006. Rasanya Pupus Semua

“Gita ya? Agenda kamu ketinggalan di meja. Aku baca nama kamu di depannya. Oh, ya, namaku Rama. Dokter residen di sini. Kalau dilihat dari gaya kamu … kamu pasti bukan pasien. Senyum kamu manis banget. Boleh kenalan, Git?”

Langkah Gita terhenti di dekat jembatan yang di bawahnya mengalir sungai kecil cukup deras. Sudah berapa lama ia berjalan? Kenapa suara air semakin dekat? Gita melongok ke bawah. Air yang tidak terlalu jernih dan beberapa riak yang cukup jelas menandakan sungai itu tidak terlalu dalam. Gita mendekati tepi jembatan.

“Git, makasih karena udah bela-belain dateng ke sini. Aku udah dua hari demam karena tiga hari nggak pulang dari rumah sakit. Mungkin karena kecapekan. Mungkin juga karena kangen bubur ini. Makasih udah masakin buat aku.”

Air mata Gita kembali menetes. Dadanya terasa sesak dan ia menepuknya sekali. Ia lalu tersedak dengan suara tangis tertahan.

“Git, Mama titip salam dan titip ngomong makasih. Mama bilang sandal yang kamu belikan pas banget di kakinya. Mama juga suka banget modelnya.”

“Gita Safiya Nala … maukah kamu menjadi istriku? Aku berjanji kalau semua sayang, cinta dan pengabdianku sebagai dokter spesialis akan kupersembahkan untuk kamu. Aku cinta kamu, Git.”

Gita memandang cincin yang melingkari jari manisnya. Lalu mengusap cincin itu dengan lembut. Hari di mana Rama melamarnya adalah salah satu hari terindah dalam hidupnya. Usai dilamar hari itu ia langsung minta diantar ke rumah ibunya. Segera ingin menyampaikan soal kabar baik itu.

“Ibu bahagia untuk Gita. Selama ini sisa hidup Ibu cuma untuk melihat kebahagiaan Gita. Menikah, punya suami, punya anak. Itu aja. Ibu percaya Rama adalah laki-laki baik. Ibu harap nantinya Gita bisa jadi istri yang baik untuk Rama.”

Gita mendekati pegangan besi di jembatan. Derasnya air sungai seakan memanggil menyebut namanya. Suara-suara dalam kepalanya semakin ramai.

Hidupmu enggak ada artinya lagi.

Kamu enggak malu ke teman-teman kamu? Semua orang yang kamu kenal tau kabar pernikahan kamu.

Rama selama ini cuma manfaatin kamu aja. Kalau dia sayang, dia pasti nggak akan ngabisin uang yang udah capek-capek kamu kumpulkan.

Dan Monic … Monic nggak pernah menganggap kamu seorang sahabat.

Gita, hidupmu terlalu menyedihkan. Sekarang kamu nggak punya pacar dan pekerjaanmu berantakan. Direktur penjualan itu akan membunuhmu cepat atau lambat.

Suara-suara di kepalanya semakin keras. Berteriak, berdebat, bertanya dan menjawab. Gita mengerjapkan mata. Suara air sungai membuat semakin penasaran ingin melihat dari dekat. Matanya berkeliling lagi. Pagar jembatan yang terlalu rapat akhirnya membuat Gita sedikit mundur mencari celah di tempat lain. Gita menyelipkan badannya ke balik pagar.

Siapa yang ngasih makan burung-burung merpati di balkon?

Pasti ada. Lagipula ... merpati-merpati itu nggak akan mati kelaparan.

Apa yang terjadi dengan ibuku? Ibu pasti hancur kalau anaknya mati. Mati? Apa itu jawabannya? Aku harus mati.

Ya, benar. Mati akan menyelesaikan masalahku. Semua akan selesai. Orang mati tidak menanggung malu. Semuanya selesai.

Dari balik pagar, Gita berjalan menyusuri tepian jembatan. Dengan setelan jas, rok selutut dan heels, penampilan Gita sangat kontras di tempat itu. Tas tangannya masih tersangkut di bahu. Rambut hitamnya yang panjang berserakan tertiup angin. Langkah gontainya terhenti. Gita menunduk. Menatap sungai yang mengalir deras di bawahnya dengan sorot mata hampa.

"Apa bisa langsung mati? Aku, kan, jago berenang ...," bisik Gita. Lalu matanya menyusuri bebatuan besar di bawah sana. Ia meyakinkan diri bisa mati dengan menghantam bebatuan di sungai tanpa harus terseret arus atau tenggelam.

"Kalau geser ke sebelah sini mungkin bisa mengurangi rasa sakit," ucap Gita, menggeser kakinya agar tidak terjatuh terlalu ke tengah. Semak di tepian sungai sepertinya bisa sedikit menahan berat tubuhnya sebelum menghantam bumi.

