009. Kenyataan Mengejutkan

Tak ada yang bisa menjawab semua pertanyaan Gita yang bersembunyi dalam tubuh Mar saat itu. Hal yang paling disesalinya adalah kenapa ia harus pergi ke daerah itu dan berdiri dekat jembatan.

Sekali lagi ia menunduk memandang tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Gita menggeleng dengan sorot hampa.

Kalau benar jiwanya terjebak dalam tubuh seorang wanita bernama Markisah, lalu ke mana jiwa Mar yang sesungguhnya? Apa berada di dalam tubuhnya yang pingsan tadi? Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bagaimana kalau ia tidak bisa masuk ke tubuhnya lagi? Apakah itu akan menjadi kematian yang sesungguhnya?

Kini Gita menatap ke jalanan yang menyisakan suara ambulans.

"Aku bisa menjenguk diriku sendiri," ucap Gita saat teringat bahwa rumah sakit tempat ia dibawa hanyalah sebuah rumah sakit daerah yang mudah didatangi kapan saja. Apalagi katanya ia cuma pingsan. Gampang, pikirnya. Rasanya lebih penting mengurus apa yang terjadi dengannya saat itu ketimbang mengurus tubuhnya yang jelas-jelas dirawat oleh tenaga kesehatan. Namun, tiba-tiba ia terlonjak. "Gimana kalau rumah sakit nelfon Ibu? Rumah sakit bakal bilang aku bunuh diri?" Gita dalam tubuh Mar yang kalut mulai mondar-mandir di dekat jembatan yang mulai ditinggalkan warga.

"Bu!" Panggilan Jaya kembali menyadarkan Gita bertubuh Mar.

"Kamu sebentar manggil Ibu, sebentar ngomong pake aku-kamu. Jadi laki-laki harus konsisten," kesal Gita, menyentak kaki-kaki gemuknya yang beralas sandal jepit pink ke tepi jalan. Jaya terdiam dan kembali waspada.

"Oke. Sebenarnya aku sedih karena nggak bisa ngomong sama ibuku yang asli. Tapi kalau harus konsisten aku panggil kamu dengan Ibu. Sebagai jin kamu pasti senang, kan?" Jaya memasukkan kedua tangannya ke saku celana pendek dan berjalan mengitari tubuh Mar.

Selama beberapa menit Jaya dan Mar berjiwa Gita saling mengamati. Jaya menggaruk dagunya sesekali, sedangkan Mar mengerucutkan bibir.

"Kalau dilihat Ibu memang bukan Ibu," kata Jaya pada akhirnya. "Ibu nggak pernah berdecak gitu. Nggak pernah ngeluh. Ibu penyabar. Walau Ibu pendek, Ibu nggak pernah lompat-lompat kayak tadi. Ibu juga nggak akan berani narik celananya bapak supir ambulans tadi. Boro-boro. Ibu pasti nggak berani. Cara ngomong juga beda. Aku bisa memastikan kalau Ibu kerasukan jin. Bisa jadi kerasukan jin jembatan karena semua orang tau kalau hampir dua tahun Ibu sering ke jembatan itu. Gimana? Apa analisaku udah tepat?"

"Nanya aku?" Mar menunjuk wajahnya dengan telunjuk lalu memandang telunjuknya itu. "Telunjuknya gede amat. Kalau ke sini bisa masuk nggak, sih?" Mar menjejalkan telunjuknya ke hidung.

Jaya sontak menepuk lengan Mar. "Udah, cukup. Jangan robek hidung ibuku. Kembalikan badannya dengan kondisi baik. Jangan malah dirusak," gerutu Jaya.

Mar mencibir. "Aku jin ya?"

"Jadi kamu apa?" Jaya kembali serius. Kali ini ia berharap Mar bisa menjawabnya dengan benar.

"Aku juga nggak tau aku ini apa. Setelah dikhianati ... aku kira bisa jadi brand ambassador klinik kecantikan. Nyatanya malah berakhir di sini." Mar memandang sepasang tangan gemuknya. "Kalau keluar dari badan ibumu, aku rasa aku bakal mati beneran." Raut wajah Mar berubah muram.

