syarifah Ainun

g habis pikir... Rama si pengecut.. slh mlh nyalahin org.. amit2

2024-11-10

0

may

may

Ilmu polwan bisa kali yaaa😤

2024-11-06

0

lihat semua
Episodes
1 001. Hari Apes Lainnya
2 002. Kesialan Beruntun
3 003. Bukan Luka Biasa
4 004. Alasan Dikhianati
5 005. Tidak Sekedar Patah Hati
6 006. Rasanya Pupus Semua
7 007. Raga Lain
8 008. Menyelami Kisah Lain
9 Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10 009. Kenyataan Mengejutkan
11 010. Sang Penjamin
12 011. Kisah Seorang Wanita
13 012. Review Dari Harris
14 013. Rumah di Gang Sempit
15 014. Pertarungan Sengit
16 015. Status Harris
17 016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18 017. Laporan Berkala
19 018. Siapa Pak Harris?
20 019. Menjadi Seorang Mar
21 020. Gebrakan Mar
22 021. Bukan Sengaja
23 022. Mar Bersikap
24 023. Pencarian Harris
25 024. Pencarian Dimulai
26 025. Hasil Pencarian Harris
27 026. Percakapan Harris
28 27. Siang Di Rumah Harris
29 28. Sabotase Dari Mar
30 029. Pertanyaan Jebakan
31 030. Lovebird
32 031. Bertemu Bu Gendis
33 032. Sebuah Tempat Aman
34 033. Bertubi-tubi
35 034. Segala Kepanikan
36 035. Sebelum Kejadian Besar
37 036. Perspektif Banyak Orang (1)
38 037. Perspektif Banyak Orang (2)
39 038. Tepat Seminggu
40 039. Gita Membuka Mata
41 040. New Person
42 041. Sambutan Chika
43 042. Sesuatu Yang Mengganjal
44 043. Mengumpulkan Kesaksian
45 044. Menyesuaikan Diri
46 045. Di Tepi Kolam Renang
47 046. Hati Ke Hati
48 047. Harris Sebenarnya
49 048. Perkenalan Dua Pria
50 049. Bertemunya Dua Sohib
51 050. Motivasi Fisioterapi
52 051. Ucapan Terima Kasih
53 052. Babysitter Baru?
54 053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55 054. Obrolan Kasih Sayang
56 055. Kuncir Model Baru
57 056. Pertemuan Babak Pertama
58 057. Pertanyaan Chika
59 058. Hari Pertama Kerja
60 059. Kesan Hari Pertama
61 060. Kekesalan Beralasan
62 061. Aku Sebagai Apa?
63 062. Efek Debat Tengah Malam
64 063. Apa Kabar Hubungan Kita
65 Sekilas Berita
66 064. After Drama
67 065. Sebelum Makan Malam
68 066. Izin Ibu
69 067. Pria di Depan Pintu
70 068. Sehangat Hidangan
71 069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72 070. Kita Berdua Sama Saja
73 071. Bukan Sebatas Amarah
74 072. Bye-bye Darling
75 073. Apa Arti Diriku?
76 074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77 075. Tidak Semudah Itu
78 076. Gita & Mar (1)
79 077. Gita & Mar (2)
80 078. Sebenarnya Sayang
81 079. Percakapan Sepanjang Hari
82 080. Yang Sebenarnya
83 081. Sisi Lain Cerita
84 082. Belum Bisa Kembali
85 083. Kunjungan Mendebarkan
86 084. Argumentasi Kenyataan
87 085. Beberapa Kenyataan
88 086. Sebelum Interogasi
89 087. Bukan Lawan Sepadan
90 088. Arti Sebuah Keputusan
91 089. Mungkin Negosiasi
92 090. Percakapan Alot
93 091. Penuh Rindu
94 092. Tangisan Penuh Kerinduan
95 093. Bersama Lebih Lama
96 094. Obrolan Absurd
97 095. Mengurai Lelah
98 096. Mungkin Terselamatkan
99 097. Perdebatan dan Pengakuan
100 098. Mengalah Bukan Kalah
101 099. Rumah Bekas Mertua
102 100. Percakapan Melempem
103 101. Quality Time
104 102. Obrolan Tengah Malam
105 103. Me Time Tak Sengaja
106 104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107 105. Renungan Malam
108 106. Banyak Pikiran
109 107. Penyerta yang Penting
110 108. Mencari Kecocokan
111 109. Menelan Kenyataan
112 110. Mencari Jawaban Hati
113 111. Hari Hilir Mudik
114 112. Melepaskan Ingatan
Episodes

