003. Bukan Luka Biasa

Sebenarnya sudah ratusan kali pikiran untuk resign itu muncul tiap Direktur Penjualan mereka bertindak gila. Namun segala keinginan itu menguap tiap sejumlah uang masuk di awal bulan. Gita masih menunduk menatap lembaran kertas yang baru mengguyur tubuhnya.

“Kamu dengar tidak? Sudah sebulan berjalan hasilnya begitu? Itu project yang kalian andalkan? Berengsek kalian! Gaji maunya tidak pernah terlambat, maunya gede, nggak mau lembur!” Pak Braja berdiri dari kursi dan memutari meja. Berjalan mendekati Gita. “Kamu dengar apa yang saya bilang? Jangan pura-pura budek! Pungut kertas itu semuanya.”

Gita merasa lututnya semakin lemas. Perutnya lapar dan tenggorokannya kering. Tadi ia sudah menangis meraung-raung, namun belum sempat minum seteguk air pun. Ia berjongkok dan memunguti semua kertas di lantai. Itu adalah laporan penjualan yang dibuat Monic dan dititipkan padanya.

“Kamu sadar kerja nggak becus?” Pak Braja berdiri persis satu langkah di depan Gita.

“Ini pekerjaan Monic, Pak,” sahut Gita.

“Kamu yang terima, kan? Kamu nggak cek lagi? Bukannya kamu yang selama ini meyakinkan saya buat ngasih project produk baru ke Monic? Kamu yang bilang Monic bisa menunjukkan kemampuannya kalau diserahi tanggung jawab sendirian. Lalu sekarang apa? Dana promosi launching produk baru sudah dibuat besar-besaran. Hasilnya penjualannya cuma sebegini?” Pak Braja kembali mengambil kertas di tangan Gita dan menghempaskannya ke meja. “Dan kamu tau apa yang paling berengsek hari ini?”

Mata Pak Braja sudah berkilat karena amarah. Harusnya Gita diam saja. Tapi dengan bodohnya ia menggeleng. “Tidak tau, Pak.”

Pak Braja mengambil selembar kertas di di meja dan menyodorkannya pada Gita. “Surat pengunduran diri Monic. Kamu sudah tau, kan? Kamu sudah tau makanya kamu berniat menggantikan Monic yang mengundurkan diri?”

Gita tak mendengar tuduhan Pak Braja. Buru-buru ia membaca surat pengunduran diri wanita yang merupakan sahabat sekaligus pengkhianat baginya itu. Ia menggeleng lemah. “Saya nggak tau Monic mengundurkan diri,” ucapnya pelan.

“Bohong!” kesal Pak Braja. “Dan agar kamu tau aja. Saya akan minta seluruh dana promosi diaudit. Pengeluaran dana promosi launching produk baru sangat janggal. Saya curiga teman kamu itu banyak bermain di dana. Saya akan minta orang finance audit semuanya. Termasuk semua rekening kamu. Kalau teman kamu itu terbukti menyelewengkan dana perusahaan, kamu juga harus ikut bertanggung jawab, Git!”

“Presentasinya? Jadi hari ini, Pak?”

“Presentasi? Lihat mukamu aja saya sudah males. Kepinteran kamu ngasih project itu ke Monic. Mending kamu ngga usah menampakkan diri depan saya sampai proses audit selesai. Sana…sana.” Pak Braja kembali ke balik mejanya. Memungut lembaran kertas yang tadi dipungut Gita dan menjejalkannya ke tong sampah. Pria itu tak memandang Gita lagi. Tangannya saja yang bergerak dengan gerakan mengusir.

Gita keluar ruangan atasannya dengan langkah gontai dan sorot mata bingung. Dalam waktu beberapa jam kehidupannya seakan direnggut paksa. Dalam waktu beberapa jam saja, ia merasa tak memiliki apa pun. Semuanya ludes. Bahkan pekerjaan yang ia sukai dan sering dipuji teman-temannya nyatanya bukan sesuatu yang membuat nyaman. Atau selama ini ia memang bertahan hanya demi gaji yang dikata orang cukup besar itu?

“Git? Udah ketemu Pak Braja? Beliau ngomong apa?” Lily kembali muncul dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Sepertinya Lily baru dari ruang fotokopi.

“Beliau? Si berengsek maksudnya? Kayaknya mulai sekarang nggak perlu sopan sama orang yang nggak sopan ke kita.” Gita menggerakkan giginya.

“Git? Are you okay? Mau ke mana?” Lily mengikuti langkah Gita kembali ke mejanya. “Mau ke mana? Enggak kerja?”