"Jadi di mana ibuku?" Wajah Jaya juga ikut sedih.

"Bisa jadi ibumu di dalam tubuh wanita cantik yang dibawa ke rumah sakit tadi. Namanya Gita." Mar kembali memandang jalanan kosong.

"Wanita cantik?" Jaya ikut memandang jalanan.

"Iya. Wanita cantik bernama Gita. Kalau beruntung kamu bisa ngobrol dengan dia nanti. Semoga ibumu nggak terbangun di tubuh itu. Ibumu bisa sombong punya tubuh sesempurna itu."

Jaya mencibir. "Ibuku nggak pernah sombong. Ibuku bilang nggak ada yang bisa disombongkan di dunia ini."

"Sekarang aku ibumu. Bisa aku buat jadi wanita sombong. Mau?" Mar palsu terkekeh lalu sedetik kemudian terdiam. "Aku baru ingat mau mengerjakan sesuatu. Aku pergi sekarang. Kamu pulang, gih!"

Jaya dengan sigap menahan lengan Mar. "Ibu harus masuk kerja."

Mar menggeleng. "Sorry. Nggak bisa. Aku perlu duit. Aku harus pulang ngambil duit. Kamu liat berapa isi dompet tadi, kan? Mau makan apa pakai uang segitu?"

Jaya belum melepaskan tangan Mar. "Ibu nggak boleh dipecat dari rumah Pak Harris. Gajinya lumayan dan Ibu udah lama kerja di sana. Bantu ibuku," mohon Jaya dengan raut memelas. "Kalau kamu bukan ibuku, bantu Ibu sementara ini. Pak Harris punya anak perempuan yang dekat dengan Ibu. Kasian anak perempuannya. Ibu selalu ngomong gitu."

"Aku bakal balik ke sini. Enggak lama. Kalau nggak ada uang, Nek Minah matre itu nggak bakal mau jagain adik kamu. Gimana?" Mar setengah mengejek.

"Kalau kamu ngejek aku begitu, aku makin yakin kamu bukan ibuku. Boleh pergi asal aku ikut." Jaya bersikukuh tidak melepaskan tangan Mar.

Gita menghela napas. Tidak ada cukup waktu untuk berdebat dengan Jaya yang keras kepala. Lagipula sejak Jaya bicara dengannya, entah kenapa Gita merasa Jaya bisa menjadi orang yang ia percaya. Setidaknya untuk saat itu. "Boleh ikut. Asal kamu panggil aku Tante Cantik," pinta Mar.

"Oke, Tante cantik. Kita berangkat sekarang?" Mata Jaya berbinar.

Mar memandang penampilan Jaya sebelum berjalan ke arah stasiun. "Pakaian kamu nggak ada yang lain? Baju begitu harusnya nggak dipakai lagi."

"Bajuku sedikit. Pakai ini juga udah syukur," jawab Jaya kalem. "Ini sebenarnya mau ke mana? Rencana Tante Cantik apa?"

Mar menepuk-nepuk kepala Jaya seraya tersenyum. "Cerdas. Kamu cerdas. Begini memang baik. Kamu harus cerdas menyesuaikan diri dengan lingkungan. Aku yakin kamu bakal jadi orang sukses. Duit ibumu yang sedikit ini mau aku pakai buat ongkos taksi ke rumah sakit. Kita harus cepat. Aku perlu ponsel dan dompet Gita. Semoga masih ada," ujar Mar, mempercepat langkahnya.

Kalau soal ingatan, Gita tidak hilang ingatan. Ia mengingat dengan jelas semua hal sampai ia tiba di tubuh wanita beranak dua yang pekerjaannya asisten rumah tangga. Gita ingat ia datang dari stasiun dan berjalan keluar setelah memberi makan seekor kucing.

Bersama Jaka, Gita kembali masuk stasiun. Berharap bertemu induk kucing itu untuk meyakinkan dirinya. Dan benar saja. Saat ia memutari bagian teras seekor induk kucing tidur dengan dua anaknya yang menyusu. Mar berjongkok memandang kucing dari dekat. Tangannya mulai membelai kepala kucing.

