Hari yang dinanti pun tiba juga. Puella dan Orsino tidak banyak melakukan persiapan untuk pernikahan. Mereka hanya membeli gaun putih sederhana yang tidak berat supaya Puella bisa tetap mudah berjalan. Juga setelan jas baru untuk calon mempelai pria.
Pernikahan akan dilangsungkan di rumah sakit. Tempat Deavenny masih dirawat sampai sekarang. Jadi, moment itu hanya untuk mempersatukan Puella dan Orsino saja. Tidak ada pesta ataupun dekorasi meriah.
Puella berangkat pukul tujuh pagi dari mansion. Ia dijemput oleh salah satu sepupunya bernama Clemmons.
“Ku bantu, Pu.” Clemmons mengulurkan tangan saat di teras ada tiga anak tangga yang harus dilewati.
“Tidak perlu, Cle. Aku bisa sendiri,” tolak Puella dengan sopan.
“Baiklah.” Clemmons tak memaksa. Cukup berdiri di bawah anak tangga terakhir. Memperhatikan sepupunya turun dengan sedikit kesulitan.
Meski kaki palsu Puella tidak bisa ditekuk sempurna layaknya kaki normal pada umumnya, tapi ia tetap berhasil melewati tiga anak tangga.
Clemmons menaikkan dua jempol. “Always cool,” pujinya.
Puella memang berbeda dari semua keluarga besar. Dia satu-satunya yang terlahir dengan satu kaki. Tapi, kasih sayang tidak pernah berbeda. Bahkan seluruh saudara sangat perhatian. Mereka sering menawarkan bantuan. Hanya saja, Puella tidak suka jika terlalu banyak dikasihani. Ia tetap mandiri melakukan semuanya karena sadar bahwa orang lain juga memiliki urusan masing-masing, tidak sekadar mengurusnya saja. Jadi, sejauh ini tak pernah merepotkan siapapun, walau sudah pasti jika meminta pertolongan pun akan dibantu juga.
Clemmons tidak membantu Puella untuk naik ke mobil. Ia bertugas untuk menjemput, sementara yang lain sudah berangkat ke rumah sakit. Sengaja memakai mobil berjenis sedan supaya sepupunya bisa mudah ke dalam. Dia sangat tahu kalau Puella nyaris tidak pernah mau ditolong. Maka dari itu, cukup pastikan tetap baik-baik saja.
Kendaraan pun segera melaju menuju rumah sakit. Tidak banyak perbincangan di dalam sana. Perjalanan ditempuh dalam waktu lima belas menit.
Puella tetap sama. Dia mau berjalan sendiri. Kaki palsu sudah sangat membantunya untuk bergerak dan menopang tubuh. Menjadi orang yang terlahir dengan kemampuan berbeda, tidaklah sulit. Apa lagi banyak yang memberikan dukungan, terutama dari keluarga.
Tepat saat hendak berjalan masuk ke rumah sakit, mobil Orsino juga baru sampai. Pria itu segera berlari menyusul. Menggenggam calon istri saat sudah sejajar.
Puella yang terkejut pun cukup menengok dan tidak memberontak saat tahu bahwa itu adalah pria yang sangat dicintai. Justru mengulas senyum karena datang tepat waktu.
“Kita masuk bersama,” ucap Orsino.
Puella mengangguk setuju. Tapi, ada yang sedikit mengganjal. Calon suami datang sendirian tanpa didampingi siapapun. “Mommymu tak ikut?”
Ada senyum yang coba Orsino tunjukkan agar Puella tidak perlu memikirkan hal lain kecuali pernikahan yang ada di depan mata. “Mungkin nanti menyusul. Aku berangkat dari apartemen. Jadi, belum sempat untuk menghampiri Mommy. Tapi, sudah ku kirimkan pesan.”
Mereka pun naik ke lift bersama. Menuju suite room. Rumah sakit yang kamarnya sangat luas dan fasilitas seperti hotel.
Pertama kali pintu dibuka, sudah penuh oleh keluarga besar. Sangat ramai dan semuanya lebih banyak berdiri karena sofa dan kursi pun tidak bisa menampung keseluruhan.
“Akhirnya calon pengantin kita datang juga,” sambut Davis. Kakeknya Puella yang sangat menyayangi cucu istimewanya. Sejak kecil selalu bermain bersama karena Marvel, menantunya lebih banyak merawat Deavenny, putrinya yang sudah sakit-sakitan sejak mengalami Lazarus Syndrome.
“Duduk sini, Pu.” Adorabella memilih berdiri dan membiarkan sepupunya di sofa.
Senang sekali melihat kehangatan keluarga itu. Tidak ada satu pun yang malu memiliki Puella yang lahir dalam kondisi luar biasa. Bahkan sering diajak keluar bersama juga. Entah untuk belanja atau makan. Mereka tidak pernah merasa ada perbedaan.
“Bahagia melihat kalian kumpul lagi seperti ini. Jarang sekali bisa lengkap. Pasti ada saja yang tak bisa datang karena sibuk,” ucap Deavenny dengan suara sangat lirih.
