010. Sang Penjamin

Pakaian yang dikenakan Mar hari itu adalah celana bahan dan kaus oblong. Tidak terlalu bagus, tapi cukup rapi dan pantas untuk seorang asisten rumah tangga orang kaya yang sedang keluar rumah majikan. Hanya sandalnya saja yang agak aneh. Sangat kecil dan berwarna pink mencolok. Mar memandang kakinya.

Badannya gede, kakinya sekecil ini. Sandalnya mungkin sandal anak-anak.

Perkataan dalam hati itu seakan bisa didengar oleh Jaya. Mar dan bocah laki-laki itu bertukar pandang dan Jaya melontarkan tatapan curiga. Mar meringis.

Rumah sakit daerah tujuan mereka letaknya tidak jauh karena daerah itu sendiri tidak luas. Wilayah yang disebut ‘kota’ tidak lebih besar dari sebuah kawasan tingkat dua di Jakarta. Salah satu keuntungan buat Mar yang uang di dompetnya sangat pas-pasan. “Liat ni.” Gita menunjukkan uang dari dompet Mar pada Jaya di sebelahnya. “Cuma segini yang ada di dompet. Ibu kamu enggak nyimpen uang di tempat lain?”

“Aku Udah buka laci pertama dan kedua ternyata zonk,” kata Jaya.

“Terus? Di mana lagi?”

“Tirai kedua juga zonk, Tan,” sambung Jaya, melirik wajah Mar menantikan reaksinya.

“Makasih, lucu banget.” Mar mencubit pipi Jaya dengan raut gemas bercampur kesal.

Jaya meringis.

“Ayo, kita udah nyampe.” Mar melompat turun dari mobil. Sama seperti Jaya. “Dengan badan begini naik mobil berasa naik truk Koramil. Harus lompat.” Mar bersungut-sungut berjalan mendahului Jaya.

“Tante marah? Aku cuma bercanda. Jangan sombong gitu,” kata Jaya. Sedikit kecewa karena Mar berjalan cepat di depannya. Sebenarnya ia suka dengan sikap ‘ibunya’ yang baru. Walau ketus, sosok ibunya itu terlihat percaya diri.

“Ngapain sombong?” Mar menjawab tanpa menoleh. “Orang sombong entar dijauhi malaikat. Di kuburan malaikat enggak mau nanyain. Yang nanya-nanya Sony Tulung. Terus bisa masuk neraka rekomendasi Pemda. Makanya kamu jangan sombong. Itu kata ibuku.” Mar bicara dengan sangat cepat.

“Maksudnya, Tan?” Jaya benar-benar tidak paham. “Tante Jin punya Ibu?” Ia berhenti untuk menahan lengan Mar. Sorot matanya sangat polos.

Mar berhenti di ambang pintu UGD. “Jin enggak punya Ibu. Ayo kita cari tubuh wanita cantik bernama Gita itu.”

Mar berjalan tergesa menuju meja pendaftaran UGD. Jaya mengekorinya di belakang seraya celingak-celinguk.

“Cari apa? Ini bukan tempat main,” kata seorang perawat yang melihat Jaya. Tangannya yang memegang kertas menahan tubuh kecil Jaya sambil menilik penampilan bocah laki-laki itu.

Mar berbalik dan melotot pada perawat. “Kita juga tau kalau mau main ke taman, mau makan ke restoran. Bisa respect dikit ke orang nggak, sih? Harusnya nanya keperluan orang ke sini mau apa.” Mar meraih tangan Jaya dan menggandengnya. “Saya mau mencari wanita yang baru dibawa ambulans ke sini. Saya keluarganya,” jelas Mar.

Lagi-lagi Jaya terpana. Menatap sosok baru ibunya dengan tatapan memuja. Ia tak peduli perlakuan perawat barusan padanya.

“Nurse? Are you listen to me?” Meski suara Mar mencicit, tapi nada bicaranya sangat berwibawa.

Jaya menggeleng-geleng kagum. “Memang bukan ibuku,” katanya.

“Oh, perempuan yang jatuh dari jembatan?Perempuan itu sudah masuk ICU. Pihak rumah sakit menghubungi polisi untuk memberi kabar keluarga perempuan tadi. Namanya ….” Perawat tadi membaca selembar kertas yang ia bawa.

“Gita Safiya Nala,” potong Mar.

“Benar.” Perawat menyodorkan selembar kertas berisi sedikit data Gita. “Kita sudah menghubungi polisi.”