Ternyata aku memang nggak pindah dunia. Aku terjebak antara hidup dan mati. Tapi kenapa harus terjebak di tubuhnya Mar?

"Memang bukan ibuku. Ibuku takut kucing," gumam Jaya. "Gimana kalau Ibu nggak balik lagi?" Jaya ikut tercenung.

Tak sampai semenit, induk kucing yang dibelai Mar terbangun. "Kamu masih ingat aku, kan?" tanya Mar. Induk kucing malah terlonjak mendengar suaranya. "Ini aku, lho ... yang ngasih makan kamu siang tadi. Baru sebentar udah lupa." Mar menepuk pelan kepala induk kucing.

Induk kucing yang sempat syok akhirnya ikut diam.

"Kamu kaget liat dan denger suara Mar, ya? Suaranya memang mencicit kayak tikus. Tapi kayaknya Mar ini orang baik," jelas Gita dengan suara Mar yang memang kecil mencicit. Ia lalu terkekeh-kekeh.

Mendengar ucapan Mar, Jaya melengos sedetik dengan melihat ke tempat lain. Namun anak laki-laki itu gantian terlonjak. Ia beradu pandang dengan seorang pria yang ketika itu juga mendatanginya dengan wajah kesal.

"Kamu ngapain di sini?" Samsul memukul pelan kepala Jaya. "Kamu juga di sini? Enggak jadi mati kamu?" Samsul berdiri berkacak pinggang menunjuk Mar.

Gita yang terjebak dalam tubuh Mar berdiri perlahan. Dengan rambut ikalnya yang dipotong pendek dan mengembang, wajah bulat dan pipi tembam, sorot mata takut bercampur amarah tak bisa disembunyikan. Mar menelan ludah.

“Harusnya kamu pergi kerja. Kamu pasti ke jembatan lagi, kan? Awas kalau kamu sampai dipecat. Kubunuh kamu!” Tangan Samsul terangkat hendak menempeleng Mar.

Mar tidak terima tangan itu melayang di atas kepalanya. Dengan cepat ia menangkap dan mencampakkan tangan itu. “Lo kira lo aja yang bisa bunuh orang? Cuci tangan pake sabun sebelum lo berani megang-megang gue. Najis!” Mar meraih tangan Jaya dan membawanya pergi dari depan Samsul.

Jaya yang terkesima masih menganga dalam gandengan Mar. Bocah laki-laki itu benar-benar takjub. “Tante cantik keren …,” seru Jaya.

“Siapa laki-laki itu? Anak Nek Imah? Itu bapakmu? Itu suaminya Mar?” Gita dalam tubuh Mar terus berjalan keluar stasiun dan naik ke sebuah taksi yang parkir di luar pagar. “Kita ke rumah sakit daerah, Pak. Sekarang!” pinta Mar.

“Benar, Tan. Itu bapakku yang doyan mukul dan raja judi online. Anak Nek Imah. Kenapa, Tan?”

Mar diam saja. Ia sedang memikirkan bagaimana kalau Mar dan Jaya tahu bahwa pria bernama Samsul itu yang merampok dan mendorongnya ke sungai?

To be continued

Terpopuler

Comments

buretha

buretha

semenjak nemu novel kak njus, sekarang ekspektasi penulis novel harus setara kak njus. dan itu susah bgt nyari nya. ubek² novel di list rangking baca 1-3 bab eh ujung² nya balik lagi ke novel kak njus. ga bisa move on, keren pokoknya 😍

2023-06-20

343

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

dih tante cantik dengan postur tubu Markisah, nanti kesanya kePeDe-an lo Mar kalau ada orang lain yg dengar🤣🤣🤣

2024-12-12

0

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

🤣🤣aku baca dengan gaya omongan tini😀😀 bisa masuk gak tu jarinya? 😂😂ngupilll Git???

