018. Siapa Pak Harris?

Mar meninggalkan Harris dengan perasaan sedikit mendongkol. Kalau ditanya bagaimana perasaannya, tentu saja ia sedih. Gita memang bukan siapa-siapanya Harris dan pria itu tidak memiliki keharusan memperhatikan Gita. Mar cuma sedih teringat nasib Gita, tubuhnya sendiri yang dalam sehari ini sudah banyak menerima ketidakadilan. Terbaring di ruang ICU tanpa seorang pun yang menemani.

Bahkan syoknya atas pengkhianatan Rama belum pulih. Ia sudah harus menghadapi masalah Mar yang bertubi-tubi.

Apa ini hukuman buat aku yang nggak bersyukur? Sampai-sampai Tuhan ngasih aku cobaan lebih gede lagi?

Tuhan … aku mau kembali ke ragaku. Aku kangen jadi seorang Gita. Aku janji akan hidup lebih baik dan nggak akan pernah mikir soal bunuh diri. Sumpah … enggak lagi-lagi.

Mar menyeret langkah ke arah kamar yang dari dalamnya terdengar siaran televisi kompetisi dangdut.

“Gita … semoga kamu nggak akan berakhir tinggal di kamar belakang ini selamanya.” Mar melangkah masuk dan melihat Surti sedang melakukan tiga kegiatan sekaligus. Rekan sekamarnya itu sedang duduk di lantai menyeterika, bertelepon sekaligus menonton acara kompetisi dangdut.

“Halah, umur kamu itu masih muda. Masih disebut berondong. Masa kelahiran tahun segitu, kok, minta disebut om-om? Kalau kamu yang muda dipanggil om-om, lantas aku yang tua disebut apa? Jenglot?” Surti terkikik-kikik.

Lalu saat menyadari kedatangan Mar, Surti memintanya masuk dengan lambaian tangan. Pekerjaan Surti bertambah satu macam lagi. Mencoba mengajak Mar berbicara.

Surti multitasking banget ….

Kayaknya lebih cekatan dia dari si berengsek Monic.

“Udah ketemu Pak Harris? Chika masih demam? Mukamu, kok, gitu?” Surti memberondong Mar dengan tiga pertanyaan sekaligus.

“Udah ketemu, nggak demam lagi, nggak apa-apa.” Mar menuju satu ranjang di mana bungkusan Gita yang ia bawa dari rumah sakit tadi berada. Ternyata meninggalkan bungkusan itu di meja dapur mempermudah ia mengenali ranjang mana yang harus ia tempati. Surti meletakkannya di sana. "Silakan dilanjut dulu kerjaan dan telfonannya. Saya…aku ngecek hape dulu.” Mar menunjukkan ponsel Gita pada Surti.

“Hmmm …. Mar hape baru,” kata Surti pada lawan bicaranya di telepon. “Kayaknya dia udah ngerti pake hape mahal. Berjasa banget itu yang bisa ngajarin Mar. Aku ngajarin dia pake kalkulator aja sulit.” Lagi-lagi Surti terkikik tanpa rasa bersalah seakan Mar tak berada di kamar itu.

Mar duduk di salah satu ranjang dan mulai mengecek pesan masuk terlebih dahulu. Mar mengembuskan napas lega. Setelah proses yang berbelit-belit akhirnya ia bisa memiliki ponselnya sendiri. Pesan paling atas dan terbaru datang dari ibunya.

‘Git, sudah sampai di rumah? Tumben Gita nggak nelf atau chat ngabarin udah sampai. Ibu telf juga nggak jawab. Kabari Ibu segera.’

Tidak perlu waktu lama Mar langsung mengetikkan balasan untuk sang ibu. Seraya berusaha keras mengabaikan suara-suara aneh dari kegiatan Surti yang heboh bertelepon.

‘Aku udah di rumah. Tadi nggak ngasih kabar karena ketiduran. Ibu bisa tidur sekarang. Padahal udah aku bilang berkali-kali jangan tidur larut malam. Aku udah gede, Bu. Nggak ditungguin tiap hari. Ya udah … aku mau ke toilet. Tidur ya cintaku ….’

Mar terus menggulir deretan pesan. Mencari satu nama yang entah kenapa masih ia pikirkan untuk berbaik sangka. Nyatanya memang tidak ada. Pria yang kemarin masih berstatus sebagai tunangannya mungkin sekarang tengah tidur memeluk sahabatnya.

