Part 12

Puella diantar ke rumah mertuanya oleh sang suami. Orsino tidak sempat turun karena mengatakan bahwa harus menyelesaikan pekerjaan. Jadi, ia sendirian memasuki pintu yang baru saja terbuka.

Kedatangannya disambut wajah kecut Melly. Puella tetap membalas dengan senyuman karena tujuan hidupnya adalah menjadi orang baik meski dunia terlampau jahat. Tidak akan membalas segala yang buruk dengan hal sama. Percayalah bahwa hidupnya sangat tenang menjalani semua itu, damai.

“Kau tahu kenapa ku suruh ke sini?” tanya Melly dengan suara ketus.

Puella menggeleng. “Tidak tahu.” Tapi tentu saja ia memiliki tujuan sampai datang ke sana.

“Mau ku jadikan babu di sini.” Melly tersenyum miring, terkesan mengejek dan merendahkan. “Masih bisa tersenyum setelah tahu, ha?”

Sayang, Puella adalah sosok wanita yang selalu menebar senyuman. Dia belum pernah menunjukkan raut selain tarikan dua sudut bibir ke atas, pada siapapun. Seandainya menangis, maka akan dilakukan dalam diam. Supaya semua orang cukup mengetahui sisi baiknya, dan sisi lemahnya tetap dirasakan sendiri.

“Ayo, cepat kerja, ikuti aku!” Melly berjalan mendahului, sangat cepat dan tidak mendengarkan ada langkah mengikuti. Ia menengok ke belakang, lalu menyentak Puella lagi karena masih tertinggal. “Lama sekali! Makanya kalau cacat itu menikah dengan orang cacat juga! Membuatku emosi saja melihatmu jalan pelan sekali!” omelnya.

“Maaf, lain kali aku pakai kaki palsu yang bisa membantuku berjalan lebih cepat,” sahut Puella.

Dia memiliki berbagai macam kaki palsu. Ada khusus untuk lari, jalan santai, jalan lebih cepat, membantu berdiri saja, yang bobot ringan. Setiap bentuk ada kegunaan sendiri. Sementara sekarang Puella sedang memakai untuk santai.

Melly berhenti di dapur, menunjuk tumpukan cucian piring yang menumpuk dan di sana sangat kotor. “Bersihkan semua ini!” titahnya.

Puella mengangguk. Dia akan menunjukkan kalau dalam kondisi fisik berbeda pun tetap bisa melakukan seperti manusia normal pada umumnya.

Entah ke mana perginya seluruh pelayan di rumah itu, kondisinya nampak seperti tak pernah dibersihkan. Puella juga disuruh untuk mengurus seluruh kebersihan dari lantai satu dan dua. Harus sampai kinclong.

Sementara Melly hanya berdiri dan memastikan saja. Begitu angkuh dengan posisi melipat kedua tangan di dada dan menyandarkan tubuh pada dinding saat mengawasi Puella yang sedang mengepel lantai. Dia sebal karena tidak berhasil membuat si cacat itu menyerah.

“Kau itu bodoh atau bagaimana?” sindir Melly. Tidak habis pikir, tetap tersenyum dalam kondisi banyak ia tekan. “Mau-maunya dijadikan babu di sini.”

“Jika dengan cara ini bisa membuatmu membuka hati untuk menerima aku menjadi menantu dan bagian keluargamu, maka akan ku lakukan. Bukan karena bodoh. Tapi, aku ingin menunjukkan bahwa kebaikan pasti bisa meluluhkan hati seseorang yang keras,” jelas Puella. Tidak selalu harus dibalas dengan hal sama. Meskipun dia tidak diperlakukan baik, atau segala usaha yang dilakukan tak membuahkan hasil seperti bayangannya, biarlah cukup yang di atas sebagai pembalasnya. Dia hanya manusia, berhati gelap tidak akan membuat hidup kekal juga.

Melly berdecak, menendang ember berisi air sabun pel. “Tak perlu menceramahi aku, seperti malaikat saja kau itu!” serunya dengan sangat lantang.

“Maaf, aku hanya memberi tahu prinsip hidupku, bukan bermaksud berceramah.” Puella menunduk. Lantai yang sudah ia bersihkan jadi becek oleh air.

“Diam kau! Berisik sekali!” Melly tidak tahan menghadapi ocehan Puella. Di matanya, tetap saja cacat dan buruk. Ia tidak pernah melihat dan merasakan menggunakan hati. “Bersihkan semua rumahku tanpa ada debu sedikit pun yang tersisa!” titahnya kemudian.

Melly berjalan menuju tangga, hendak turun. Tapi, sebelum memijak satu anak tangga, ia melirik dengan tatapan meremehkan. “Kau itu percumah melakukan banyak cara untuk mengambil hatiku. Memangnya kau tidak tahu kenapa Orsino menikahimu dan ku biarkan saja sampai kalian sah?”

Puelle berhenti sebentar untuk mengeringkan lantai, ia tatap mata Melly yang terlihat penuh kilatan rasa benci. “Karena kami saling mencintai.” Dia sangat yakin itu.

Melly tertawa terbahak-bahak. Selain cacat, ternyata Puella lugu juga. “Mana mungkin pria sempurna seperti anakku jatuh cinta denganmu. Sadar diri itu perlu.” Ia menunjuk wanita berkaki palsu itu dengan telunjuk digerakkan naik turun. “Kau hanya dimanfaatkan oleh Orsino untuk kepentingan bisnisnya yang sedang banyak masalah itu. Dia butuh dana untuk menutupi seluruh kerugian akibat kecelakaan salah satu armadanya.”

“Tidak mungkin suamiku seperti itu. Dia orang yang baik hati dan menyayangiku,” sanggah Puella.

“Cih! Tidak percaya? Memangnya kau pikir dia mau dengan wanita cacat sepertimu kalau kau dari keluarga miskin? Tentu saja tidak.” Melly tertawa puas, berhasil membuat wajah Puella yang terus tersenyum, berubah sedikit sendu samar. Ia menuruni anak tangga sembari berceloteh. “Cacat tapi mengharapkan cinta lelaki sempurna? Hanya bisa didapatkan dalam mimpi, kocak.”

Terpopuler

Comments

himmy pratama

himmy pratama

dipotong lidah nya aja tu mulut Melly..lambat akan terbongkar niat jahat ors

2024-04-26

0

❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳

❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳

Mulutnyee belum pernah digiling dan diracunin cabai 100 ton. 🙄

2023-10-09

0

Yuyun Yuningsih Yuni

Yuyun Yuningsih Yuni

sampai sini,,msih blm percaya klo ors berniat jahat...

2023-10-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!