004. Alasan Dikhianati

Rama diam mengamati Gita yang panik menyusuri mutasi rekening dengan teliti. “Berengsek…berengsek …. Uangnya lo bikin apa?” Gita masih membalik-balik lembaran buku tabungan. “Itu uang gue, Rama. Gue kerja overtime demi tabungan ini. Harusnya lo nggak nyentuh uang ini.” Air mata dan cairan hidung Gita sudah sama derasnya. Ia terisak dan membesut hidungnya berkali-kali.

“Lo? Lo-Gue? Kenapa kamu udah kasar banget? Apa nggak bisa ngomong baik-baik?” Rama tersinggung karena suara Gita yang tinggi. Buatnya saling memanggil ‘Lo-Gue’ bersama Gita sudah cukup kasar.

Gita terhenyak dan menatap Rama. “Apa? Kasar banget? Ngomong baik-baik? Lo nggak suka dipanggil Lo-Gue? Maunya dipanggil apa? Dipanggil Bung? Kita lagi berantem karena pengkhianatan lo, Rama …. bukan lagi ngomongin kemerdekaan di Rengasdengklok. Masih syukur gue nggak manggil lo dengan sebutan ‘Njing!’ Kembaliin duit gue!” Gita menjerit, mencampakkan buku tabungan ke wajah Rama.

“Cewe berengsek! Berarti udah tepat kalau gue nikah sama Monic. Cewe kayak lo emang nggak bisa dibawa serius.” Rama merapikan rambutnya yang terkena lemparan buku tabungan. “Bukan tipe wanita yang bisa diajak berumah tangga. Demen lo teriak-teriak. Kasar. Ketawa lo kenceng banget!”

Gita terdiam. Teriak-teriak? Itu adalah kali pertama ia meneriaki Rama setelah dua tahun lebih menjalin hubungan. Kasar? Ia sama sekali tidak pernah kasar kepada orang lain. Setidaknya … ia merasa begitu. Ia merasa tidak punya musuh. Dan soal tawa yang keras, bukannya dulu Rama menyukai tawanya? Rama sering mengatakan bahwa tawanya selalu memancing keceriaan. Tawanya menularkan energi positif ke sekeliling. Dan barusan laki-laki berengsek itu merasa keberatan dengan tawanya.

“Apa lagi? Apa lagi yang bikin kamu harus menyakiti aku kayak gitu?” Meski berusaha tenang, Gita tak bisa menyembunyikan suaranya yang bergetar. Hatinya sakit sekali.

“Monic selalu ada buat aku,” ucap Rama pelan. “Monic mendengarkan semua keluh kesahku, selalu menyediakan waktu buatku dan dia bisa nenangin aku. Aku nyaman tiap bersama Monic.”

“Nyaman sampai bunting?” tanya Gita.

“Git!”

“Rama! Lo denger, ya! Lo nggak usah sok-sokan ngomongin soal waktu buat lo. Lo mau waktu? Gue bisa kasih waktu buat lo ngeluh sepanjang waktu. Gue bisa. Tapi kalau gue ngasih banyak waktu buat lo, gue nggak bisa kerja overtime buat capai banyak target kantor. Artinya gue nggak bisa bantu bayar ini-itu demi pendidikan spesialis lo itu. Buat menuhi target rencana-rencana kita. Lo mikir apa, sih? Lo kira gue nggak capek apa? Yang gue lakuin itu buat lo, Ram! Buat kita. Biar lo nggak nyusahin orang tua lo yang juga susah. Gue kasian sama emak lo.” Gita kembali memeluk setir dan menangis tersedu-sedu. Hati kecilnya berharap Rama merasa bersalah dan sedikit menghiburnya dengan membelai rambut atau menepuk bahu. Setidaknya ia tidak merasa terlalu sendirian. Nyatanya Rama bergeming.

“Gue bakal ganti duit lo. Gue bakal hitung semua yang udah lo korbanin buat gue. Termasuk uang di tabungan; yang udah gue pake buat DP rumah.” Rama menyilangkan tangan di dada dan melemparkan pandangan ke luar. Memberikan waktu pada Gita untuk menyelesaikan tangisnya.