“Bisa batalkan menghubungi polisi? Saya, kan, keluarganya. Saya tau semua hal tentang Gita. Dia bawa tas, kan? Tas kantor warna cokelat. Tolong bawa saya ketemu Gita.” Mar memegang lengan perawat dengan setengah memaksa.

Perawat mengikuti kemauan Mar seperti dihipnotis. Berjalan mendahului Mar dan Jaya menuju pintu keluar UGD untuk tiba di sisi lain rumah sakit. Lalu, “Dalam laporan kondisi keseluruhan stabil. Tapi karena tidak menunjukkan reaksi kesadaran jadi pasien dimasukkan ICU untuk memantau jantung dan saturasi oksigennya. Silakan lewat sini. Ruang ICU-nya di ujung lorong. Karena baru mendapat perawatan jadi Ibu tidak boleh masuk, ya. Lihatnya dari luar. Nanti barang-barangnya Mbak Gita saya ambilkan.”

Perjalanan menuju ujung lorong tidak lama. Mereka semua sudah tiba di sana dan Mar harus sedikit berjinjit untuk melihat tubuh Gita yang tertidur dengan seragam rumah sakit. Dinding kaca yang tidak sepenuhnya transparan sedikit menyulitkan Mar.

“Tan, aku juga kepengin liat.” Jaya menarik ujung blus Mar.

“Derita kita sama. Aku juga susah payah ngeliat ke dalam. Besok-besok mungkin udah boleh jenguk ke dalam. Sekarang kita harus sama-sama sabar." Mar bicara dengan suara yang sangat pelan. Sudut matanya mengawasi perawat yang masuk ke ruang ICU dan kembali dengan sebuah bungkusan. Mar langsung memegang bungkusan yang masih berada dalam dekapan perawat. “Makasih ya, Sus,” kata Mar.

“Tidak bisa begitu aja prosesnya. Saya diminta validasi data. Ibu juga harus tanda tangan beberapa lembar surat dan harus mau difoto. Kalau ada satu yang tidak terpenuhi kami tidak bisa memberikan barang-barang ini. Oh, ya, kami juga tidak bisa membatalkan laporan ke polisi. Laporan gagal bunuh diri sudah diterima polisi dan pasien akan terus dipantau. Dia juga akan didampingi psikiater kalau sudah sehat secara fisik. Gimana? Siap divalidasi?" Perawat menjauhkan bungkusan dari tangan Mar.

Mar dan Jaya bertukar pandang. Perawat di depan mereka menyiratkan raut curiga. “Maaf. Dengan Ibu siapa?”

“Markisah,” jawab Jaya mendahului si empunya tubuh.

“Boleh minta KTP-nya?”

Mar kembali mengeluarkan dompet kain dan menyerahkan satu-satunya benda yang paling berharga bagi dirinya. KTP.

Perawat mengambil KTP Mar dan membacanya sebentar lalu mengembalikannya. “Markisah? Bu Markisah siap divalidasi data?” Perawat mengulangi pertanyaannya sambil menahan senyum. “Bu Mar …,” panggil Perawat. Mar sedang setengah melamun memandang raga Gita.

“Bu Mar …,” panggil Jaya sedikit keras.

“Ya?!” sahut Mar.

“Siap validasi, Bu? Saya mau tanya-tanya.” Kali ini suara perawat sudah terdengar jengkel.

Sepertinya aku harus mulai terbiasa dengan sebutan 'Mar'.

Mar mengangguk dan perawat mulai menanyakan hal-hal umum yang berkaitan dengan data pribadi seorang Gita. Nama, tanggal lahir, alamat KTP, alamat tempat tinggal, nama orang tua, alamat kantor, semua dijawab Mar dengan sangat lancar. Yang membuat pertanyaan itu tersendat adalah saat perawat menanyakan perihal nomor kontak lain yang bisa menjamin bahwa Markisah bisa bertanggung jawab atas semua yang ia sampaikan. Untuk itu Mar terdiam cukup lama.

“Bu Mar ada nomor kontak orang lain yang cukup dekat untuk bisa kita jadikan nomor darurat?”

“Boleh saya buka ponselnya Gita? Mungkin bisa lihat nomor kontak lainnya di sana.” Mar berharap perawat itu mengabulkannya.

“Maaf tidak bisa. Kan, yang diminta nomor kontak darurat dari saudaranya Ibu Mar. Yang meyakinkan kalau Bu Markisah ini tidak memiliki kepentingan lain terhadap pasien.” Perawat mengetuk-ngetuk pulpennya ke papan jalan.