Updated 114 Episodes

1
001. Hari Apes Lainnya
2
002. Kesialan Beruntun
3
003. Bukan Luka Biasa
4
004. Alasan Dikhianati
5
005. Tidak Sekedar Patah Hati
6
006. Rasanya Pupus Semua
7
007. Raga Lain
8
008. Menyelami Kisah Lain
9
Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10
009. Kenyataan Mengejutkan
11
010. Sang Penjamin
12
011. Kisah Seorang Wanita
13
012. Review Dari Harris
14
013. Rumah di Gang Sempit
15
014. Pertarungan Sengit
16
015. Status Harris
17
016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18
017. Laporan Berkala
19
018. Siapa Pak Harris?
20
019. Menjadi Seorang Mar
21
020. Gebrakan Mar
22
021. Bukan Sengaja
23
022. Mar Bersikap
24
023. Pencarian Harris
25
024. Pencarian Dimulai
26
025. Hasil Pencarian Harris
27
026. Percakapan Harris
28
27. Siang Di Rumah Harris
29
28. Sabotase Dari Mar
30
029. Pertanyaan Jebakan
31
030. Lovebird
32
031. Bertemu Bu Gendis
33
032. Sebuah Tempat Aman
34
033. Bertubi-tubi
35
034. Segala Kepanikan
36
035. Sebelum Kejadian Besar
37
036. Perspektif Banyak Orang (1)
38
037. Perspektif Banyak Orang (2)
39
038. Tepat Seminggu
40
039. Gita Membuka Mata
41
040. New Person
42
041. Sambutan Chika
43
042. Sesuatu Yang Mengganjal
44
043. Mengumpulkan Kesaksian
45
044. Menyesuaikan Diri
46
045. Di Tepi Kolam Renang
47
046. Hati Ke Hati
48
047. Harris Sebenarnya
49
048. Perkenalan Dua Pria
50
049. Bertemunya Dua Sohib
51
050. Motivasi Fisioterapi
52
051. Ucapan Terima Kasih
53
052. Babysitter Baru?
54
053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55
054. Obrolan Kasih Sayang
56
055. Kuncir Model Baru
57
056. Pertemuan Babak Pertama
58
057. Pertanyaan Chika
59
058. Hari Pertama Kerja
60
059. Kesan Hari Pertama
61
060. Kekesalan Beralasan
62
061. Aku Sebagai Apa?
63
062. Efek Debat Tengah Malam
64
063. Apa Kabar Hubungan Kita
65
Sekilas Berita
66
064. After Drama
67
065. Sebelum Makan Malam
68
066. Izin Ibu
69
067. Pria di Depan Pintu
70
068. Sehangat Hidangan
71
069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72
070. Kita Berdua Sama Saja
73
071. Bukan Sebatas Amarah
74
072. Bye-bye Darling
75
073. Apa Arti Diriku?
76
074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77
075. Tidak Semudah Itu
78
076. Gita & Mar (1)
79
077. Gita & Mar (2)
80
078. Sebenarnya Sayang
81
079. Percakapan Sepanjang Hari
82
080. Yang Sebenarnya
83
081. Sisi Lain Cerita
84
082. Belum Bisa Kembali
85
083. Kunjungan Mendebarkan
86
084. Argumentasi Kenyataan
87
085. Beberapa Kenyataan
88
086. Sebelum Interogasi
89
087. Bukan Lawan Sepadan
90
088. Arti Sebuah Keputusan
91
089. Mungkin Negosiasi
92
090. Percakapan Alot
93
091. Penuh Rindu
94
092. Tangisan Penuh Kerinduan
95
093. Bersama Lebih Lama
96
094. Obrolan Absurd
97
095. Mengurai Lelah
98
096. Mungkin Terselamatkan
99
097. Perdebatan dan Pengakuan
100
098. Mengalah Bukan Kalah
101
099. Rumah Bekas Mertua
102
100. Percakapan Melempem
103
101. Quality Time
104
102. Obrolan Tengah Malam
105
103. Me Time Tak Sengaja
106
104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107
105. Renungan Malam
108
106. Banyak Pikiran
109
107. Penyerta yang Penting
110
108. Mencari Kecocokan
111
109. Menelan Kenyataan
112
110. Mencari Jawaban Hati
113
111. Hari Hilir Mudik
114
112. Melepaskan Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!