Cuaca lebih dingin dari sebelumnya. Hembusan udara musim gugur mulai terasa. Orang-orang mulai mengenakan pakaian hangat milik mereka. Meski cuaca mulai berubah, hari ini seperti biasa, aku mengikuti Aquila seharian. Gadis itu menghabiskan setengah hari di butik miliknya. Matahari nyaris tenggelam saat kami keluar dari butik. Aku membukakan pintu belakang untuk Aquila setelahnya aku berputar untuk naik ke kursi kemudi.
“Besok kau akan memperpanjang kontrak, kau sudah memiliki pilihan bukan?” tanya Aquila saat kami di dalam mobil. Aku meliriknya dari kaca spion kemudian mengangguk.
“Baguslah, semoga tidak mengecewakan,” ucap Aquila.
“Kamu tidak penasaran dengan keputusanku?” tanyaku bingung karena reaksi Aquila yang diluar dugaanku. Kukira Aquila akan mendesak diriku untuk tetap disisinya. Ternyata aku salah. Bukan. Kurasa aku berharap agar Aquila mendesakku.
“Bukankah kau pernah bilang bahwa kamu tidak pernah membuat keputusan sebelumnya? Aku tidak ingin menjadi bagian dari orang-orang itu, apapun keputusanmu, itu milikmu, kamu pantas membuat keputusan,” jelas Aquila panjang. Aku hanya mendengarkannya. Ada perasaan hangat yang mengalir dalam dadaku. Aku harap ini memang keputusan terbaik. Untuk diriku, Auriga, dan Aquila.
“Bolehkah aku bertanya?” izinku pada Aquila.
“Selama aku bisa menjawabnya,” balas Aquila sekenanya.
“Mengapa kau tak ingin ada pengawal baru sebelumnya?” tanyaku. Aquila terkekeh di belakang.
“Kau ingat Anna bukan? Aku menganggap suaminya melebihi Papa. Dia meninggal tertembak karena melindungiku. Aku masih kecil saat itu, ingatanku tidak terlalu jelas tapi aku dapat mengingat wajah sedih Elsa hari itu,” jelas Aquila panjang lebar.
“Jadi kau tak ingin pengawal lain berakhir sepertinya?”
“Bukan, aku tak ingin orang lain sedih karena aku. Jika Jacob tidak melindungi aku, Elsa tidak akan sedih,”
“Jadi kau menerimaku karena jika aku meninggal tak akan ada yang sedih, apa aku benar?” tanyaku sedikit sarkastik. Aquila kembali terkekeh.
“Apa semua jawabanku bisa merubah keputusanmu?” tanya Aquila iseng.
“Bisa jadi,” jawabku sekenanya.
“Awalnya aku tidak ingin ada orang lain menggantikan posisi Jacob tapi setelah mempertimbangkan ulang, aku menerimamu, dan untunglah aku menerimamu,” jawab Aquila jujur. Aku dapat melihat binar kejujuran itu walaupun hanya dari kaca spion.
“Jadi kau tak menyesalinya?” tanyaku sambil terkekeh.
“Jika aku tetap menolakmu mungkin sekarang aku, dan Chris masih disandera oleh orang-orang kartel itu,” jawab Aquila sarkastik pada dirinya sendiri. Aquila kemudian terkekeh, aku ikut terkekeh melihat Aquila.
Aku memarkirkan mobil di depan sebuah bangunan. Sebuah tempat makan di dekat pelabuhan. Aquila kembali memakai mantelnya lalu turun dari mobil. Aku mematikan mobil kemudian menyusul Aquila. Tak terlalu besar seperti tempat Aquila biasanya datang. Tempat ini sangat sepi, bahkan hanya ada kami.
“Kapan orang itu datang?” tanyaku.
“Memang aku bilang akan bertemu orang?” tanya Aquila balik sambil membolak-balik menu.
“Lalu mengapa kita disini?” tanyaku semakin bingung.
“Merayakan hari pertama, dan terakhirmu bekerja?” ucap Aquila dengan nada bertanya. Aku tersenyum lalu mengangkat gelas berisi anggur di depanku. Aquila tertawa ringan.
“Kau tidak menyewa semua tempat duduk bukan?” tanyaku mulai khawatir karena tempat ini benar-benar tak ada pengunjung.
“Seharusnya mereka tutup satu jam yang lalu,” ucap Aquila enteng sambil menyentuhkan gelasnya pada gelasku hingga berdenting. Aquila menyesap anggur di gelasnya sedangkan aku menatap tak percaya. Aquila lalu melirik dengan ujung matanya lantas tersenyum tipis.