Siapa? Enggak mungkin nomor telepon Ibu. Bisa-bisa Ibu yang pergi mendahului aku kalau tau anaknya lompat ke sungai. Ck. Siapa ya?

Harusnya si berengsek Rama atau si berengsek Monic. Atau Lily aja? Aduh … dia orangnya secuek itu. Bisa malu kalau ketauan lompat ke sungai karena gagal nikah. Ck.

Jaya mendengar Mar berdecak dengan wajah kusutnya. Sedikit paham dengan yang dikatakan perawat, Jaya mencengkeram lengan Mar dan mengangguk yakin.

“Apa?” tanya Mar dalam bisikan.

“Ehem! Ibu kasih nomor kontaknya Pak Harris aja. Pak Harris udah pasti kenal Ibu dan udah pasti mau nolong kalau ada apa-apa. Apalagi ini udah sore. Anak Pak Harris pasti nyari Ibu.” Jaya tersenyum janggal karena memberi isyarat pada Mar agar langsung mengiyakan.

Mar mengangkat satu alis memandang Jaya. Mulutnya rapat saat bicara. “Tapi Ibu nggak tau nomor ponselnya Pak Harris.”

“Aku tau nomornya. Catet, Sus. Nama lengkapnya Harris Gunawan. Huruf R-nya dua. Nomor hapenya ….” Jaya menyebutkan sederet nomor yang terlihat betul sangat ia hafal. “Ibu minta aku hafal nomor itu untuk jaga-jaga,” bisik Jaya pada Mar.

Perawat terlihat berpikir-pikir saat mendengar nama Harris Gunawan yang disebut Jaya. “Ini … Harris Gunawan yang itu? Bapak Harris Gunawan yang….”

“Benar, Bu Suster. Pak Harris Gunawan yang itu. Nggak salah lagi. Di daerah ini nama Pak Harris udah terkenal banget. Hampir semua orang kenal Pak Harris terutama ibu-ibu.” Jaya tersenyum lebar pada Mar. Bangga karena bisa mengeluarkan sebegitu banyak informasi.

“Coba hubungi Bapak Harris Gunawan ini dan perkenalkan diri Bu Markisah.” Perawat menantang Mar dengan raut curiga. Curiga kalau Mar dan Jaya adalah ibu dan anak yang berkomplot.

“Ayo, Bu. Pak Harris baik, kok. Sebut aja nama Ibu dan urusan kita di sini.” Jaya ikut menyemangati Mar yang masih ragu-ragu.

“Saya nggak punya ponsel. Boleh pakai ponsel Gita?” Mar menunjuk bungkusan dan dekapan perawat.

Perawat membuka bungkusan dan menyodorkan ponsel Gita yang ternyata masih menyala. Penasaran ingin melihat apa Mar bisa membuka kunci layar ponsel tersebut. Sejak pasien tiba, ia dan dua orang rekannya tak ada yang berhasil saat mencoba.

“Bisa ulang nomornya?” Mar bertanya pada Jaya seraya dengan santai memasukkan pola kunci layar. Jaya mengulangi deretan angka yang memang sudah lama ia hafal. Sambil menunggu panggilan tersambung, Mar bicara pada perawat. “Kalau emang niat bunuh diri, Gita nggak perlu meluk tasnya erat-erat buat melindungi isinya. Nih, ponselnya masih bagus. Saya percaya Gita pasti sengaja didorong seseorang." Mar berhasil membuat perawat membulatkan mata karena sedikit terkejut. Detik berikutnya giliran Mar yang membulatkan mata karena sahutan suara di seberang telepon.

“Halo? Dengan siapa?”

“Ha-halo? Saya Mar, Pak ….” Entah kenapa suara seorang pria yang begitu dalam dan menenangkan dari seberang telepon membuat Mar gugup.

“Mar? Kamu baik-baik aja? Lagi di mana?”

Sekarang Mar merasa kakinya tidak hanya gemuk dan pendek. Tapi juga lunak seperti jelly.

