015. Status Harris

Jaya terlihat kecewa dengan keputusan Mar membawanya ke rumah Nek Imah. Bocah laki-laki itu cemberut tapi tidak berlangsung lama karena Mar mengajak dua anak laki-laki itu mampir ke mini market sebelum ke rumah nenek mereka.

“Kita beli kebutuhan kalian dan sedikit jajanan untuk bekal selama di rumah nenek kamu. Selain nenek kamu, yang mata duitan siapa lagi di rumahnya?” Mar mendorong stroller tua berisi Hasan dan tiga bungkus kecil pakaian yang tersangkut di pegangan kereta itu.

“Ada adik bungsu-nya Bapak yang lebih cerewet dari nenek.” Jaya mengatakan itu dengan sorot mengiba. Berharap kalau Mar akan mengubah keputusannya. Namun jin yang memasuki tubuh Ibu memang keras kepala, pikirnya.

“Oke. Adiknya bapak kalian itu akan kuwanti-wanti. Mulai sekarang nggak akan ada yang berani menyenggol kalian.”

Dalam terangnya lampu mini market, Gita yang menumpangi tubuh Mar tidak berani melihat penampilannya sendiri. Ia semakin tidak mengenali dirinya. Semakin merasa kehilangan jati diri. Pakaian yang terlalu biasa, membawa dua anak dengan pakaian lusuh, bungkusan pakaian dan dahi penuh peluh. Ditambah sudut bibir yang luka karena tangan seorang suami.

“Rak susu di sebelah sini, Tan.” Mini market selalu membuat Jaya bersemangat. Dalam satu detik ia sudah berteriak dari salah satu lorong rak. “Hasan pasti senang! Malam ini Hasan minum susu.” Jaya melonjak-lonjak bahagia dengan tangan menunjuk jajaran susu formula.

Mar tersenyum miris lalu mendorong stroller mendekati Jaya. “Susu mana yang biasa dibeli ibu kalian untuk Hasan?”

Jaya memandang jajaran susu di rak dan menyentuh semuanya. “Hasan udah pernah minum semuanya. Dari yang mahal sampai yang murah. Tergantung dari duit Ibu.” Jaya tersenyum bangga.

Sedangkan Mar membuka dompet kain Mar dan menghitung sisa uangnya. Mar memandang Hasan dengan wajah iba. “Kamu nggak mencret minum susu berbeda-beda gitu? Ayo sekarang kita cari susu yang pas buat kamu.” Mar mengacak rambut Hasan dan bayi itu terlihat senang dengan keceriaan yang baru diterimanya.

Lima belas menit melihat-lihat berbagai merek susu dan membaca sekilas kandungan juga harganya membuat Mar menggaruk kepala. “Harga susu formula mahal banget. Ternyata Mar terlalu melarat. Boleh nggak, sih, bayinya minum teh pucuk aja?”

“Kalau minum teh pucuk, Hasan nangisnya sambil ngomong pucuk…pucuk…pucuk….” Jaya terbahak-bahak karena hal yang baru dikatakannya.

Mar membelai kepala Jaya. “Ternyata kamu lucu juga, ya. Tetap begini biar ibu kamu selalu ngerasa terhibur dan capeknya kerja nggak berasa.”

Jaya tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi. Bocah itu melupakan sejenak soal Nek Minah. Jaya berlarian ke sana kemari di dalam mini market dan memilih jajanan yang akan dibayar Mar menggunakan kartu debit milik Gita.

Dengan dua bungkus belanjaan dari mini market langkah Mar semakin lambat. Untungnya rumah Nek Minah tidak jauh. Sepuluh menit keluar dari mini market mereka sudah tiba di depan gang rumah orang tua Samsul.

“Sebelum ke rumah nenek kalian, apa ada yang mau kamu sampaikan?” Mar membelai kepala Jaya.

“Misalnya?” Jaya memang benar-benar tidak paham.

“Unek-unek? Keluhan? Keinginan? Kemauan?” Jaya bebas memilih padu-padan kata mana yang paling pas buat dia.