Tanpa Gita sadari, kegiatannya sudah menarik perhatian seseorang yang mengikutinya mulai dari keluar stasiun. Seseorang yang sangat paham kalau Gita hanya seorang pendatang di daerah itu. Daerah yang sebagian besar hanya terdapat vila dan restoran jarang sekali disinggahi orang-orang dengan pakaian kantor 'khas kota'.

Sementara Gita terus menggeser kaki untuk mencapai bagian tepi jembatan, seorang asing mengendap-endap mendekatinya dari belakang.

Telinga Gita sedang tak awas. Pikirannya tengah terbagi antara pilihan mengakhiri hidup atau tidak. Sampai sebuah gerakan tiba-tiba dari belakang cukup mengejutkannya.

"Hei!" jerit Gita. Seorang pria menarik tasnya dari balik jembatan. Refleks ia menahan tas yang sudah melorot dari bahunya.

"Sini!" gertak seorang pria. Menyentak tas yang tersangkut di tangan Gita.

"Ih, apa, sih! Rampok ...!" jerit Gita dengan kesia-siaan. Sekian detik itu dipergunakan si orang asing untuk merampas tas dan mendorongnya bersamaan.

Gita limbung di tempatnya berdiri. Jeritan pun tak sempat keluar dari kerongkongannya. Gita gelagapan. Meraih semua benda yang bisa ia raih. Tasnya, pagar jembatan yang cukup jauh dari jembatannya, dan yang paling akhir yang bisa ia cengkeram. Lengan kemeja si perampok yang masih bersikukuh menarik tasnya. Bunyi kemeja yang robek masih terdengar di telinganya. Gita lalu memejamkan mata. Sepersekian detik yang sangat cepat. Ia melayang. Bebatuan dan semak terlihat semakin dekat.

Sebelum pandangannya benar-benar gelap dan sebelum kesadarannya terenggut, Gita mendengar suara seorang wanita berteriak, "Hei ...!"

*****

Dua jam setelahnya, seorang wanita berjalan tergesa-gesa memasuki gang kecil tempat tinggalnya. Wajahnya pucat dan beberapa bagian kakinya berdarah karena goresan bebatuan. Dengan napas terengah ia merogoh kunci di saku celana. Menjejalkan kunci ke lubangnya sambil celingak-celinguk. Cemas dan khawatir seseorang menangkapnya dari belakang.

“Mar! Dari mana kamu? Pasti dari tempat itu lagi. Iya, kan? Memang perempuan ndablek!” jerit seorang pria.

Mar tersentak dan kunci di tangannya jatuh. “Enggak ke sana, kok, Mas. A-aku belanja.”

“Ambil kunci itu dan masuk ke rumah. Mana yang gajiku kemarin? Kenapa Ibu bilang kamu pelit banget dimintai duit buat belanja?!”

“Udah aku kasih, Mas. Memangnya Ibu bilang apa?” Mar memutar kunci dan mendorong pintu.

PLAK!

Tangan besarnya menampar bagian belakang kepala Mar sampai wanita itu tersandung. “Jadi maksudmu ibuku bohong? Uang segitu aja pelitnya luar biasa. Mana dompetmu?” Menuju lemari hias dan membuka rak teratas.

Mar mendorong tubuh pria itu. “Ini uangku. Jangan diambil! Anak-anakku juga perlu belanja. Sisa uangku cuma ini, Mas.” Mar merampas sebuah dompet kain dari tangan suaminya.

“Sini!” Sekali rampasan saja dompet kain sudah berpindah tangan.

Pria bertubuh besar itu dengan mudah merampas dompet dari tangan Mar. Satu tangannya yang lain mendorong Mar sampai wanita itu terjengkang.

Mar yang merasa perlu mempertahankan miliknya menerjang kaki sang suami. Ia memukuli kaki pria itu dan menggigit pahanya. “Uangku cuma tersisa itu. Nggak ada lagi!”

“Aku cuma mau liat uangmu! Kalau uangmu habis kenapa nggak minta majikanmu? Hah?! Kamu yang bilang kalau majikanmu banyak uang, kan? Udah tau nggak ada uang tapi kerjamu pergi ke tempat itu terus setiap hari. Dasar sundal!” Tangannya mencengkeram rambut Mar sekuat tenaga seraya meringis menahan sakit di pahanya.

“Mas Samsul! Ampun! Ampun …! Sakit! Lepasin! Aku mau ngomong! Lepasin! Aku tau sesuatu! Aku tau sesuatu!” Mar menjerit dengan tangan terus memukuli kaki sang suami. Kedua tangannya mencakari tangan pria yang merenggut rambutnya. Kepalanya pusing.