2024-12-12

0

lihat semua
Episodes
1 001. Hari Apes Lainnya
2 002. Kesialan Beruntun
3 003. Bukan Luka Biasa
4 004. Alasan Dikhianati
5 005. Tidak Sekedar Patah Hati
6 006. Rasanya Pupus Semua
7 007. Raga Lain
8 008. Menyelami Kisah Lain
9 Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10 009. Kenyataan Mengejutkan
11 010. Sang Penjamin
12 011. Kisah Seorang Wanita
13 012. Review Dari Harris
14 013. Rumah di Gang Sempit
15 014. Pertarungan Sengit
16 015. Status Harris
17 016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18 017. Laporan Berkala
19 018. Siapa Pak Harris?
20 019. Menjadi Seorang Mar
21 020. Gebrakan Mar
22 021. Bukan Sengaja
23 022. Mar Bersikap
24 023. Pencarian Harris
25 024. Pencarian Dimulai
26 025. Hasil Pencarian Harris
27 026. Percakapan Harris
28 27. Siang Di Rumah Harris
29 28. Sabotase Dari Mar
30 029. Pertanyaan Jebakan
31 030. Lovebird
32 031. Bertemu Bu Gendis
33 032. Sebuah Tempat Aman
34 033. Bertubi-tubi
35 034. Segala Kepanikan
36 035. Sebelum Kejadian Besar
37 036. Perspektif Banyak Orang (1)
38 037. Perspektif Banyak Orang (2)
39 038. Tepat Seminggu
40 039. Gita Membuka Mata
41 040. New Person
42 041. Sambutan Chika
43 042. Sesuatu Yang Mengganjal
44 043. Mengumpulkan Kesaksian
45 044. Menyesuaikan Diri
46 045. Di Tepi Kolam Renang
47 046. Hati Ke Hati
48 047. Harris Sebenarnya
49 048. Perkenalan Dua Pria
50 049. Bertemunya Dua Sohib
51 050. Motivasi Fisioterapi
52 051. Ucapan Terima Kasih
53 052. Babysitter Baru?
54 053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55 054. Obrolan Kasih Sayang
56 055. Kuncir Model Baru
57 056. Pertemuan Babak Pertama
58 057. Pertanyaan Chika
59 058. Hari Pertama Kerja
60 059. Kesan Hari Pertama
61 060. Kekesalan Beralasan
62 061. Aku Sebagai Apa?
63 062. Efek Debat Tengah Malam
64 063. Apa Kabar Hubungan Kita
65 Sekilas Berita
66 064. After Drama
67 065. Sebelum Makan Malam
68 066. Izin Ibu
69 067. Pria di Depan Pintu
70 068. Sehangat Hidangan
71 069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72 070. Kita Berdua Sama Saja
73 071. Bukan Sebatas Amarah
74 072. Bye-bye Darling
75 073. Apa Arti Diriku?
76 074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77 075. Tidak Semudah Itu
78 076. Gita & Mar (1)
79 077. Gita & Mar (2)
80 078. Sebenarnya Sayang
81 079. Percakapan Sepanjang Hari
82 080. Yang Sebenarnya
83 081. Sisi Lain Cerita
84 082. Belum Bisa Kembali
85 083. Kunjungan Mendebarkan
86 084. Argumentasi Kenyataan
87 085. Beberapa Kenyataan
88 086. Sebelum Interogasi
89 087. Bukan Lawan Sepadan
90 088. Arti Sebuah Keputusan
91 089. Mungkin Negosiasi
92 090. Percakapan Alot
93 091. Penuh Rindu
94 092. Tangisan Penuh Kerinduan
95 093. Bersama Lebih Lama
96 094. Obrolan Absurd
97 095. Mengurai Lelah
98 096. Mungkin Terselamatkan
99 097. Perdebatan dan Pengakuan
100 098. Mengalah Bukan Kalah
101 099. Rumah Bekas Mertua
102 100. Percakapan Melempem
103 101. Quality Time
104 102. Obrolan Tengah Malam
105 103. Me Time Tak Sengaja
106 104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107 105. Renungan Malam
108 106. Banyak Pikiran
109 107. Penyerta yang Penting
110 108. Mencari Kecocokan
111 109. Menelan Kenyataan
112 110. Mencari Jawaban Hati
113 111. Hari Hilir Mudik
114 112. Melepaskan Ingatan
Episodes

