Puella diajak pulang oleh Orsino, tanpa berpamitan dengan pemilik rumah. Dia bisa menyimpulkan dari pertemuan pertama yang tidak begitu lancar, bahwa masih butuh waktu lagi untuk meyakinkan orang tua sang kekasih supaya menerima dirinya dengan tulus dan lapang dada. Tanpa memandang apa pun, kecuali dari hati.
Tak apa jika belum lancar sesuai rencana. Tidak semua yang dilakukan harus langsung berhasil seperti keinginan juga. Setiap tujuan pasti butuh adanya perjuangan.
Selama perjalanan, Puella terus mendengar Orsino minta maaf atas perlakuan buruk tadi. Tangannya juga digenggam erat seolah takut kehilangan dirinya.
"Ors, tenang saja. Aku sudah biasa menghadapi perlakuan seperti itu. Jadi, apa yang mommymu katakan padaku, tidak dimasukkan ke dalam hati, sesuai janjiku kemarin," ucap Puella. Ia tepuk punggung tangan sang kekasih agar tak lagi risau.
"Tetap saja keterlaluan, mulutnya terlalu tajam, dan aku malu denganmu." Orsino menatap dengan sorot yang lekat oleh rasa bersalah. "Keluargamu memperlakukan aku dengan baik. Sementara mommyku justru sebaliknya."
Berhubung mobil sudah berhenti dan sampai di depan mansion Giorgio, Puella sedikit menyerongkan tubuh. Tangan terulur meraih rahang yang ditumbuhi rambut tipis, mengusap hingga merasakan geli pada bagian jari. "Aku percaya bahwa suatu saat nanti, mommymu bisa menerima aku juga."
Menumpukkan telapak lebarnya di atas punggung tangan sang kekasih. Orsino mengangguk dan menyetujui. Tidak mau melunturkan semangat dan rasa percaya diri wanita yang amat dicintai. "Kita masuk, ya? Aku mau menjenguk dan bertemu mommymu."
Puella melepaskan seatbelt. Saat melihat Orsino mulai memutari bagian depan mobil, ia lekas membuka pintu sebelum sang pria mendahului. Dia selalu merasa diratukan, dilayani terus. Padahal tak pernah diminta.
"Aku bisa sendiri, Ors." Puella memperlihatkan jika memiliki satu kaki dan sebelah lagi hanya palsu, bukanlah sebuah hambatan untuk tak melakukan apa pun sendiri. Ia meminta kekasih supaya berhenti dan tidak membantunya sampai benar-benar keluar dari mobil. "Lihat, aku bisa, kan?"
Orsino bertepuk tangan sebagai pujian. "Kau memang wanita paling luar biasa yang pernah ku miliki." Memegang kepala, lalu mendaratkan kecupan.
Keduanya pun berjalan beriringan, masuk ke dalam bangunan berlantai tiga. Mereka menuju kamar di mana Deavenny, Mommy dari Puella sedang dirawat.
Dipersilahkan masuk, kamar luas itu kini menjadi ruang rawat karena mommynya memang sudah tidak bisa berjalan. Sejak lama, sekitar lima tahun belakang. Kondisi kesehatan setelah melahirkan Puella pun jadi sering sakit-sakitan.
Ada Marvel, daddynya Puella selalu merawat di samping istri. Orsino menundukkan kepala sebagai isyarat sapaan.
Mereka berbincang santai, basa-basi bertanya kabar dan kemajuan kesehatan. Deavenny hanya lumpuh bagian kaki, mulut masih bisa bicara walau suara yang keluar sangat samar.
"Ors, sini," pinta Deavenny. Tangan berusaha melambai agar kekasih putrinya segera mendekat.
Orsino pun dengan patuh duduk di tepi ranjang. Tepat di samping Deavenny. "Ada yang sakit? Perlu ku bantu?" Sering bergaul dengan orang-orang yang beraura positif, membuatnya menjadi sosok yang seperti itu juga. Lingkungan sangat berpengaruh dengan perubahan sikap dan perilaku seseorang.
"Aku tidak tahu sampai kapan bisa bertahan hidup." Deavenny meraih tangan berisi Orsino. "Apa kau masih belum ada keinginan untuk menikahi putriku?"
"Mom, kami pasti akan menikah, tapi harus mempersiapkan juga, kan?" Puella berusaha membantu menjawab karena masalahnya bukan ada pada mereka berdua. Tapi, belum mengantongi restu dari salah satu keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
himmy pratama
dea dan Marvel sepupunya Khan..!! untuk apa menikah anak dr ortu yg sombongnya sampak ke langit..mending GK usah JD nikah pu..punya mertua kaya demit gae opo
2024-04-26
0
Rahmawati
sabar bgt pue
2023-11-20
0
ita nuraeni
Langsung nikahh aja sh Pue, gaushhh minta restuu emak nyh Ors😂😂
2023-10-23
0