…
Aku kembali berbaring menikmati malam. Cahaya kubiarkan masuk melalui jendela yang terbuka. Jas yang tadi aku kenakan kubiarkan berantakan di atas sofa. Dua kancing teratas kemeja putih kubiarkan terbuka. Kakiku yang menggantung masih menggunakan sepatu. Aku kembali berpikir keputusan apa yang harus aku buat besok. Aku mencoba meyakinkan diri pada keputusanku.
Semakin memikirkannya semakin membuat kepalaku pening. Aku keluar kamar menuju rooftop. Visil berdiri dengan segelas wiski di tangannya. Pria yang seumuran denganku itu menatap lautan dengan tangan lainnya dimasukan dalam kantong celana. Visil berbalik saat aku berjalan ke arahnya.
“Sejak kapan kau disini?” tanya Visil sedikit terkejut.
“Baru saja,” jawabku santai.
“Kau sudah memutuskan?” tanya Visil.
“Jika aku sudah memutuskan, aku tak mungkin disini,” jawabku sedikit sarkastis. Visil tertawa mendengar ucapanku.
“Itu wiski?” tanyaku sambil menunjuk gelasnya.
“Ya,” jawab Visil sambil mengangkat gelasnya.
“Kurasa wiski terlalu berat untuk sekedar menikmati pemandangan,” komentarku.
“Thomson memintaku menggantikan posisimu saat kau memilih Auriga, untuk sementara tapi itu tandanya aku harus meninggalkan komputer setidaknya tiga bulan, aku harap dirimu membuat keputusan yang tepat,” Visil menceritakan isi kepalanya.
“Bagaimana jika aku memilih Auriga?” tanyaku.
“Memang aku memiliki pilihan?” tanya Visil sarkastik. Aku menyeringai menatapnya. Aku menepuk pundak Visil sebelum turun ke lantai bawah.
Aku kembali ke kamar kemudian melempar tubuhku ke atas kasur. Ini semakin sulit. Aku sangat ingin egois. Banyak orang yang terlibat dengan pilihanku. Ternyata seperti ini perasaan yang sebenarnya saat aku harus memilih. Ini membingungkan. Bersyukurlah kalian jika mudah untuk membuat keputusan. Aku menghela nafas berulang kali memikirkannya.
...
Besoknya, aku kembali berhadapan dengan Thomson. Ini kedua kalinya aku bertemu karena setelah hari pertama itu, aku sama sekali tidak pernah bertemu Thomson. Perpustakaan kembali menjadi tempat yang dipilih. Lagi-lagi sinar matahari berusaha mengintip dari balik korden. Thomson masih sama. Ramah namun tetap terkesan angkuh. Aku duduk berhadapan dengan Thomson.
“Aku memiliki dua kontrak yang berbeda,” ucap Thomson sambil menyodorkan dua map hitam. Setelah menerima keduanya, aku membuka satu per satu lantas membacanya perlahan. Thomson mengamati gerak-gerikku selagi aku membaca -yang membuatku sedikit tidak nyaman. Keduanya mirip hanya berbeda pada nama. Nama untuk siapa aku berfokus kerja. Aquila atau Auriga. Aku meletakkan kedua map yang terbuka di atas meja. Aku mengambil nafas lalu menghembuskannya kasar.
“Apa yang terjadi jika saya memilih Aquila?” tanyaku sambil menatap Thomson.
“Semuanya akan berjalan seperti sebulan belakangan ini,” jawab Thomson kemudian menyesap kopi dari gelasnya.
“Jika saya memilih Auriga?” tanyaku lagi. Thomson meletakkan cangkirnya ke atas meja lalu menumpu tubuh dengan kedua tangannya di atas lutut.
“Chris akan kembali bekerja untuk Aquila, dan Visil akan menggantikan posisimu untuk sementara waktu,” jawab Thomson sambil menautkan kedua tangannya. Kini saatnya aku memilih. Dan inilah kontrak yang aku tanda tangani.
SURAT PERJANJIAN KERJA
No. 1/PAu/005
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :Robert A.A. Prayanto
Alamat :21, Walmer St. Hereford
Pada hari Kamis, 1 Oktober 2009, dengan memilih, dan mengambil Aquila Mansion sebagai tempat kerja. Nama yang tercantum di atas setuju untuk mengikat diri dalam Perjanjian Kerja dengan syarat, dan ketentuan sebagai berikut.