Lagi-lagi Gita terdiam. Hal yang baru didengarnya sangat kurang ajar. Ia bekerja siang malam dan siap sedia menerima makian dari atasan, tapi uang yang ia kumpulkan dipakai sebagai uang muka membeli rumah untuk istri tunangannya. Gita merasa semakin pening. Kepalanya berdenyut dan tubuhnya semakin lemas. Ia hampir gila dan dehidrasi.

“Untuk…untuk DP rumah? Uang lo emang nggak ada lagi? Sama sekali?" Gita melirik sudut dasbor tempat di mana buku tabungan yang ia campakkan tadi tergeletak. Ia kembali memungut buku tabungan itu dan membalik kertasnya. Tabungan itu atas nama Rama, tapi ia yang memegang ATM-nya sebagai bentuk komitmen mereka bersama. Matanya lalu tertuju pada sebuah mutasi uang yang cukup besar. “Seratus empat puluh juta ini ... untuk DP rumah cluster tadi?" Suara Gita parau dan tercekat di tenggorokannya.

Rama menegakkan duduk sambil memperbaiki bagian depan kemejanya. “Iya. Sorry, Git. Gue bakal cicil sebegitu gue dapet kerjaan di rumah sakit. Gue juga nggak mau berhutang banyak di awal hidup gue dan Monic. Apalagi beberapa bulan ke depan kami bakal punya bayi. Uang bayaran kuliah juga udah kepake buat maskawin ke Monic. Dia minta berlian dan ibunya minta rumah untuk meyakinkan anaknya punya tempat tinggal."

"Ibunya yang sakit jantung?" bisik Gita dengan raut jijik.

"Gue janji bakal gue cicil."

“Lo cicil? Lo nggak ngerti soal inflasi? Atau lo pura-pura bego soal teori kebutuhan? Jumlah uang gue yang lo pakai mungkin terlihat kecil saat lo bisa gantiin di masa depan. Tapi untuk sekarang, di saat lo nggak ada duit, nilai duit itu gede! Kalau lo niat ganti, lo harus ganti dengan rasa sakit yang sama. Gue sakit hati Rama! Sakit! Berengsek!” Gita memukul setir dengan kepalan tangannya. Pukulannya begitu lemah karena tenaganya yang sudah banyak terkuras.

Gita meletakkan buku tabungan itu di pangkuannya. Tak ada yang lebih menyakitkan dari perkataan Rama saat itu. Bohong sekali kalau ia mengatakan tidak mencintai Rama. Sampai kemarin malam mereka masih bertukar pesan dan pamit tidur seperti biasa.

‘Have a goodnight, Sayang.’

‘Sleep tight. Kangen kamu pake banget.’

Tidak ada tanda-tanda bahwa pria itu akan menikahi wanita lain, terlebih wanita itu adalah sahabatnya sendiri. Semua terasa baik-baik saja.

“Kenapa harus Monic?” tanya Gita dalam bisikan. Sebenarnya bukan hal itu yang ingin ia tanyakan. Tadinya ia ingin bertanya kenapa tega menyakitinya? Tapi pertanyaan kenapa harus Monic tampaknya lebih membutuhkan jawaban.

Tidak apa-apa selingkuh dan menghamili wanita lain. Tapi andai wanita situ bukan sahabatnya mungkin rasanya tidak sesakit itu. “Kenapa harus sahabatku, Ram? Monic itu orang pertama yang aku kenal sejak hari pertama probation. Lama kami berteman lebih lama dibanding hubungan kita.”

“Awalnya … gue ke kantor buat jemput lo. Di lobi gue ketemu sama Monic. Katanya lo lembur dan bakal pulang lama. Monic ngasih tau café tempat di mana kalian biasa ngobrol. Akhirnya gue ke situ dan Monic nemenin gue ngobrol. Gue nggak tau … tapi obrolan malam itu memang membuat gue ke tahap pengertian baru tentang seorang Monic. Dia wanita yang lembut dan keibuan. Gue ngerasa nyaman. Rasanya … Monic adalah sosok yang gue butuhkan selama ini. Dia bisa jadi tempat gue tukar pikiran, yang selalu ngertiin gue.” Rama berdeham pelan, lalu kembali merapikan bagian depan kemejanya. Pria itu juga merapikan rambut ikalnya yang jatuh ke dahi. “Maafin gue, Git. Harusnya gue nggak bohongi lo terlalu lama.”