Gita memasukkan pulpen dan sebuah agenda kecil ke tasnya. “Aku? Okay?” Gita menyandang tas kemudian memandang Lily. “Kurasa … aku nggak akan pernah baik-baik aja, Ly. Makasih karena tadi udah nahan aku nggak mempermalukan diri sendiri. Kayaknya aku mau pulang dan istirahat.”

Lily mengangguk dan membenarkan letak tali tas Gita di bahunya. “Pulang, makan, tidur, nonton film, dengerin musik, pokoknya kerjain apa yang mau kamu kerjain. Aku yakin kamu bakal baik-baik aja.”

“Makasih,” sahut Gita.

Satu hal yang Gita tidak paham. Kesalahan apa yang pernah ia lakukan sampai seluruh dunia menjadi amat jahat buatnya. Ia butuh penjelasan. Menahan diri hanya akan membuatnya lebih sakit. Kalau harus ribut kenapa harus diam, pikirnya.

Tiba di mobil, Gita menghubungi Rama. Ternyata dugaan bahwa Rama akan mengabaikan panggilannya tidak benar. Telepon itu justru dijawab lebih cepat. Gita mengerling jam di dasbor mobil. Sudah mendekati jam makan siang. Apakah acara nikahan sudah selesai dan beberapa orang yang hadir tadi sudah bubar?

“Halo? Kamu di mana?” Nada suara yang biasa Gita buat manja, kini terdengar datar-datar saja.

“Aku di luar kota, dong. Belum pulang. Akhir minggu seperti biasa. Kenapa nanya? Tumben banget,” sahut Rama.

“Di luar kota ya? Tapi aku kepengin ketemu. Gimana, dong?” Gita mulai menguasai nada bicaranya meski detak jantungnya belum normal dan telapak tangannya sejak tadi berkeringat.

“Ya, sabar, dong, Beb …. Kamu tuh tumben banget. Biasanya jam segini nggak pernah nelfon. Aku lagi sibuk. Nanti aku telfon balik,” kata Rama.

Gita menarik napas panjang dan berat. Ia tak sanggup lagi menahan emosinya. “Eh, anjing! Beb...Beb?! Diem lo! Gue mau ketemu lo sekarang! Dateng ke taman tempat biasa kita jogging atau gue bawa bensin buat bakar rumah tempat lo biasa mesum sampai bikin temen gue bunting! Dateng nggak lo?!” Napas Gita terengah karena emosi yang memuncak. Dengan mata yang kembali mengembun Gita menggigit bibirnya menahan tangis.

“Git ….” Rama diam beberapa saat. “Git … nggak bisa sekarang. Aku...."

"Gue tunggu paling lama satu jam. Terserah gimana cara lo dateng ke sini dengan cara apa. Bawa buku tabungan kita. Gue bakal cek mutasi rekening.” Gita mengakhiri panggilan, lalu masuk ke mobil dan pergi menuju tempat yang dikatakannya tadi. Taman tempat ia dan Rama biasa jogging. Tidak jauh dari unit apartemennya.

Karena Rama tak ada menghubunginya lagi untuk menyampaikan keberatan, Gita menganggap kalau pria itu pasti datang ke taman. Dan dugaan Gita barusan terbukti. Sepuluh menit tiba di taman, Gita melihat mobil Rama mendekati mobilnya dan parkir tepat di sebelah. Pria itu langsung keluar dan mengetuk kaca.

“Masuk,” pinta Gita, membuka katup kunci dan menunjuk jok sebelahnya pada Rama. Pria itu masuk tanpa banyak protes. “Mana buku tabungan kita?” Gita menengadahkan tangan.

Rama menyerahkan buku tabungan pada Gita dengan wajah tegang. “Maaf, Git ….Uang kita kepake dikit,” ucap Rama takut-takut.

Gita langsung mengambil buku tabungan itu dan membalik-baliknya. Meneliti mutasi dan mencari nilai saldo akhir. Matanya lalu membelalak. “Uang gue ke mana Rama? Kepake dikit gimana? Uang kita? Ini uang gue Rama …. Ini uang hasil kerja keras gue. Lo belum ada kontribusi di sini." Gita tak kuasa kembali menahan tangisnya. Ia kembali memeluk setir dan menutupi kepalanya.

To be continued

Terpopuler

Comments

nan_elok

nan_elok

ya ampuuun emosi banget rasane

2025-01-25

0

May Keisya

May Keisya

karna org iri padamu Gita...