"Dari dulu dunia memang sudah seberengsek ini," bisik Mar.

Semua orang mungkin akan mengata-ngatainya bodoh karena mau banyak membantu Rama. Salahkah kalau ia bersimpati dan mengasihani kekasihnya itu sebagai salah satu teman seperjuangan menaklukkan kota besar dan meraih mimpi mereka bersama-sama?

Dulu Rama baik. Pria itu selalu ada buatnya atau buat ibunya. Rama tidak pernah perhitungan soal waktu dan tenaga. Sepanjang apa yang telah terjadi, satu-satunya kejahatan Rama adalah mengkhianatinya.

Tapi bukannya semua memang kayak gitu? Semua pasangan yang berkhianat dulunya memang baik banget sampai mereka ketauan berkhianat? Andai Lily nggak nunjukin langsung di depan mataku, mungkin bisa aja aku nggak akan percaya. Mungkin aku bakal tetap menjalin hubungan dengan laki-laki berengsek itu.

Mar membereskan perlengkapannya cepat-cepat. Tubuh dan pikirannya sama penat. Setelah mengaduk-aduk lemari kecil tempat Mar menyimpan pakaian, akhirnya ia memutuskan mengenakan training olahraga dan kaus oblong sebagai piyama tidurnya.

"Kamu kayak anak SD mau ikut Porseni," kata Surti mengomentari Mar yang bersiap-siap tidur.

"Iya nggak apa-apa." Mar sudah tak selera lagi menjawab komentar Surti. Ia ingin cepat-cepat tidur dan berharap terbangun dalam tubuh aslinya.

*****

"Papi pergi sekarang, ya. Baik-baik di rumah sama Mbak Mar. Nggak usah sekolah dulu kalau masih demam." Harris menciumi pipi Chika yang masih mengenakan piyama dan memeluk Teddy Bear kecil.

Kalau kemarin penglihatan Mar dipuaskan dengan penampilan Harris berkemeja di siang hari dan berkaus di malam hari. Mar juga dipuaskan secara tidak sengaja dengan Harris dan lilitan handuknya. Dan pagi itu Mar kembali harus berpura-pura tidak terkesima melihat Harris dalam setelan jas lengkap. Mar menunduk sambil menatap dan memainkan kedua ibu jari kakinya. Ia tersipu sendirian.

Ganteng. Apa pemandangan begini yang diliat Mar setiap pagi? Pantes Samsul maksa banget kemarin. Standar Mar udah tinggi kayak begini. Paham, sih, kenapa Mar makin enggak selera liat kelakuan dan penampakan si Samsul.

Mar mempertahankan wajah datarnya di depan Harris.

"Mar, saya pergi ke kantor sekarang. Kalau kamu ada perlu sesuatu hubungi nomor yang biasa." Harris memasukkan ponsel ke balik jasnya. Hari itu ia akan mengikuti acara serah terima jabatan di kantor pusat. Salah satu direktur mereka memasuki masa pensiun.

"Mmmm ... Pak?"

"Ya?"

Sahutan Harris membuat Mar membeku beberapa detik. Ia perlu menarik napas sebelum melanjutkan. Suara Harris masih memiliki efek tak biasa buatnya. "Hari ini jadi ngeliat saudara saya?"

"Saudara kamu? Jadi...jadi. Asisten saya pagi ini datang melihat kondisi saudara kamu. Saya pergi sekarang."

Menyebalkan. Pagi ini bangun tidur dan masih bertubuh mini itu menyebalkan. Menghadapi tuan rumah yang sok sibuk ini juga menyebalkan. Ditambah anak perempuan kecil ini yang ngeliat aku kayak ngeliat orang asing, itu juga menyebalkan.

Apa aku akan terkurung di sini selamanya? Atau memang ini neraka yang aku dapatkan setelah Tuhan mendengar niat bunuh diriku?

Mar menghela napas panjang dan berat. “Pfft … sampai kapan aku mikir soal itu terus.”

Mar memandang Harris yang masuk ke mobil yang ia setir sendiri. “Ternyata memang enggak pake supir,” gumam Mar.

“Kan, ada supir. Supir yang biasa anter aku. Bukan anter Papi. Mbak Mar lupa,” kata Chika meninggalkan teras dengan menyeret langkahnya.

Mar lalu membekap mulutnya sendiri.