To be continued

Terpopuler

Comments

Lalisa

Lalisa

aih baru denger suaranya aja dh gugup gitu git apa kabar kalo ketemu orangnya 😅

2025-03-08

0

May Keisya

May Keisya

🤣🤣🤣 jaya jaya terus aja ngomg gitu...udah tau bkn ibumu😂🤣

2025-01-31

0

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

𓆉︎ᵐᵈˡ•●◉✿💜⃞⃟𝓛Vivie✿◉●•

dari suara udah klepek-klepek ya Git😀😀😀meleleh udah

2024-12-12

0

lihat semua
Episodes
1 001. Hari Apes Lainnya
2 002. Kesialan Beruntun
3 003. Bukan Luka Biasa
4 004. Alasan Dikhianati
5 005. Tidak Sekedar Patah Hati
6 006. Rasanya Pupus Semua
7 007. Raga Lain
8 008. Menyelami Kisah Lain
9 Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10 009. Kenyataan Mengejutkan
11 010. Sang Penjamin
12 011. Kisah Seorang Wanita
13 012. Review Dari Harris
14 013. Rumah di Gang Sempit
15 014. Pertarungan Sengit
16 015. Status Harris
17 016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18 017. Laporan Berkala
19 018. Siapa Pak Harris?
20 019. Menjadi Seorang Mar
21 020. Gebrakan Mar
22 021. Bukan Sengaja
23 022. Mar Bersikap
24 023. Pencarian Harris
25 024. Pencarian Dimulai
26 025. Hasil Pencarian Harris
27 026. Percakapan Harris
28 27. Siang Di Rumah Harris
29 28. Sabotase Dari Mar
30 029. Pertanyaan Jebakan
31 030. Lovebird
32 031. Bertemu Bu Gendis
33 032. Sebuah Tempat Aman
34 033. Bertubi-tubi
35 034. Segala Kepanikan
36 035. Sebelum Kejadian Besar
37 036. Perspektif Banyak Orang (1)
38 037. Perspektif Banyak Orang (2)
39 038. Tepat Seminggu
40 039. Gita Membuka Mata
41 040. New Person
42 041. Sambutan Chika
43 042. Sesuatu Yang Mengganjal
44 043. Mengumpulkan Kesaksian
45 044. Menyesuaikan Diri
46 045. Di Tepi Kolam Renang
47 046. Hati Ke Hati
48 047. Harris Sebenarnya
49 048. Perkenalan Dua Pria
50 049. Bertemunya Dua Sohib
51 050. Motivasi Fisioterapi
52 051. Ucapan Terima Kasih
53 052. Babysitter Baru?
54 053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55 054. Obrolan Kasih Sayang
56 055. Kuncir Model Baru
57 056. Pertemuan Babak Pertama
58 057. Pertanyaan Chika
59 058. Hari Pertama Kerja
60 059. Kesan Hari Pertama
61 060. Kekesalan Beralasan
62 061. Aku Sebagai Apa?
63 062. Efek Debat Tengah Malam
64 063. Apa Kabar Hubungan Kita
65 Sekilas Berita
66 064. After Drama
67 065. Sebelum Makan Malam
68 066. Izin Ibu
69 067. Pria di Depan Pintu
70 068. Sehangat Hidangan
71 069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72 070. Kita Berdua Sama Saja
73 071. Bukan Sebatas Amarah
74 072. Bye-bye Darling
75 073. Apa Arti Diriku?
76 074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77 075. Tidak Semudah Itu
78 076. Gita & Mar (1)
79 077. Gita & Mar (2)
80 078. Sebenarnya Sayang
81 079. Percakapan Sepanjang Hari
82 080. Yang Sebenarnya
83 081. Sisi Lain Cerita
84 082. Belum Bisa Kembali
85 083. Kunjungan Mendebarkan
86 084. Argumentasi Kenyataan
87 085. Beberapa Kenyataan
88 086. Sebelum Interogasi
89 087. Bukan Lawan Sepadan
90 088. Arti Sebuah Keputusan
91 089. Mungkin Negosiasi
92 090. Percakapan Alot
93 091. Penuh Rindu
94 092. Tangisan Penuh Kerinduan
95 093. Bersama Lebih Lama
96 094. Obrolan Absurd
97 095. Mengurai Lelah
98 096. Mungkin Terselamatkan
99 097. Perdebatan dan Pengakuan
100 098. Mengalah Bukan Kalah
101 099. Rumah Bekas Mertua
102 100. Percakapan Melempem
103 101. Quality Time
104 102. Obrolan Tengah Malam
105 103. Me Time Tak Sengaja
106 104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107 105. Renungan Malam
108 106. Banyak Pikiran
109 107. Penyerta yang Penting
110 108. Mencari Kecocokan
111 109. Menelan Kenyataan
112 110. Mencari Jawaban Hati
113 111. Hari Hilir Mudik
114 112. Melepaskan Ingatan
Episodes