“Aku nggak pernah ditanya soal kemauanku, jadi aku nggak tau apa yang aku mau. Aku nggak punya keinginan selain … aku nggak mau liat ibu nangis. Aku juga mau Hasan minum susu setiap hari. Karena kadang-kadang untuk nangis aja Hasan nggak punya tenaga. Badannya kurus.” Jaya berhenti memegang kepala adiknya yang terkantuk-kantuk dalam stroller.

“Itu aja?”

“Aku nggak mau kelamaan di rumah nenek.” Jaya kembali diam dengan tangan membelai kepala adiknya.

“Aku bakal jemput kalian secepatnya.” Mar tersenyum optimis walau ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jaya melanjutkan, “Rumah Nek Imah itu terlalu rame. Aku nggak bisa belajar. Aku dan Hasan tidur di ruang tamu. Adik perempuan bapak sering bawa pacarnya. Ganti-ganti terus. Setiap ada orang baru yang dateng sering nanya, ‘Dek, ada WC?’” Jaya cemberut. “Aneh banget nanya gitu. Kayak kami pup di kebon aja.” Wajah Jaya sangat serius berhasil membuat Mar tergelak.

“Baiklah semua keluhan udah didenger. Sekarang aku antar kalian ke rumah Nek Imah. Aku nggak janji semua bakal cepat, tapi aku janji nggak akan lama.”

Wajah Jaya menggambarkan kelegaan. Langkahnya lebih ringan ketika Mar menggandengnya ke depan pintu rumah Nek Imah.

“Ngapain ke sini lagi? Memangnya kamu mau ke mana sampai-sampai nggak bisa jaga anak sendiri? Aku sibuk. Aku nggak bisa….” Nek Imah berhenti bicara karena melihat Mar dengan sangat santai membuka dompet dan mengeluarkan beberapa lembar.

Mar menjejalkan lima lembar uang pecahan seratus ribu ke tangan Nek Imah. “Ini uang belanja Jaya dan Hasan selama beberapa hari. Aku bakal cek apa yang mereka makan.”

Nek Minah menghitung cepat uang di tangannya. “Uang segini buat beli apa?”

Mar menggeleng dengan elegan. "Aku nggak akan ngasih banyak karena nenek Jaya bakal bagi-bagi ke si putri bungsu yang hidupnya kayak di keraton."

"Kamu kira aku bisa diperintah seenaknya kayak gini?"

“Sini,” kata Mar, membawa Nek Imah ke dalam rumah agar perkataannya tidak didengar Jaya. “Nek, dengar baik-baik.” Mar belum melepaskan tangannya di lengan Nek Imah.

“Makin kurang ajar aja kamu,” ucap Nek Imah dengan nada mengancam.

“Aku nggak mau banyak basa-basi. Jaya dan Hasan aku titip di sini untuk beberapa hari. Susu dan beberapa kebutuhannya udah aku beli. Masak makanan enak dan jangan sakiti mereka secara fisik ataupun mental.”

“Kamu kira aku siapa, Mar?” Nek Imah menghempaskan tangan Mar dari lengannya.

Mar kembali mencengkeram lengan Nek Imah. “Aku bukan Mar. Aku bukan menantu yang biasa cuma bisa nangis tiap Anda maki. Aku adalah jin yang menyaksikan Samsul merampok dan mendorong perempuan di tepi jembatan. Anda bisa diam dan merawat dua cucu laki-laki Anda dengan baik. Atau aku akan menjebloskan kalian semua ke penjara dengan banyak tuduhan kekerasan atas Mar dan tuduhan perampokan juga percobaan pembunuhan. Nasib putra Anda tergantung dari apa yang keluar dari mulut Anda. Ngerti? Ngerti, dong …. Masa gitu aja nggak ngerti.” Mar melepaskan lengan Nek Imah dengan wajah puas.

Nek Imah menjauhi Mar dan mengambil alih stroller Hasan yang kini sudah tertidur. “Jaya … kita masuk sekarang. Bawa semua bungkusan itu. Udah malam. Besok sekolah, kan? Mau dibekalin apa?” Nek Imah tak berani memandang Mar yang berdiri di ambang pintu mengawasinya.

Sebelum pintu tertutup, Jaya menoleh ke belakang. “Tante … jaga Ibu baik-baik ya.” Jaya melambai. Mar mengangguk kecil.