Pasal I
Lama Perjanjian
Pekerja bersedia bekerja selama 9 (sembilan) bulan sebagai pengawal Auriga Walsh. Kelanjutan masa kerja akan ditangguhkan kembali setelah lama perjanjian habis
Jika pekerja mengundurkan diri sebelum masa kerja habis, pekerja akan ditanggungkan denda sebesar Rp. 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah).
Pekerja dapat terhindar dari denda jika Auriga Walsh memintanya.
Pasal II
Tempat Tinggal dan Jam Pekerja
Selama terikat dalam Perjanjian Kerja, pekerja akan tinggal di Aquila Mansion yang bertempat ini Walsh Private Island 04, Irish Sea.
Pekerja tidak boleh meninggalkan Aquila Mansion tanpa seijin Auriga Walsh kecuali dalam menjalankan tugas.
Pekerja akan bekerja selama dua puluh empat jam dalam tujuh hari.
Pekerja harus bekerja saat sewaktu-waktu diperlukan.
Pasal III
Deskripsi Kerja
Selama terikat Perjanjian Kerja, pekerja diharuskan menyelesaikan pekerjaan sesuai kebutuhan Auriga Walsh.
Pekerja wajib mengutamakan keselamatan Auriga Walsh dimanapun, dan kapanpun.
Auriga Walsh berhak memberikan tugas atau misi jika memang diperlukan.
Pasal IV
Hak Pekerja
Selama melakukan tugasnya, pekerja dapat dengan bebas menggunakan fasilitas yang disediakan.
Penambahan fasilitas dapat diberlakukan jika diperlukan.
Pasal V
Kerahasiaan
Pekerja wajib menjaga rahasia dari hal-hal yang dikerjakan.
Auriga Walsh berhak menutup mulut pekerja jika diperlukan, termasuk ke sesama keluarga Walsh
Pasal-pasal di atas dapat ditambah atau dikurangi sewaktu-waktu jika diperlukan.
Walsh Private Island 04, 1 Juni 2009
Yang bersangkutan
Robert A.A. Prayanto
Aku memilih Auriga. Awalnya aku sudah yakin untuk tetap disisi Aquila namun percakapan terakhir kami seakan membukakan mataku. Malam sebelum aku dipanggil Thomson, aku memikirkan semua ini. Ruangan yang remang-remang membantuku berpikir lebih jernih. Aku hanya berbaring pada kasur membiarkan cahaya dari luar menyilaukan mataku.
Aku merangkai semua informasi yang aku dapatkan sejauh ini. Aquila terlahir sebagai anak yang dicurigai oleh ayahnya sendiri. Saat kecil dirinya jauh dari kasih sayang orang tua, bahkan mungkin tidak mendapatkannya sedikitpun. Kematian pengawal pertamanya meninggalkan luka lain yang memperparah semuanya. Akhirnya dirinya tumbuh sendiri. Tidak liar namun berbahaya.
Aku akan bekerja untuk Auriga sembilan bulan ke depan, dan setelah itu selesai aku akan kembali pada Aquila. Selama sembilan bulan inilah aku harus mencari kebenaran tentang ibunya, mama, Nyonya Walsh. Aquila mungkin tidak pernah membahasnya lebih lanjut tapi aku dapat melihat kerinduan akan kehadiran orang tua lewat interaksinya dengan Anna. Selain itu aku juga bisa berlatih menggunakan pistol jadi saat aku kembali pada Aquila, aku sudah benar-benar siap menembak siapapun yang perlu kutembak.
Sepertinya selain aku buruk dalam mengambil keputusan, aku buruk juga dalam menyatakan perasaan. Kali ini aku ingin menyatakan bahwa aku ingin melindungi Aquila. Aku ingin memberikan memori baru untuknya. Walaupun akan sangat sulit untuk dapat menjadi pendamping seumur hidupnya, setidaknya aku berusaha saat ini. Terdengar bertele-tele, dan rumit memang tapi inilah pilihanku. Tolong hormati ini semua. Apa aku memiliki rasa untuk Aquila? Aku yakin itu ada dalam benakmu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
🌸Ar_Vi🌸
ok thor.. aku setuju dengan pilihan Robert😘😘
2020-12-19
1
🌸Ar_Vi🌸
ok thor.. aku setuju dengan pilihan Robert
2020-12-19
1
Noejan
Hadirr🙋
2020-08-28
1