“Karena kalau lo nggak bohongi gue, lo nggak akan bisa nguras uang gue, Ram. Gue yang bego. Bego banget gue ….” Gita kembali menutup wajahnya dengan telapak tangan. Ia kembali tersedu-sedu.

“Ehem! Git, jangan gitu, dong. Nangis melulu, deh. Ck!” Rama melihat sekeliling mereka. Orang-orang mulai banyak lalu lalang dan kaca mobil Gita tidak segelap itu untuk menyamarkan wajah mereka yang sedang bertikai di dalamnya.

Gita menegakkan tubuh dan kembali menarik selembar tisu mengusap air mata. “Lo tau nggak kalau selama Monic yang lo bilang keibuan itu menyediakan waktu buat lo, ada gue yang ngegantiin tugas-tugas dia di kantor? Gue yang ngegantiin jam lemburnya karena alasan ibunya yang dirawat sakit jantung? Wanita yang lo sebut bisa dijadikan tempat tukar pikiran dan selalu ngertiin lo itu adalah sahabat yang biasa jadi tempat gue cerita soal lo. Monic dengerin cerita lo karena udah mengantongi contekan soal Lo, Rama. Gue nggak nyangka sahabat gue bisa sebusuk itu! Perempuan berengsek! Murahan!” Gita lagi-lagi menjerit marah. Ia mencabik-cabik buku tabungan yang saldonya tersisa dua belas ribu rupiah.

“Jangan hina istri gue! Dia bukan murahan!” balas Rama dengan jeritan.

“Dia murahan! Lo murahan! Mustahil lo berdua check-in di hotel bintang lima! Kalian berdua sama melaratnya! Hotel kelas melati juga masih terlalu bagus buat kalian! Berengsek!” Gita mencampakkan serpihan buku tabungan ke wajah Rama dan menerjang pria itu. Gita meraih rambut yang sejak tadi sibuk dirapikan Rama.

To be continued

Terpopuler

Comments

Bakul Lingerie

Bakul Lingerie

Karena Jus udah mulai update, mari kita baca dari awal lagi. Biar feel nya dapet.
Part ini aku pengen ikutan jambakin Rama😅

2025-03-20

1

EkaYulianti

EkaYulianti

pengen aku jambak si rama/Hammer//Curse/

2025-04-02

0

JandaQueen

JandaQueen

baca sampai sini, emosi gue...rasanya tangan ikut gemetar, duh pengen nonjok si rama rama ramizud...