Acara serah terima jabatan di kantor pusat perusahaannya berlangsung pukul sembilan pagi. Harris pergi lebih pagi karena berniat mendatangi Rumah Sakit Daerah untuk kedua kalinya. Kunjungannya terakhir kali ke tempat itu menyisakan banyak pertanyaan.

“Pak Harris?” sapa seorang dokter perempuan saat Harris sedang bicara dengan perawat ruang ICU.

“Oh, yah … apa kabar, Dok?” Harris yang sedikit terburu-buru tidak siap dengan sapaan itu. Dan ia juga sebenarnya tidak mengenali siapa yang menyapanya. Hanya merasa pernah mengobrol sebentar.

“Ada keperluan apa di ICU, Pak? Ada yang sakit?” Dokter perempuan memandang wajah perawat di depan Harris untuk meminta penjelasan. Namun rupanya perawat tersebut memilih menyelamatkan pekerjaannya dengan tetap bungkam. Harris hanya mengangkat bahu. “Kalau begitu saya permisi, Pak. Kalau ada apa-apa bisa hubungi saya. Atau saya bisa membantu dengan menghubungkan dokter lain untuk Bapak.”

“Terima kasih, Dok,” sahut Harris dengan sopan. Ia menunggu sampai dokter perempuan itu benar-benar menghilang baru kembali meraih kertas dan membaca laporan.

“Saya tidak akan mengatakan apa pun soal pasien di ICU. Pada siapa pun,” kata perawat tanpa diminta.

“Oh, terima kasih. Boleh saya masuk ke dalam?” Harris menunjuk pintu ruangan di mana Gita berada.

“Boleh, Pak. Tentu boleh.” Perawat mendahului Harris menuju pintu ruang ICU dan menjelaskan secara terperinci soal keadaan Gita.

Tiba di dalam Harris meminta perawat untuk meninggalkannya sendiri. “Saya tidak lama, tapi saya perlu waktu berdua dengan pasien,” ucap Harris. Perawat menurutinya dengan pergi keluar dan menghilang dari penampakan kaca yang tembus pandang. Harris segera mengalihkan perhatiannya pada sosok Gita yang tertidur dengan selang oksigen.

Kali ini Harris punya kesempatan memandang Gita dari dekat. “ Ternyata dari dilihat dari dekat begini kamu lebih cantik. Semakin tidak percaya kalau kamu saudara Mar. Aku nggak tau dari mana Mar ketemu kamu. Sejak kemarin Mar jadi sosok lain. Salah satunya adalah mengakui kalau kamu saudaranya. Padahal … aku ikut menjemput Mar ke rumahnya. Mar adalah yatim-piatu yang dulu bekerja menjadi asisten rumah tangga tetangga Samsul. Tidak ada orang lain yang dikenal Mar selain Samsul dan juga … almarhumah istriku. Mar yang biasa menyebut dirinya sendiri dengan Mar, sekarang sudah pintar menggunakan kata ‘saya’ dan berbahasa Inggris.” Harris terkekeh. “Dan juga … Mar tidak pernah memandangku seperti dua hari ini.” Harris bicara sambil mondar-mandir di ruangan seakan sedang mendikte sesuatu. Langkahnya lalu terhenti dan kembali menatap Gita.

Harris memandang wajah oval Gita dan rambut hitam panjangnya. “Gita … kamu siapa? Apa yang terjadi sampai kamu berakhir di tempat ini? Apa aku perlu mendatangi kantor kamu? Kamu masih bekerja di situ, kan? Kamu pasti punya teman yang mengenali kamu.” Harris menyentuh jemari Gita dengan telunjuknya. Perlahan-lahan sampai ujung telunjuk Harris menyentuh punggung tangan Gita yang pucat. “Bahkan Mar yang sekarang berani memintaku merawat kuku. Luar biasa. Mar kayaknya lupa siapa aku dan apa pekerjaanku.”

Jemari Harris lainnya seakan iri dengan telunjuk yang menyentuh punggung tangan lembut milik seorang wanita. Jemari lainnya terentang hendak meraih tangan terkulai itu untuk digenggam. Namun, sebuah telepon masuk membuat semua jari harus bersabar.

“Halo? Sudah ketemu di mana kantornya? Benar ada Sales Manager bernama Gita? Hmmm … oke. Besok atau lusa sepertinya saya akan cross check langsung.”