2025-01-31

0

𝐝𝐞𝐰𝐢

𝐝𝐞𝐰𝐢

𝐬𝐤𝐫𝐧𝐠 𝐥𝐠 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐧𝐝𝐮𝐚𝐧 𝐤𝐫𝐲𝐚 𝐤𝐚𝐤 𝐣𝐮𝐬 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐩𝐚


𝐝𝐥𝐮 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐫𝐲𝟐 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐲𝐠 𝐚𝐪 𝐬𝐮𝐤𝐚𝐢

𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐠 𝐦𝐚𝐧𝐝𝐞𝐠

𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐠 𝐠𝐤 𝐚𝐪 𝐬𝐮𝐤𝐚 𝐠𝐞𝐧𝐫𝐞 𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐝 𝐠𝐤 𝐛𝐜 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐲𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧

𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐲𝐚 𝐤𝐚𝐤 𝐣𝐮𝐬 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐩𝐚🤗🤗🤗

2024-10-01

0

lihat semua
Episodes
1 001. Hari Apes Lainnya
2 002. Kesialan Beruntun
3 003. Bukan Luka Biasa
4 004. Alasan Dikhianati
5 005. Tidak Sekedar Patah Hati
6 006. Rasanya Pupus Semua
7 007. Raga Lain
8 008. Menyelami Kisah Lain
9 Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10 009. Kenyataan Mengejutkan
11 010. Sang Penjamin
12 011. Kisah Seorang Wanita
13 012. Review Dari Harris
14 013. Rumah di Gang Sempit
15 014. Pertarungan Sengit
16 015. Status Harris
17 016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18 017. Laporan Berkala
19 018. Siapa Pak Harris?
20 019. Menjadi Seorang Mar
21 020. Gebrakan Mar
22 021. Bukan Sengaja
23 022. Mar Bersikap
24 023. Pencarian Harris
25 024. Pencarian Dimulai
26 025. Hasil Pencarian Harris
27 026. Percakapan Harris
28 27. Siang Di Rumah Harris
29 28. Sabotase Dari Mar
30 029. Pertanyaan Jebakan
31 030. Lovebird
32 031. Bertemu Bu Gendis
33 032. Sebuah Tempat Aman
34 033. Bertubi-tubi
35 034. Segala Kepanikan
36 035. Sebelum Kejadian Besar
37 036. Perspektif Banyak Orang (1)
38 037. Perspektif Banyak Orang (2)
39 038. Tepat Seminggu
40 039. Gita Membuka Mata
41 040. New Person
42 041. Sambutan Chika
43 042. Sesuatu Yang Mengganjal
44 043. Mengumpulkan Kesaksian
45 044. Menyesuaikan Diri
46 045. Di Tepi Kolam Renang
47 046. Hati Ke Hati
48 047. Harris Sebenarnya
49 048. Perkenalan Dua Pria
50 049. Bertemunya Dua Sohib
51 050. Motivasi Fisioterapi
52 051. Ucapan Terima Kasih
53 052. Babysitter Baru?
54 053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55 054. Obrolan Kasih Sayang
56 055. Kuncir Model Baru
57 056. Pertemuan Babak Pertama
58 057. Pertanyaan Chika
59 058. Hari Pertama Kerja
60 059. Kesan Hari Pertama
61 060. Kekesalan Beralasan
62 061. Aku Sebagai Apa?
63 062. Efek Debat Tengah Malam
64 063. Apa Kabar Hubungan Kita
65 Sekilas Berita
66 064. After Drama
67 065. Sebelum Makan Malam
68 066. Izin Ibu
69 067. Pria di Depan Pintu
70 068. Sehangat Hidangan
71 069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72 070. Kita Berdua Sama Saja
73 071. Bukan Sebatas Amarah
74 072. Bye-bye Darling
75 073. Apa Arti Diriku?
76 074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77 075. Tidak Semudah Itu
78 076. Gita & Mar (1)
79 077. Gita & Mar (2)
80 078. Sebenarnya Sayang
81 079. Percakapan Sepanjang Hari
82 080. Yang Sebenarnya
83 081. Sisi Lain Cerita
84 082. Belum Bisa Kembali
85 083. Kunjungan Mendebarkan
86 084. Argumentasi Kenyataan
87 085. Beberapa Kenyataan
88 086. Sebelum Interogasi
89 087. Bukan Lawan Sepadan
90 088. Arti Sebuah Keputusan
91 089. Mungkin Negosiasi
92 090. Percakapan Alot
93 091. Penuh Rindu
94 092. Tangisan Penuh Kerinduan
95 093. Bersama Lebih Lama
96 094. Obrolan Absurd
97 095. Mengurai Lelah
98 096. Mungkin Terselamatkan
99 097. Perdebatan dan Pengakuan
100 098. Mengalah Bukan Kalah
101 099. Rumah Bekas Mertua
102 100. Percakapan Melempem
103 101. Quality Time
104 102. Obrolan Tengah Malam
105 103. Me Time Tak Sengaja
106 104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107 105. Renungan Malam
108 106. Banyak Pikiran
109 107. Penyerta yang Penting
110 108. Mencari Kecocokan
111 109. Menelan Kenyataan
112 110. Mencari Jawaban Hati
113 111. Hari Hilir Mudik
114 112. Melepaskan Ingatan
Episodes