Pergolakan Mar mempertahankan dompet ternyata tak lama. Samsul yang masih mendapat sebutan ‘Mas’ dari Mar malah menyambar sebuah sapu yang tersandar di dinding. Dengan satu ayunan, Samsul melayangkan sapu ke kepala Mar.

Dalam sepersekian detik Mar yang tubuhnya tampak kuat karena badannya cukup berisi sudah tergeletak tak sadarkan diri.

“Mar!” panggil Samsul. “Bangun kau, Mar! Mar!” jerit Samsul, menusukkan ujung sapu ke tubuh istrinya yang tergeletak.

To be continued

Terpopuler

Comments

Gus Surani26

Gus Surani26

ya Allah, kenapa sih suami2 yg kyk gtu masih dikasih hidup. jahat banget

2025-01-10

1

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

apakah ini yg difikirkan org yg mau bunuh diri?

2025-02-06

0

May Keisya

May Keisya

aku sedih tapi pgn ketawa😭😭😂😂😂

2025-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 001. Hari Apes Lainnya
2 002. Kesialan Beruntun
3 003. Bukan Luka Biasa
4 004. Alasan Dikhianati
5 005. Tidak Sekedar Patah Hati
6 006. Rasanya Pupus Semua
7 007. Raga Lain
8 008. Menyelami Kisah Lain
9 Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10 009. Kenyataan Mengejutkan
11 010. Sang Penjamin
12 011. Kisah Seorang Wanita
13 012. Review Dari Harris
14 013. Rumah di Gang Sempit
15 014. Pertarungan Sengit
16 015. Status Harris
17 016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18 017. Laporan Berkala
19 018. Siapa Pak Harris?
20 019. Menjadi Seorang Mar
21 020. Gebrakan Mar
22 021. Bukan Sengaja
23 022. Mar Bersikap
24 023. Pencarian Harris
25 024. Pencarian Dimulai
26 025. Hasil Pencarian Harris
27 026. Percakapan Harris
28 27. Siang Di Rumah Harris
29 28. Sabotase Dari Mar
30 029. Pertanyaan Jebakan
31 030. Lovebird
32 031. Bertemu Bu Gendis
33 032. Sebuah Tempat Aman
34 033. Bertubi-tubi
35 034. Segala Kepanikan
36 035. Sebelum Kejadian Besar
37 036. Perspektif Banyak Orang (1)
38 037. Perspektif Banyak Orang (2)
39 038. Tepat Seminggu
40 039. Gita Membuka Mata
41 040. New Person
42 041. Sambutan Chika
43 042. Sesuatu Yang Mengganjal
44 043. Mengumpulkan Kesaksian
45 044. Menyesuaikan Diri
46 045. Di Tepi Kolam Renang
47 046. Hati Ke Hati
48 047. Harris Sebenarnya
49 048. Perkenalan Dua Pria
50 049. Bertemunya Dua Sohib
51 050. Motivasi Fisioterapi
52 051. Ucapan Terima Kasih
53 052. Babysitter Baru?
54 053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55 054. Obrolan Kasih Sayang
56 055. Kuncir Model Baru
57 056. Pertemuan Babak Pertama
58 057. Pertanyaan Chika
59 058. Hari Pertama Kerja
60 059. Kesan Hari Pertama
61 060. Kekesalan Beralasan
62 061. Aku Sebagai Apa?
63 062. Efek Debat Tengah Malam
64 063. Apa Kabar Hubungan Kita
65 Sekilas Berita
66 064. After Drama
67 065. Sebelum Makan Malam
68 066. Izin Ibu
69 067. Pria di Depan Pintu
70 068. Sehangat Hidangan
71 069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72 070. Kita Berdua Sama Saja
73 071. Bukan Sebatas Amarah
74 072. Bye-bye Darling
75 073. Apa Arti Diriku?
76 074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77 075. Tidak Semudah Itu
78 076. Gita & Mar (1)
79 077. Gita & Mar (2)
80 078. Sebenarnya Sayang
81 079. Percakapan Sepanjang Hari
82 080. Yang Sebenarnya
83 081. Sisi Lain Cerita
84 082. Belum Bisa Kembali
85 083. Kunjungan Mendebarkan
86 084. Argumentasi Kenyataan
87 085. Beberapa Kenyataan
88 086. Sebelum Interogasi
89 087. Bukan Lawan Sepadan
90 088. Arti Sebuah Keputusan
91 089. Mungkin Negosiasi
92 090. Percakapan Alot
93 091. Penuh Rindu
94 092. Tangisan Penuh Kerinduan
95 093. Bersama Lebih Lama
96 094. Obrolan Absurd
97 095. Mengurai Lelah
98 096. Mungkin Terselamatkan
99 097. Perdebatan dan Pengakuan
100 098. Mengalah Bukan Kalah
101 099. Rumah Bekas Mertua
102 100. Percakapan Melempem
103 101. Quality Time
104 102. Obrolan Tengah Malam
105 103. Me Time Tak Sengaja
106 104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107 105. Renungan Malam
108 106. Banyak Pikiran
109 107. Penyerta yang Penting
110 108. Mencari Kecocokan
111 109. Menelan Kenyataan
112 110. Mencari Jawaban Hati
113 111. Hari Hilir Mudik
114 112. Melepaskan Ingatan
Episodes