To be continued

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

kamu juga skrg menyebalkan mar😂

2025-02-01

0

adisty aulia

adisty aulia

Karyamu selalu seseru itu K Njus...👏💥💥💥

2024-11-20

0

Lalisa

Lalisa

ngakak njirrr 🤣🤣

2025-03-08

0

lihat semua
Episodes
1 001. Hari Apes Lainnya
2 002. Kesialan Beruntun
3 003. Bukan Luka Biasa
4 004. Alasan Dikhianati
5 005. Tidak Sekedar Patah Hati
6 006. Rasanya Pupus Semua
7 007. Raga Lain
8 008. Menyelami Kisah Lain
9 Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10 009. Kenyataan Mengejutkan
11 010. Sang Penjamin
12 011. Kisah Seorang Wanita
13 012. Review Dari Harris
14 013. Rumah di Gang Sempit
15 014. Pertarungan Sengit
16 015. Status Harris
17 016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18 017. Laporan Berkala
19 018. Siapa Pak Harris?
20 019. Menjadi Seorang Mar
21 020. Gebrakan Mar
22 021. Bukan Sengaja
23 022. Mar Bersikap
24 023. Pencarian Harris
25 024. Pencarian Dimulai
26 025. Hasil Pencarian Harris
27 026. Percakapan Harris
28 27. Siang Di Rumah Harris
29 28. Sabotase Dari Mar
30 029. Pertanyaan Jebakan
31 030. Lovebird
32 031. Bertemu Bu Gendis
33 032. Sebuah Tempat Aman
34 033. Bertubi-tubi
35 034. Segala Kepanikan
36 035. Sebelum Kejadian Besar
37 036. Perspektif Banyak Orang (1)
38 037. Perspektif Banyak Orang (2)
39 038. Tepat Seminggu
40 039. Gita Membuka Mata
41 040. New Person
42 041. Sambutan Chika
43 042. Sesuatu Yang Mengganjal
44 043. Mengumpulkan Kesaksian
45 044. Menyesuaikan Diri
46 045. Di Tepi Kolam Renang
47 046. Hati Ke Hati
48 047. Harris Sebenarnya
49 048. Perkenalan Dua Pria
50 049. Bertemunya Dua Sohib
51 050. Motivasi Fisioterapi
52 051. Ucapan Terima Kasih
53 052. Babysitter Baru?
54 053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55 054. Obrolan Kasih Sayang
56 055. Kuncir Model Baru
57 056. Pertemuan Babak Pertama
58 057. Pertanyaan Chika
59 058. Hari Pertama Kerja
60 059. Kesan Hari Pertama
61 060. Kekesalan Beralasan
62 061. Aku Sebagai Apa?
63 062. Efek Debat Tengah Malam
64 063. Apa Kabar Hubungan Kita
65 Sekilas Berita
66 064. After Drama
67 065. Sebelum Makan Malam
68 066. Izin Ibu
69 067. Pria di Depan Pintu
70 068. Sehangat Hidangan
71 069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72 070. Kita Berdua Sama Saja
73 071. Bukan Sebatas Amarah
74 072. Bye-bye Darling
75 073. Apa Arti Diriku?
76 074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77 075. Tidak Semudah Itu
78 076. Gita & Mar (1)
79 077. Gita & Mar (2)
80 078. Sebenarnya Sayang
81 079. Percakapan Sepanjang Hari
82 080. Yang Sebenarnya
83 081. Sisi Lain Cerita
84 082. Belum Bisa Kembali
85 083. Kunjungan Mendebarkan
86 084. Argumentasi Kenyataan
87 085. Beberapa Kenyataan
88 086. Sebelum Interogasi
89 087. Bukan Lawan Sepadan
90 088. Arti Sebuah Keputusan
91 089. Mungkin Negosiasi
92 090. Percakapan Alot
93 091. Penuh Rindu
94 092. Tangisan Penuh Kerinduan
95 093. Bersama Lebih Lama
96 094. Obrolan Absurd
97 095. Mengurai Lelah
98 096. Mungkin Terselamatkan
99 097. Perdebatan dan Pengakuan
100 098. Mengalah Bukan Kalah
101 099. Rumah Bekas Mertua
102 100. Percakapan Melempem
103 101. Quality Time
104 102. Obrolan Tengah Malam
105 103. Me Time Tak Sengaja
106 104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107 105. Renungan Malam
108 106. Banyak Pikiran
109 107. Penyerta yang Penting
110 108. Mencari Kecocokan
111 109. Menelan Kenyataan
112 110. Mencari Jawaban Hati
113 111. Hari Hilir Mudik
114 112. Melepaskan Ingatan
Episodes