Updated 114 Episodes

1
001. Hari Apes Lainnya
2
002. Kesialan Beruntun
3
003. Bukan Luka Biasa
4
004. Alasan Dikhianati
5
005. Tidak Sekedar Patah Hati
6
006. Rasanya Pupus Semua
7
007. Raga Lain
8
008. Menyelami Kisah Lain
9
Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10
009. Kenyataan Mengejutkan
11
010. Sang Penjamin
12
011. Kisah Seorang Wanita
13
012. Review Dari Harris
14
013. Rumah di Gang Sempit
15
014. Pertarungan Sengit
16
015. Status Harris
17
016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18
017. Laporan Berkala
19
018. Siapa Pak Harris?
20
019. Menjadi Seorang Mar
21
020. Gebrakan Mar
22
021. Bukan Sengaja
23
022. Mar Bersikap
24
023. Pencarian Harris
25
024. Pencarian Dimulai
26
025. Hasil Pencarian Harris
27
026. Percakapan Harris
28
27. Siang Di Rumah Harris
29
28. Sabotase Dari Mar
30
029. Pertanyaan Jebakan
31
030. Lovebird
32
031. Bertemu Bu Gendis
33
032. Sebuah Tempat Aman
34
033. Bertubi-tubi
35
034. Segala Kepanikan
36
035. Sebelum Kejadian Besar
37
036. Perspektif Banyak Orang (1)
38
037. Perspektif Banyak Orang (2)
39
038. Tepat Seminggu
40
039. Gita Membuka Mata
41
040. New Person
42
041. Sambutan Chika
43
042. Sesuatu Yang Mengganjal
44
043. Mengumpulkan Kesaksian
45
044. Menyesuaikan Diri
46
045. Di Tepi Kolam Renang
47
046. Hati Ke Hati
48
047. Harris Sebenarnya
49
048. Perkenalan Dua Pria
50
049. Bertemunya Dua Sohib
51
050. Motivasi Fisioterapi
52
051. Ucapan Terima Kasih
53
052. Babysitter Baru?
54
053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55
054. Obrolan Kasih Sayang
56
055. Kuncir Model Baru
57
056. Pertemuan Babak Pertama
58
057. Pertanyaan Chika
59
058. Hari Pertama Kerja
60
059. Kesan Hari Pertama
61
060. Kekesalan Beralasan
62
061. Aku Sebagai Apa?
63
062. Efek Debat Tengah Malam
64
063. Apa Kabar Hubungan Kita
65
Sekilas Berita
66
064. After Drama
67
065. Sebelum Makan Malam
68
066. Izin Ibu
69
067. Pria di Depan Pintu
70
068. Sehangat Hidangan
71
069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72
070. Kita Berdua Sama Saja
73
071. Bukan Sebatas Amarah
74
072. Bye-bye Darling
75
073. Apa Arti Diriku?
76
074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77
075. Tidak Semudah Itu
78
076. Gita & Mar (1)
79
077. Gita & Mar (2)
80
078. Sebenarnya Sayang
81
079. Percakapan Sepanjang Hari
82
080. Yang Sebenarnya
83
081. Sisi Lain Cerita
84
082. Belum Bisa Kembali
85
083. Kunjungan Mendebarkan
86
084. Argumentasi Kenyataan
87
085. Beberapa Kenyataan
88
086. Sebelum Interogasi
89
087. Bukan Lawan Sepadan
90
088. Arti Sebuah Keputusan
91
089. Mungkin Negosiasi
92
090. Percakapan Alot
93
091. Penuh Rindu
94
092. Tangisan Penuh Kerinduan
95
093. Bersama Lebih Lama
96
094. Obrolan Absurd
97
095. Mengurai Lelah
98
096. Mungkin Terselamatkan
99
097. Perdebatan dan Pengakuan
100
098. Mengalah Bukan Kalah
101
099. Rumah Bekas Mertua
102
100. Percakapan Melempem
103
101. Quality Time
104
102. Obrolan Tengah Malam
105
103. Me Time Tak Sengaja
106
104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107
105. Renungan Malam
108
106. Banyak Pikiran
109
107. Penyerta yang Penting
110
108. Mencari Kecocokan
111
109. Menelan Kenyataan
112
110. Mencari Jawaban Hati
113
111. Hari Hilir Mudik
114
112. Melepaskan Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!