Ini adalah pilihan terbaik buat kamu dan Hasan, Jay. Bagaimana pun juga yang bisa menjaga kamu dengan baik adalah keluarga kamu. Kalau semuanya udah lebih baik, aku bakal jemput kamu. Syukur-syukur kalau yang jemput adalah ibu kamu yang sebenarnya.

Hari yang benar-benar aneh dan terasa sangat panjang itu akhirnya hampir berakhir. Sudah beranjak malam dan Mar ingin beristirahat di kamar khusus pegawai di kediaman Harris. Walau kamar asisten rumah tangga biasanya berukuran kecil, tapi kamar itu pasti setidaknya lebih aman dibanding kamar di rumah Mar yang bisa dimasuki Samsul setiap saat. Kamar di rumah Harris juga pasti lebih bagus. Begitu isi pikiran Mar.

Untungnya satpam pintu masuk kompleks yang bernama Pion mau memberitahu letak rumah Harris setelah Mar sedikit berbasa-basi soal urusannya pulang ke rumah hari itu. Kalau tidak, Mar terpaksa harus kembali mencari alasan dan berbohong dan bertanya soal alamat rumah langsung pada Harris. Satpam komplek genit itu bahkan mengedipkan sebelah matanya pada Mar ketika menerima ucapan terima kasih.

Mar tiba dengan sebuah taksi saat satpam rumah Harris sedang membukakan pintu pagar untuk mobil yang akan keluar.

“Itu mobil tamunya Pak Harris?” tanya Mar pada satpam. Mobil sedan yang lampunya sudah menyala dan bersiap pergi itu platnya memang berbeda dari mobil sedan hitam yang dikendarai Harris tadi.

“Iya, tamunya. Mungkin juga pacarnya Pak Harris,” jawab satpam itu.

Deg.

Mar langsung membaca nama satpam yang tertera di seragamnya.

Agung. Oke. Satpam komplek bernama Pion dan satpam rumah Harris bernama Agung. Satu dipanggil Mas Pion, satunya lagi Mas Agung.

“Udah punya pacar aja …,” ucap Mar pelan. Ia berhati-hati mengeluarkan kalimat demi memancing kalimat baru yang ia tunggu dari Agung.

“Wajar, sih. Hampir dua tahun jadi duda itu pasti rasanya nggak enak. Semua-semua serba sendiri. Andai wanita di mobil itu benar pacarnya, aku rasa wajar aja, Mar. Mungkin selama ini Pak Harris udah pacaran diem-diem dan baru malam ini pacarnya ke rumah." Agung memandang bagian depan rumah di mana Harris berdiri dengan dua tangan di saku dan terlihat menunduk untuk berbicara dengan seseorang di dalam mobil.

“Wajar bagaimana? Bisa aja istrinya dulu ….” Mar sengaja menggantung ucapannya. Berharap Agung kembali meneruskan soal status duda Harris.

“Bisa aja apa? Bisa bangkit dari kuburan seandainya ngeliat si suami nyari calon istri? Kayaknya kamu kecapekan Mar. Sana masuk ke rumah. Chika udah rewel nyariin kamu dari tadi.”

Mar mengatupkan mulut.

Hampir dua tahun menjadi duda karena istrinya meninggal? Hmm …. Pantes di rumah sakit nggak mau ngeliat aku. Ternyata udah ada pacarnya.

To be continued

Terpopuler

Comments

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

dewasa dan pengertian banget kau kak Jaya, ikut sedih. Untung kamu mempunyai hati yg ikhlas dan tidak memberontak dengan keadaanmu Jaya

2024-12-12

0

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

kocak dech bisa buat Gita tertawa juga pasti, kalian ini bisa kompak kalau berdialog Gita dan Jaya