Updated 114 Episodes

1
001. Hari Apes Lainnya
2
002. Kesialan Beruntun
3
003. Bukan Luka Biasa
4
004. Alasan Dikhianati
5
005. Tidak Sekedar Patah Hati
6
006. Rasanya Pupus Semua
7
007. Raga Lain
8
008. Menyelami Kisah Lain
9
Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10
009. Kenyataan Mengejutkan
11
010. Sang Penjamin
12
011. Kisah Seorang Wanita
13
012. Review Dari Harris
14
013. Rumah di Gang Sempit
15
014. Pertarungan Sengit
16
015. Status Harris
17
016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18
017. Laporan Berkala
19
018. Siapa Pak Harris?
20
019. Menjadi Seorang Mar
21
020. Gebrakan Mar
22
021. Bukan Sengaja
23
022. Mar Bersikap
24
023. Pencarian Harris
25
024. Pencarian Dimulai
26
025. Hasil Pencarian Harris
27
026. Percakapan Harris
28
27. Siang Di Rumah Harris
29
28. Sabotase Dari Mar
30
029. Pertanyaan Jebakan
31
030. Lovebird
32
031. Bertemu Bu Gendis
33
032. Sebuah Tempat Aman
34
033. Bertubi-tubi
35
034. Segala Kepanikan
36
035. Sebelum Kejadian Besar
37
036. Perspektif Banyak Orang (1)
38
037. Perspektif Banyak Orang (2)
39
038. Tepat Seminggu
40
039. Gita Membuka Mata
41
040. New Person
42
041. Sambutan Chika
43
042. Sesuatu Yang Mengganjal
44
043. Mengumpulkan Kesaksian
45
044. Menyesuaikan Diri
46
045. Di Tepi Kolam Renang
47
046. Hati Ke Hati
48
047. Harris Sebenarnya
49
048. Perkenalan Dua Pria
50
049. Bertemunya Dua Sohib
51
050. Motivasi Fisioterapi
52
051. Ucapan Terima Kasih
53
052. Babysitter Baru?
54
053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55
054. Obrolan Kasih Sayang
56
055. Kuncir Model Baru
57
056. Pertemuan Babak Pertama
58
057. Pertanyaan Chika
59
058. Hari Pertama Kerja
60
059. Kesan Hari Pertama
61
060. Kekesalan Beralasan
62
061. Aku Sebagai Apa?
63
062. Efek Debat Tengah Malam
64
063. Apa Kabar Hubungan Kita
65
Sekilas Berita
66
064. After Drama
67
065. Sebelum Makan Malam
68
066. Izin Ibu
69
067. Pria di Depan Pintu
70
068. Sehangat Hidangan
71
069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72
070. Kita Berdua Sama Saja
73
071. Bukan Sebatas Amarah
74
072. Bye-bye Darling
75
073. Apa Arti Diriku?
76
074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77
075. Tidak Semudah Itu
78
076. Gita & Mar (1)
79
077. Gita & Mar (2)
80
078. Sebenarnya Sayang
81
079. Percakapan Sepanjang Hari
82
080. Yang Sebenarnya
83
081. Sisi Lain Cerita
84
082. Belum Bisa Kembali
85
083. Kunjungan Mendebarkan
86
084. Argumentasi Kenyataan
87
085. Beberapa Kenyataan
88
086. Sebelum Interogasi
89
087. Bukan Lawan Sepadan
90
088. Arti Sebuah Keputusan
91
089. Mungkin Negosiasi
92
090. Percakapan Alot
93
091. Penuh Rindu
94
092. Tangisan Penuh Kerinduan
95
093. Bersama Lebih Lama
96
094. Obrolan Absurd
97
095. Mengurai Lelah
98
096. Mungkin Terselamatkan
99
097. Perdebatan dan Pengakuan
100
098. Mengalah Bukan Kalah
101
099. Rumah Bekas Mertua
102
100. Percakapan Melempem
103
101. Quality Time
104
102. Obrolan Tengah Malam
105
103. Me Time Tak Sengaja
106
104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107
105. Renungan Malam
108
106. Banyak Pikiran
109
107. Penyerta yang Penting
110
108. Mencari Kecocokan
111
109. Menelan Kenyataan
112
110. Mencari Jawaban Hati
113
111. Hari Hilir Mudik
114
112. Melepaskan Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!