Updated 114 Episodes

1
001. Hari Apes Lainnya
2
002. Kesialan Beruntun
3
003. Bukan Luka Biasa
4
004. Alasan Dikhianati
5
005. Tidak Sekedar Patah Hati
6
006. Rasanya Pupus Semua
7
007. Raga Lain
8
008. Menyelami Kisah Lain
9
Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10
009. Kenyataan Mengejutkan
11
010. Sang Penjamin
12
011. Kisah Seorang Wanita
13
012. Review Dari Harris
14
013. Rumah di Gang Sempit
15
014. Pertarungan Sengit
16
015. Status Harris
17
016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18
017. Laporan Berkala
19
018. Siapa Pak Harris?
20
019. Menjadi Seorang Mar
21
020. Gebrakan Mar
22
021. Bukan Sengaja
23
022. Mar Bersikap
24
023. Pencarian Harris
25
024. Pencarian Dimulai
26
025. Hasil Pencarian Harris
27
026. Percakapan Harris
28
27. Siang Di Rumah Harris
29
28. Sabotase Dari Mar
30
029. Pertanyaan Jebakan
31
030. Lovebird
32
031. Bertemu Bu Gendis
33
032. Sebuah Tempat Aman
34
033. Bertubi-tubi
35
034. Segala Kepanikan
36
035. Sebelum Kejadian Besar
37
036. Perspektif Banyak Orang (1)
38
037. Perspektif Banyak Orang (2)
39
038. Tepat Seminggu
40
039. Gita Membuka Mata
41
040. New Person
42
041. Sambutan Chika
43
042. Sesuatu Yang Mengganjal
44
043. Mengumpulkan Kesaksian
45
044. Menyesuaikan Diri
46
045. Di Tepi Kolam Renang
47
046. Hati Ke Hati
48
047. Harris Sebenarnya
49
048. Perkenalan Dua Pria
50
049. Bertemunya Dua Sohib
51
050. Motivasi Fisioterapi
52
051. Ucapan Terima Kasih
53
052. Babysitter Baru?
54
053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55
054. Obrolan Kasih Sayang
56
055. Kuncir Model Baru
57
056. Pertemuan Babak Pertama
58
057. Pertanyaan Chika
59
058. Hari Pertama Kerja
60
059. Kesan Hari Pertama
61
060. Kekesalan Beralasan
62
061. Aku Sebagai Apa?
63
062. Efek Debat Tengah Malam
64
063. Apa Kabar Hubungan Kita
65
Sekilas Berita
66
064. After Drama
67
065. Sebelum Makan Malam
68
066. Izin Ibu
69
067. Pria di Depan Pintu
70
068. Sehangat Hidangan
71
069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
72
070. Kita Berdua Sama Saja
73
071. Bukan Sebatas Amarah
74
072. Bye-bye Darling
75
073. Apa Arti Diriku?
76
074. Menyadari Kesalahan Terbesar
77
075. Tidak Semudah Itu
78
076. Gita & Mar (1)
79
077. Gita & Mar (2)
80
078. Sebenarnya Sayang
81
079. Percakapan Sepanjang Hari
82
080. Yang Sebenarnya
83
081. Sisi Lain Cerita
84
082. Belum Bisa Kembali
85
083. Kunjungan Mendebarkan
86
084. Argumentasi Kenyataan
87
085. Beberapa Kenyataan
88
086. Sebelum Interogasi
89
087. Bukan Lawan Sepadan
90
088. Arti Sebuah Keputusan
91
089. Mungkin Negosiasi
92
090. Percakapan Alot
93
091. Penuh Rindu
94
092. Tangisan Penuh Kerinduan
95
093. Bersama Lebih Lama
96
094. Obrolan Absurd
97
095. Mengurai Lelah
98
096. Mungkin Terselamatkan
99
097. Perdebatan dan Pengakuan
100
098. Mengalah Bukan Kalah
101
099. Rumah Bekas Mertua
102
100. Percakapan Melempem
103
101. Quality Time
104
102. Obrolan Tengah Malam
105
103. Me Time Tak Sengaja
106
104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
107
105. Renungan Malam
108
106. Banyak Pikiran
109
107. Penyerta yang Penting
110
108. Mencari Kecocokan
111
109. Menelan Kenyataan
112
110. Mencari Jawaban Hati
113
111. Hari Hilir Mudik
114
112. Melepaskan Ingatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!