“Untuk our sweety Pu, tentu saja kami akan luangkan waktu. Apa lagi menjadi saksi hari bahagianya,” ucap Delavar, suaranya begitu lantang dan gembira.
“Kira-kira, kapan kita akan berkumpul lagi, ya? Saat hari pemakamanku, kah?” gumam Deavenny.
Meski suara itu lirih, tapi semua tetap bisa Mendengar. Suasana seketika jadi sunyi. Mereka menatap sedih pada sosok wanita yang lemah tak berdaya.
“Jangan bilang begitu, Mom. Kau pasti sembuh.” Puella segera memberikan semangat. Walau dia sendiri tahu jika itu tidaklah mungkin terjadi. Secara organ di dalam tubuh sang Mommy sudah banyak yang rusak.
Mata semua orang di dalam sana berubah menjadi berkaca-kaca. Saat Deavenny terkena Lazarus Syndrome pun mereka sampai menangis. Apa lagi kalau sampai pergi selamanya. Entah bagaimana rasa dunia keluarga itu jika kehilangan salah satu personil.
Marvel bisa melihat kesedihan di sana. Sebisa mungkin mencari topik lain supaya tidak fokus pada kondisi istrinya. Ini hari bahagia Puella. Jadi, jangan diwarnai oleh nuansa sedih. “Ors, orang tuamu belum datang?”
Benar juga, mereka baru sadar itu. Terlalu penuh oleh orang, jadilah tidak memperhatikan.
“Mungkin terlambat, tapi aku sudah memberi tahu lokasi ini padanya,” jawab Orsino. Dia berusaha mengirimkan pesan pada sang Mommy supaya tidak mempermalukan dirinya di depan keluarga besar calon istri. Sayangnya, tidak ada balasan, dibaca juga tidak.
Mereka berbincang santai sembari menanti orang dari Badan Kependudukan yang akan menikahkan Puella dan Orsino. Setelah lima belas menit berlalu, akhirnya yang ditunggu pun datang juga.
Tepat di depan ranjang pasien, kedua mempelai berdiri saling berhadapan dan bergandengan. Senyum selalu menghiasi di wajah pasangan tersebut.
“Puella Beradette Giorgio. Di depan seluruh saksi dan kedua orang tuamu, aku memilih engkau untuk dijadikan istriku. Menerima segala kelebihan dan kekuranganmu, mengasihi dalam keadaan apa pun, menyayangi dan mencintaimu semampuku, juga menjagamu hingga maut yang akan memisahkan.” Orsino sangat lantang dan lancar mengucapkan janjinya.
Begitu juga dengan Puella. Dia berjanji seperti sang pria. Keduanya pun dinyatakan resmi menjadi suami istri. Dipersilahkan untuk bertukar cincin, dan waktunya berciuman.
Puella tersenyum penuh rasa bahagia. Kedua pipi merasakan ditangkup, kemudian mata juga saling tatap sangat dalam.
“Kau cantik sekali, istriku.” Sebelum menyatukan bibir, Orsino sempat memuji terlebih dahulu, barulah keduanya saling berciuman dengan belitan lidah yang beradu.
Ruang rawat itu berubah riuh oleh tepuk tangan. Tidak ada satu pun yang bersedih. Satu persatu memeluk pengantin secara bergantian. Memberikan ucapan selamat dan doa.
“Sekarang kau tidak perlu ke mansionku untuk bermain burung lagi, Pu. Bisa mainkan burung suamimu sendiri,” seloroh Davis. Si kakek itu malah bercanda disaat semua orang serius. Hanya sebagai kamuflase supaya tidak terlihat bersedih oleh kondisi salah satu anaknya.
Sementara Puella yang otaknya memang bersih dan suci dari hal-hal kotor pun bingung. “Orsino tidak suka burung, Grandpa. Jadi, tenang saja, aku tetap sering mengunjungimu.”
Mereka yang paham dengan arti candaan itu pun menahan tawa. Manusia dengan isi kepala mesum, dihadapankan pada cucu yang masih putih bersih. Kombinasi menggelikan.
Puella jadi semakin bingung karena hanya dirinya yang tidak tertawa. “Ini bagian mana yang lucu, ya?” gumamnya seraya menggaruk tengkuk.
“Dad, jangan kotori pikiran putriku,” tegur Deavenny.
“Ya, maaf. Lagi pula dia sudah besar dan menikah punya suami. Nanti isi otaknya berubah seperti kita-kita juga,” kilah Davis. Kakinya menjauh dari sang cucu.
Sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi. Aku tak akan menyentuh Puella seperti apa yang mereka pikirkan. Orsino berdialog dalam hati, di wajah cukup menunjukkan senyum dan tangan merangkul istri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
himmy pratama
orsino bermuka dua..hati 2 putih suamimu TDK benar 2 cinta dengan mu
2024-04-26
0
Maia Mayong
orss kukira kau bnrn baik trnyt plsu
2023-09-17
0
anonim
waaahhh gak bener nih si Orsino...pengin ngantem pk matil ajah neehhhh
2023-07-30
1