2024-12-12

0

May Keisya

May Keisya

kamu ga tau aja git..klo km tau pasti narsis Ampe salto2😆

2025-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 001. Hari Apes Lainnya
2 002. Kesialan Beruntun
3 003. Bukan Luka Biasa
4 004. Alasan Dikhianati
5 005. Tidak Sekedar Patah Hati
6 006. Rasanya Pupus Semua
7 007. Raga Lain
8 008. Menyelami Kisah Lain
9 Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10 009. Kenyataan Mengejutkan
11 010. Sang Penjamin
12 011. Kisah Seorang Wanita
13 012. Review Dari Harris
14 013. Rumah di Gang Sempit
15 014. Pertarungan Sengit
16 015. Status Harris
17 016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18 017. Laporan Berkala
19 018. Siapa Pak Harris?
20 019. Menjadi Seorang Mar
21 020. Gebrakan Mar
22 021. Bukan Sengaja
23 022. Mar Bersikap
24 023. Pencarian Harris
25 024. Pencarian Dimulai
26 025. Hasil Pencarian Harris
27 026. Percakapan Harris
28 27. Siang Di Rumah Harris
29 28. Sabotase Dari Mar
30 029. Pertanyaan Jebakan
31 030. Lovebird
32 031. Bertemu Bu Gendis
33 032. Sebuah Tempat Aman
34 033. Bertubi-tubi
35 034. Segala Kepanikan
36 035. Sebelum Kejadian Besar
37 036. Perspektif Banyak Orang (1)
38 037. Perspektif Banyak Orang (2)
39 038. Tepat Seminggu
40 039. Gita Membuka Mata
41 040. New Person
42 041. Sambutan Chika
43 042. Sesuatu Yang Mengganjal
44 043. Mengumpulkan Kesaksian
45 044. Menyesuaikan Diri
46 045. Di Tepi Kolam Renang
47 046. Hati Ke Hati
48 047. Harris Sebenarnya
49 048. Perkenalan Dua Pria
50 049. Bertemunya Dua Sohib
51 050. Motivasi Fisioterapi
52 051. Ucapan Terima Kasih
53 052. Babysitter Baru?
54 053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55 054. Obrolan Kasih Sayang
56 055. Kuncir Model Baru
57 056. Pertemuan Babak Pertama
58 057. Pertanyaan Chika
59 058. Hari Pertama Kerja
60 059. Kesan Hari Pertama
61 060. Kekesalan Beralasan
62 061. Aku Sebagai Apa?
63 062. Efek Debat Tengah Malam
64 063. Apa Kabar Hubungan Kita
65 Sekilas Berita
66 064. After Drama
67 065. Sebelum Makan Malam
68 066. Izin Ibu
69 067. Pria di Depan Pintu
70 068. Sehangat Hidangan
71 069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72 070. Kita Berdua Sama Saja
73 071. Bukan Sebatas Amarah
74 072. Bye-bye Darling
75 073. Apa Arti Diriku?
76 074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77 075. Tidak Semudah Itu
78 076. Gita & Mar (1)
79 077. Gita & Mar (2)
80 078. Sebenarnya Sayang
81 079. Percakapan Sepanjang Hari
82 080. Yang Sebenarnya
83 081. Sisi Lain Cerita
84 082. Belum Bisa Kembali
85 083. Kunjungan Mendebarkan
86 084. Argumentasi Kenyataan
87 085. Beberapa Kenyataan
88 086. Sebelum Interogasi
89 087. Bukan Lawan Sepadan
90 088. Arti Sebuah Keputusan
91 089. Mungkin Negosiasi
92 090. Percakapan Alot
93 091. Penuh Rindu
94 092. Tangisan Penuh Kerinduan
95 093. Bersama Lebih Lama
96 094. Obrolan Absurd
97 095. Mengurai Lelah
98 096. Mungkin Terselamatkan
99 097. Perdebatan dan Pengakuan
100 098. Mengalah Bukan Kalah
101 099. Rumah Bekas Mertua
102 100. Percakapan Melempem
103 101. Quality Time
104 102. Obrolan Tengah Malam
105 103. Me Time Tak Sengaja
106 104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107 105. Renungan Malam
108 106. Banyak Pikiran
109 107. Penyerta yang Penting
110 108. Mencari Kecocokan
111 109. Menelan Kenyataan
112 110. Mencari Jawaban Hati
113 111. Hari Hilir Mudik
114 112. Melepaskan Ingatan
Episodes