2025-01-18

0

lihat semua
Episodes
1 001. Hari Apes Lainnya
2 002. Kesialan Beruntun
3 003. Bukan Luka Biasa
4 004. Alasan Dikhianati
5 005. Tidak Sekedar Patah Hati
6 006. Rasanya Pupus Semua
7 007. Raga Lain
8 008. Menyelami Kisah Lain
9 Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10 009. Kenyataan Mengejutkan
11 010. Sang Penjamin
12 011. Kisah Seorang Wanita
13 012. Review Dari Harris
14 013. Rumah di Gang Sempit
15 014. Pertarungan Sengit
16 015. Status Harris
17 016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18 017. Laporan Berkala
19 018. Siapa Pak Harris?
20 019. Menjadi Seorang Mar
21 020. Gebrakan Mar
22 021. Bukan Sengaja
23 022. Mar Bersikap
24 023. Pencarian Harris
25 024. Pencarian Dimulai
26 025. Hasil Pencarian Harris
27 026. Percakapan Harris
28 27. Siang Di Rumah Harris
29 28. Sabotase Dari Mar
30 029. Pertanyaan Jebakan
31 030. Lovebird
32 031. Bertemu Bu Gendis
33 032. Sebuah Tempat Aman
34 033. Bertubi-tubi
35 034. Segala Kepanikan
36 035. Sebelum Kejadian Besar
37 036. Perspektif Banyak Orang (1)
38 037. Perspektif Banyak Orang (2)
39 038. Tepat Seminggu
40 039. Gita Membuka Mata
41 040. New Person
42 041. Sambutan Chika
43 042. Sesuatu Yang Mengganjal
44 043. Mengumpulkan Kesaksian
45 044. Menyesuaikan Diri
46 045. Di Tepi Kolam Renang
47 046. Hati Ke Hati
48 047. Harris Sebenarnya
49 048. Perkenalan Dua Pria
50 049. Bertemunya Dua Sohib
51 050. Motivasi Fisioterapi
52 051. Ucapan Terima Kasih
53 052. Babysitter Baru?
54 053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55 054. Obrolan Kasih Sayang
56 055. Kuncir Model Baru
57 056. Pertemuan Babak Pertama
58 057. Pertanyaan Chika
59 058. Hari Pertama Kerja
60 059. Kesan Hari Pertama
61 060. Kekesalan Beralasan
62 061. Aku Sebagai Apa?
63 062. Efek Debat Tengah Malam
64 063. Apa Kabar Hubungan Kita
65 064. After Drama
66 065. Sebelum Makan Malam
67 066. Izin Ibu
68 067. Pria di Depan Pintu
69 068. Sehangat Hidangan
70 069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
71 070. Kita Berdua Sama Saja
72 071. Bukan Sebatas Amarah
73 072. Bye-bye Darling
74 073. Apa Arti Diriku?
75 074. Menyadari Kesalahan Terbesar
76 075. Tidak Semudah Itu
77 076. Gita & Mar (1)
78 077. Gita & Mar (2)
79 078. Sebenarnya Sayang
80 079. Percakapan Sepanjang Hari
81 080. Yang Sebenarnya
82 081. Sisi Lain Cerita
83 082. Belum Bisa Kembali
84 083. Kunjungan Mendebarkan
85 084. Argumentasi Kenyataan
86 085. Beberapa Kenyataan
87 086. Sebelum Interogasi
88 087. Bukan Lawan Sepadan
89 088. Arti Sebuah Keputusan
90 089. Mungkin Negosiasi
91 090. Percakapan Alot
92 091. Penuh Rindu
93 092. Tangisan Penuh Kerinduan
94 093. Bersama Lebih Lama
95 094. Obrolan Absurd
96 095. Mengurai Lelah
97 096. Mungkin Terselamatkan
98 097. Perdebatan dan Pengakuan
99 098. Mengalah Bukan Kalah
100 099. Rumah Bekas Mertua
101 100. Percakapan Melempem
102 101. Quality Time
103 102. Obrolan Tengah Malam
104 103. Me Time Tak Sengaja
105 104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
106 105. Renungan Malam
107 106. Banyak Pikiran
108 107. Penyerta yang Penting
109 108. Mencari Kecocokan
110 109. Menelan Kenyataan
111 110. Mencari Jawaban Hati
112 111. Hari Hilir Mudik
113 112. Melepaskan Ingatan
114 113. Bukan Tanpa Persiapan
115 114. Malam Bercerita
116 115. Bukan Rasa yang Bisa Diabaikan
117 116. Kebutuhan Hati
118 117. Jaminan Rasa
119 118. Keluarga yang Dijanjikan
120 119. Sebelum Berangkat Tadi
121 120. Kembali ke Dapur Mungil
122 121. Bukan Lamaran Sederhana
123 122. Sindrom Pra-Nikah
124 123. Pengingat Masa Lalu
125 124. Actually, Miss You
Episodes