Updated 114 Episodes

1
001. Hari Apes Lainnya
2
002. Kesialan Beruntun
3
003. Bukan Luka Biasa
4
004. Alasan Dikhianati
5
005. Tidak Sekedar Patah Hati
6
006. Rasanya Pupus Semua
7
007. Raga Lain
8
008. Menyelami Kisah Lain
9
Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10
009. Kenyataan Mengejutkan
11
010. Sang Penjamin
12
011. Kisah Seorang Wanita
13
012. Review Dari Harris
14
013. Rumah di Gang Sempit
15
014. Pertarungan Sengit
16
015. Status Harris
17
016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18
017. Laporan Berkala
19
018. Siapa Pak Harris?
20
019. Menjadi Seorang Mar
21
020. Gebrakan Mar
22
021. Bukan Sengaja
23
022. Mar Bersikap
24
023. Pencarian Harris
25
024. Pencarian Dimulai
26
025. Hasil Pencarian Harris
27
026. Percakapan Harris
28
27. Siang Di Rumah Harris
29
28. Sabotase Dari Mar
30
029. Pertanyaan Jebakan
31
030. Lovebird
32
031. Bertemu Bu Gendis
33
032. Sebuah Tempat Aman
34
033. Bertubi-tubi
35
034. Segala Kepanikan
36
035. Sebelum Kejadian Besar
37
036. Perspektif Banyak Orang (1)
38
037. Perspektif Banyak Orang (2)
39
038. Tepat Seminggu
40
039. Gita Membuka Mata
41
040. New Person
42
041. Sambutan Chika
43
042. Sesuatu Yang Mengganjal
44
043. Mengumpulkan Kesaksian
45
044. Menyesuaikan Diri
46
045. Di Tepi Kolam Renang
47
046. Hati Ke Hati
48
047. Harris Sebenarnya
49
048. Perkenalan Dua Pria
50
049. Bertemunya Dua Sohib
51
050. Motivasi Fisioterapi
52
051. Ucapan Terima Kasih
53
052. Babysitter Baru?
54
053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55
054. Obrolan Kasih Sayang
56
055. Kuncir Model Baru
57
056. Pertemuan Babak Pertama
58
057. Pertanyaan Chika
59
058. Hari Pertama Kerja
60
059. Kesan Hari Pertama
61
060. Kekesalan Beralasan
62
061. Aku Sebagai Apa?
63
062. Efek Debat Tengah Malam
64
063. Apa Kabar Hubungan Kita
65
Sekilas Berita
66
064. After Drama
67
065. Sebelum Makan Malam
68
066. Izin Ibu
69
067. Pria di Depan Pintu
70
068. Sehangat Hidangan
71
069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72
070. Kita Berdua Sama Saja
73
071. Bukan Sebatas Amarah
74
072. Bye-bye Darling
75
073. Apa Arti Diriku?
76
074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77
075. Tidak Semudah Itu
78
076. Gita & Mar (1)
79
077. Gita & Mar (2)
80
078. Sebenarnya Sayang
81
079. Percakapan Sepanjang Hari
82
080. Yang Sebenarnya
83
081. Sisi Lain Cerita
84
082. Belum Bisa Kembali
85
083. Kunjungan Mendebarkan
86
084. Argumentasi Kenyataan
87
085. Beberapa Kenyataan
88
086. Sebelum Interogasi
89
087. Bukan Lawan Sepadan
90
088. Arti Sebuah Keputusan
91
089. Mungkin Negosiasi
92
090. Percakapan Alot
93
091. Penuh Rindu
94
092. Tangisan Penuh Kerinduan
95
093. Bersama Lebih Lama
96
094. Obrolan Absurd
97
095. Mengurai Lelah
98
096. Mungkin Terselamatkan
99
097. Perdebatan dan Pengakuan
100
098. Mengalah Bukan Kalah
101
099. Rumah Bekas Mertua
102
100. Percakapan Melempem
103
101. Quality Time
104
102. Obrolan Tengah Malam
105
103. Me Time Tak Sengaja
106
104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107
105. Renungan Malam
108
106. Banyak Pikiran
109
107. Penyerta yang Penting
110
108. Mencari Kecocokan
111
109. Menelan Kenyataan
112
110. Mencari Jawaban Hati
113
111. Hari Hilir Mudik
114
112. Melepaskan Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!