Updated 114 Episodes

1
001. Hari Apes Lainnya
2
002. Kesialan Beruntun
3
003. Bukan Luka Biasa
4
004. Alasan Dikhianati
5
005. Tidak Sekedar Patah Hati
6
006. Rasanya Pupus Semua
7
007. Raga Lain
8
008. Menyelami Kisah Lain
9
Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10
009. Kenyataan Mengejutkan
11
010. Sang Penjamin
12
011. Kisah Seorang Wanita
13
012. Review Dari Harris
14
013. Rumah di Gang Sempit
15
014. Pertarungan Sengit
16
015. Status Harris
17
016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18
017. Laporan Berkala
19
018. Siapa Pak Harris?
20
019. Menjadi Seorang Mar
21
020. Gebrakan Mar
22
021. Bukan Sengaja
23
022. Mar Bersikap
24
023. Pencarian Harris
25
024. Pencarian Dimulai
26
025. Hasil Pencarian Harris
27
026. Percakapan Harris
28
27. Siang Di Rumah Harris
29
28. Sabotase Dari Mar
30
029. Pertanyaan Jebakan
31
030. Lovebird
32
031. Bertemu Bu Gendis
33
032. Sebuah Tempat Aman
34
033. Bertubi-tubi
35
034. Segala Kepanikan
36
035. Sebelum Kejadian Besar
37
036. Perspektif Banyak Orang (1)
38
037. Perspektif Banyak Orang (2)
39
038. Tepat Seminggu
40
039. Gita Membuka Mata
41
040. New Person
42
041. Sambutan Chika
43
042. Sesuatu Yang Mengganjal
44
043. Mengumpulkan Kesaksian
45
044. Menyesuaikan Diri
46
045. Di Tepi Kolam Renang
47
046. Hati Ke Hati
48
047. Harris Sebenarnya
49
048. Perkenalan Dua Pria
50
049. Bertemunya Dua Sohib
51
050. Motivasi Fisioterapi
52
051. Ucapan Terima Kasih
53
052. Babysitter Baru?
54
053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55
054. Obrolan Kasih Sayang
56
055. Kuncir Model Baru
57
056. Pertemuan Babak Pertama
58
057. Pertanyaan Chika
59
058. Hari Pertama Kerja
60
059. Kesan Hari Pertama
61
060. Kekesalan Beralasan
62
061. Aku Sebagai Apa?
63
062. Efek Debat Tengah Malam
64
063. Apa Kabar Hubungan Kita
65
Sekilas Berita
66
064. After Drama
67
065. Sebelum Makan Malam
68
066. Izin Ibu
69
067. Pria di Depan Pintu
70
068. Sehangat Hidangan
71
069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72
070. Kita Berdua Sama Saja
73
071. Bukan Sebatas Amarah
74
072. Bye-bye Darling
75
073. Apa Arti Diriku?
76
074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77
075. Tidak Semudah Itu
78
076. Gita & Mar (1)
79
077. Gita & Mar (2)
80
078. Sebenarnya Sayang
81
079. Percakapan Sepanjang Hari
82
080. Yang Sebenarnya
83
081. Sisi Lain Cerita
84
082. Belum Bisa Kembali
85
083. Kunjungan Mendebarkan
86
084. Argumentasi Kenyataan
87
085. Beberapa Kenyataan
88
086. Sebelum Interogasi
89
087. Bukan Lawan Sepadan
90
088. Arti Sebuah Keputusan
91
089. Mungkin Negosiasi
92
090. Percakapan Alot
93
091. Penuh Rindu
94
092. Tangisan Penuh Kerinduan
95
093. Bersama Lebih Lama
96
094. Obrolan Absurd
97
095. Mengurai Lelah
98
096. Mungkin Terselamatkan
99
097. Perdebatan dan Pengakuan
100
098. Mengalah Bukan Kalah
101
099. Rumah Bekas Mertua
102
100. Percakapan Melempem
103
101. Quality Time
104
102. Obrolan Tengah Malam
105
103. Me Time Tak Sengaja
106
104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107
105. Renungan Malam
108
106. Banyak Pikiran
109
107. Penyerta yang Penting
110
108. Mencari Kecocokan
111
109. Menelan Kenyataan
112
110. Mencari Jawaban Hati
113
111. Hari Hilir Mudik
114
112. Melepaskan Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!