Updated 114 Episodes

1
001. Hari Apes Lainnya
2
002. Kesialan Beruntun
3
003. Bukan Luka Biasa
4
004. Alasan Dikhianati
5
005. Tidak Sekedar Patah Hati
6
006. Rasanya Pupus Semua
7
007. Raga Lain
8
008. Menyelami Kisah Lain
9
Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10
009. Kenyataan Mengejutkan
11
010. Sang Penjamin
12
011. Kisah Seorang Wanita
13
012. Review Dari Harris
14
013. Rumah di Gang Sempit
15
014. Pertarungan Sengit
16
015. Status Harris
17
016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18
017. Laporan Berkala
19
018. Siapa Pak Harris?
20
019. Menjadi Seorang Mar
21
020. Gebrakan Mar
22
021. Bukan Sengaja
23
022. Mar Bersikap
24
023. Pencarian Harris
25
024. Pencarian Dimulai
26
025. Hasil Pencarian Harris
27
026. Percakapan Harris
28
27. Siang Di Rumah Harris
29
28. Sabotase Dari Mar
30
029. Pertanyaan Jebakan
31
030. Lovebird
32
031. Bertemu Bu Gendis
33
032. Sebuah Tempat Aman
34
033. Bertubi-tubi
35
034. Segala Kepanikan
36
035. Sebelum Kejadian Besar
37
036. Perspektif Banyak Orang (1)
38
037. Perspektif Banyak Orang (2)
39
038. Tepat Seminggu
40
039. Gita Membuka Mata
41
040. New Person
42
041. Sambutan Chika
43
042. Sesuatu Yang Mengganjal
44
043. Mengumpulkan Kesaksian
45
044. Menyesuaikan Diri
46
045. Di Tepi Kolam Renang
47
046. Hati Ke Hati
48
047. Harris Sebenarnya
49
048. Perkenalan Dua Pria
50
049. Bertemunya Dua Sohib
51
050. Motivasi Fisioterapi
52
051. Ucapan Terima Kasih
53
052. Babysitter Baru?
54
053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55
054. Obrolan Kasih Sayang
56
055. Kuncir Model Baru
57
056. Pertemuan Babak Pertama
58
057. Pertanyaan Chika
59
058. Hari Pertama Kerja
60
059. Kesan Hari Pertama
61
060. Kekesalan Beralasan
62
061. Aku Sebagai Apa?
63
062. Efek Debat Tengah Malam
64
063. Apa Kabar Hubungan Kita
65
Sekilas Berita
66
064. After Drama
67
065. Sebelum Makan Malam
68
066. Izin Ibu
69
067. Pria di Depan Pintu
70
068. Sehangat Hidangan
71
069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72
070. Kita Berdua Sama Saja
73
071. Bukan Sebatas Amarah
74
072. Bye-bye Darling
75
073. Apa Arti Diriku?
76
074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77
075. Tidak Semudah Itu
78
076. Gita & Mar (1)
79
077. Gita & Mar (2)
80
078. Sebenarnya Sayang
81
079. Percakapan Sepanjang Hari
82
080. Yang Sebenarnya
83
081. Sisi Lain Cerita
84
082. Belum Bisa Kembali
85
083. Kunjungan Mendebarkan
86
084. Argumentasi Kenyataan
87
085. Beberapa Kenyataan
88
086. Sebelum Interogasi
89
087. Bukan Lawan Sepadan
90
088. Arti Sebuah Keputusan
91
089. Mungkin Negosiasi
92
090. Percakapan Alot
93
091. Penuh Rindu
94
092. Tangisan Penuh Kerinduan
95
093. Bersama Lebih Lama
96
094. Obrolan Absurd
97
095. Mengurai Lelah
98
096. Mungkin Terselamatkan
99
097. Perdebatan dan Pengakuan
100
098. Mengalah Bukan Kalah
101
099. Rumah Bekas Mertua
102
100. Percakapan Melempem
103
101. Quality Time
104
102. Obrolan Tengah Malam
105
103. Me Time Tak Sengaja
106
104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107
105. Renungan Malam
108
106. Banyak Pikiran
109
107. Penyerta yang Penting
110
108. Mencari Kecocokan
111
109. Menelan Kenyataan
112
110. Mencari Jawaban Hati
113
111. Hari Hilir Mudik
114
112. Melepaskan Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!