Updated 125 Episodes

1
001. Hari Apes Lainnya
2
002. Kesialan Beruntun
3
003. Bukan Luka Biasa
4
004. Alasan Dikhianati
5
005. Tidak Sekedar Patah Hati
6
006. Rasanya Pupus Semua
7
007. Raga Lain
8
008. Menyelami Kisah Lain
9
Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10
009. Kenyataan Mengejutkan
11
010. Sang Penjamin
12
011. Kisah Seorang Wanita
13
012. Review Dari Harris
14
013. Rumah di Gang Sempit
15
014. Pertarungan Sengit
16
015. Status Harris
17
016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18
017. Laporan Berkala
19
018. Siapa Pak Harris?
20
019. Menjadi Seorang Mar
21
020. Gebrakan Mar
22
021. Bukan Sengaja
23
022. Mar Bersikap
24
023. Pencarian Harris
25
024. Pencarian Dimulai
26
025. Hasil Pencarian Harris
27
026. Percakapan Harris
28
27. Siang Di Rumah Harris
29
28. Sabotase Dari Mar
30
029. Pertanyaan Jebakan
31
030. Lovebird
32
031. Bertemu Bu Gendis
33
032. Sebuah Tempat Aman
34
033. Bertubi-tubi
35
034. Segala Kepanikan
36
035. Sebelum Kejadian Besar
37
036. Perspektif Banyak Orang (1)
38
037. Perspektif Banyak Orang (2)
39
038. Tepat Seminggu
40
039. Gita Membuka Mata
41
040. New Person
42
041. Sambutan Chika
43
042. Sesuatu Yang Mengganjal
44
043. Mengumpulkan Kesaksian
45
044. Menyesuaikan Diri
46
045. Di Tepi Kolam Renang
47
046. Hati Ke Hati
48
047. Harris Sebenarnya
49
048. Perkenalan Dua Pria
50
049. Bertemunya Dua Sohib
51
050. Motivasi Fisioterapi
52
051. Ucapan Terima Kasih
53
052. Babysitter Baru?
54
053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55
054. Obrolan Kasih Sayang
56
055. Kuncir Model Baru
57
056. Pertemuan Babak Pertama
58
057. Pertanyaan Chika
59
058. Hari Pertama Kerja
60
059. Kesan Hari Pertama
61
060. Kekesalan Beralasan
62
061. Aku Sebagai Apa?
63
062. Efek Debat Tengah Malam
64
063. Apa Kabar Hubungan Kita
65
064. After Drama
66
065. Sebelum Makan Malam
67
066. Izin Ibu
68
067. Pria di Depan Pintu
69
068. Sehangat Hidangan
70
069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
71
070. Kita Berdua Sama Saja
72
071. Bukan Sebatas Amarah
73
072. Bye-bye Darling
74
073. Apa Arti Diriku?
75
074. Menyadari Kesalahan Terbesar
76
075. Tidak Semudah Itu
77
076. Gita & Mar (1)
78
077. Gita & Mar (2)
79
078. Sebenarnya Sayang
80
079. Percakapan Sepanjang Hari
81
080. Yang Sebenarnya
82
081. Sisi Lain Cerita
83
082. Belum Bisa Kembali
84
083. Kunjungan Mendebarkan
85
084. Argumentasi Kenyataan
86
085. Beberapa Kenyataan
87
086. Sebelum Interogasi
88
087. Bukan Lawan Sepadan
89
088. Arti Sebuah Keputusan
90
089. Mungkin Negosiasi
91
090. Percakapan Alot
92
091. Penuh Rindu
93
092. Tangisan Penuh Kerinduan
94
093. Bersama Lebih Lama
95
094. Obrolan Absurd
96
095. Mengurai Lelah
97
096. Mungkin Terselamatkan
98
097. Perdebatan dan Pengakuan
99
098. Mengalah Bukan Kalah
100
099. Rumah Bekas Mertua
101
100. Percakapan Melempem
102
101. Quality Time
103
102. Obrolan Tengah Malam
104
103. Me Time Tak Sengaja
105
104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
106
105. Renungan Malam
107
106. Banyak Pikiran
108
107. Penyerta yang Penting
109
108. Mencari Kecocokan
110
109. Menelan Kenyataan
111
110. Mencari Jawaban Hati
112
111. Hari Hilir Mudik
113
112. Melepaskan Ingatan
114
113. Bukan Tanpa Persiapan
115
114. Malam Bercerita
116
115. Bukan Rasa yang Bisa Diabaikan
117
116. Kebutuhan Hati
118
117. Jaminan Rasa
119
118. Keluarga yang Dijanjikan
120
119. Sebelum Berangkat Tadi
121
120. Kembali ke Dapur Mungil
122
121. Bukan Lamaran Sederhana
123
122. Sindrom Pra-Nikah
124
123. Pengingat Masa Lalu
125
124. Actually, Miss You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!