Puella menyentuh kaki kirinya. Itu adalah palsu, buatan manusia. Sejak lahir, dia memang tak memiliki fisik sempurna. Kakinya yang utuh hanya satu di bagian kanan. Sementara yang sebelah hanya sebatas di atas lutut. Kondisinya memang istimewa, tapi tidak pernah menjadikan sebagai alasan untuk terpuruk oleh keterbatasan yang dimiliki.
Kaki palsu buatan prostesis, orang yang berkeahlian untuk membuat kaki palsu atau prostesa. Setiap hari Puella dibantu dengan itu jika mau berjalan, atau terkadang juga menggunakan kursi roda listrik yang bisa dilipat dan mudah dibawa kemanapun perginya.
Puella bisa saja menyembunyikan kaki palsu itu dengan memakai rok panjang. Tapi, dia ingin memperlihatkan dirinya yang asli, tanpa menutupi apa pun karena merasa bahwa hubungan yang baik berawal dari kejujuran dan rasa terbuka. Memang sudah menyiapkan hati juga kalau sewaktu-waktu kondisi istimewanya tidak mudah diterima.
"Iya, aku memang sedikit berbeda dari kebanyakan wanita. Mungkin fisikku tak sempurna, sejak lahir hanya memiliki satu kaki. Tapi, tidak perlu risau, selama ini aku bisa melakukan banyak aktivitas," beri tahu Puella. Dia bukan membanggakan diri karena masih bisa melakukan apa pun sendiri. Tapi, hanya berniat memberi tahu bahwa ia tidak akan menyusahkan Orsino.
"Cih! Kau pikir aku akan luluh begitu saja dengan kesombonganmu itu? Punya kaki satu dan bisa melakukan aktivitas sendiri saja bangga," cibir Melly. Bibirnya sampai mencebik.
Tetap harus tersenyum. Menghadapi orang yang seperti itu tidak perlu menggunakan amarah. Puella manusia paling sabar dan berhati lembut. "Iya, aku sangat bangga karena keterbatasan yang dimiliki, tidak membuatku harus bergantung diri pada orang lain." Pandangannya beralih pada Orsino yang sedang menatap tajam ke arah depan. Menyentuh rahang yang kini sedang mengeras seolah mengatakan bahwa dalam kondisi menahan amarah. "Aku mencintai putramu, dengan tulus."
"Begitu juga dengan aku, sangat mencintai Puella." Orsino ikut meyakinkan orang tuanya.
Secara terang-terangan Orsino melakukan gerakan romantis, mengecup kening Puella dengan kurun waktu lima detik. Dalam dan penuh oleh ungkapan rasa. "Jadi, jangan halangi kami untuk bersatu." Setelah memandang lekat mata berbinar yang selalu menutupi kesedihan, ia menyorot tajam penuh keyakinan pada mommynya. "Restui kami."
Melly menguap dan menutup mulutnya seolah bosan melihat Puella. "Sudah dramanya? Aku mengantuk, si cacat membuat mataku ingin terpejam." Ia kucek kelopak mata. "Sakit sekali penglihatanku menyaksikan anakku membawa wanita berkaki satu di depan mata."
"Mom! Kau wanita berpendidikan, seharusnya bisa menjaga mulut. Jika seperti ini, terlihat seperti berandalan yang tak punya etika!" Orsino mengomel. Jelas saja ia bela Puella. "Memangnya kau pikir anakmu ini tidak memiliki keterbatasan juga? Aku pun sama, tak sempurna!"
"Setidaknya kau tak cacat seperti dia." Melly berdiri dan meninggalkan ruang tamu begitu saja. Tanpa memberikan jawaban apa pun atas permintaan restu sang anak.
Puella mengusap punggung dan dada sang kekasih yang mulai nampak naik turun. "Sabar, tidak apa. Nanti dicoba lagi. Mungkin mommymu masih terkejut karena ini pertama kali bertemu denganku."
Orsino yang merasa tak enak hati. "Tunggu di sini sebentar, ya? Aku coba bujuk Mommy lagi." Mengecup puncak kepala Puella. Ia menyusul orang tuanya yang sudah masuk ke dalam kamar.
"Mom, apa kau tahu Puella itu siapa?" Orsino langsung menembak dengan sebuah pertanyaan, seraya menutup pintu agar rapat dan pembicaraan mereka tidak tembus ke luar ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
himmy pratama
emosi ngebacanya 😡😡😡
2024-04-26
0
£rvina
Benarkah? apa ada udang di dalam bakwan?🤔, penasaran..
2024-03-13
0
Rahmawati
astaga baru ngeh kalo ini tuh cerita puella anaknya siapa tuh yg nikah sm sepupunya sendiri.
2023-11-20
0