Pasal V : Walsh dan Andrea

Aku turun dari mobil kemudian membukakan pintu untuk Auriga. Pria dua puluh tujuh tahun itu turun dengan angkuh kemudian aku menutup kembali mobil setelahnya mobil berjalan maju. Auriga berjalan masuk ke dalam rumah dengan aku yang mengikutinya di belakang. Pria itu berhenti di ruang tamu kemudian berbalik menghadap diriku.

“Kau off sampai kita kembali ke Aquila Mansion minggu depan.” kata Auriga. Aku mengangguk menanggapi perintah atasanku ini.

“Juga….obati kakimu, kau bisa pergi ke rumah sakit jika memang perlu.” tambah Auriga dengan nada dingin.

“Baik!” seruku kemudian pergi ke kamarku di lantai paling atas.

Saat aku masuk ke kamar, Visil berdiri menghadap jendela mengamati pemandangan di luar. Aku tak tahu bahwa pria itu disini. Visil berbalik saat aku menutup pintu. Pria itu memasukan tangan ke kantong celananya.

“Aku akan satu kamar denganmu hingga hari kita pulang.” kata Visil dengan logat yang aneh. Aku sendiri baru tahu bahwa Visil bisa berbahasa Indonesia.

“Kau bisa bahasa Indonesia?” tanyaku retoris.

“Aku berusaha untuk bisa.” jawabnya. Ah, rupanya Visil mempelajarinya, aku tak akan kaget jika logatnya masih aneh.

“Bukankah sebelumnya kau di lantai bawah?” tanyaku lagi.

“Ada personil tambahan jadi mau tidak mau aku yang dipindah karena kita satu akan sering satu tim.” jawabnya lagi. Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala mengerti. Aku melempar pantatku ke atas kasur.

“Sudah berapa lama kau bekerja untuk Walsh?” tanyaku.

“Entahlah.” jawabnya sambil menaikkan bahu.

“Sejak aku lulus high school. Sekarang aku dua puluh tiga, mungkin lima tahun.” lanjut Visil menjelaskan lalu menambahkan, “Kau sendiri?”

“Aku belum sampai seminggu.” jawabku sambil menaikkan bahu.

“Kau hebat! Sepertinya kau pengawal kesayangan Auriga.” kata Visil membuatku penasaran.

“Memang kenapa?” tanyaku mencoba memenuhi rasa penasaran.

“Aku baru mendapat misi pada tahun ketiga disini. Aku dengar juga kau awalnya ditempatkan untuk menjadi pengawal Aquila, apakah sulit?”

“Apa berita itu benar?”

“Berita apa?”

“Aquila sering berganti pengawal?”

“Itu sangat benar! Entahlah tak ada yang mampu menangani Aquila. Aquila dan Chris sangat pintar menjebak pengawal baru.” jawab Visil bersemangat.

“Sepertinya aku harus lebih berhati-hati.”

“Kurasa tidak. Rasanya kau memang dilahirkan untuk menjadi pengawal gadis itu jika memungkinkan menjadi Altair dari Aquila.”

“Altair?” tanyaku penasaran.

“Ah lupakan saja! It’s just a silly thing!” kata Visil lalu berjalan ke meja lantas membuka laptopnya. Tak ada lagi percakapan di antara aku, dan Visil. Aku memilih ikut diam kemudian mengobati lukaku di kamar mandi. Aku menaikkan sedikit celana bahan yang aku kenakan. Luka itu tepat di pergelangan kaki kanan. Tak terlalu dalam, pasti akan sembuh dalam satu atau mungkin dua hari.

Aku tak melakukan banyak hal hari ini. Setelah makan malam aku berbaring di kasur. Banyak hal yang terjadi dalam hidupku akhir-akhir ini. Belum genap satu minggu aku bekerja untuk keluarga Walsh namun berbagai peristiwa sudah terjadi. Aku tak membayangkan harus bekerja ke depannya. Visil masih sama. Di depan laptop sambil menikmati makan malam. Aku akan menjadi pengangguran.

“Kau tahu Little Namja?” aku membuka percakapan. Perbincangan berlanjut dengan membahas keluarga Andrea.

“Pemegangnya adalah Lyan Andrea. Itu seperti google rahasia. Semua rahasia keluarga Andrea ada di sana.” jawab Visil.

“Ada apa dengan Walsh dan Andrea?” tanyaku lagi.

“Auriga percaya Andrea diam-diam membantu Hedrig Melton merebut ibunya.”

“Jadi nama pria yang kutemui tadi Hedrig Melton?”

“Ya! Dulunya dia sangat kaya tapi Auriga perlahan-lahan membuatnya bangkrut,” jelas Visil kemudian mengangkat bahu tak peduli. Aku mengangguk-angguk kepala mengerti sementara Visil menatap laptopnya lagi.

“Lalu untuk apa data yang  kau ambil dari mereka?” tanyaku tiba-tiba.

“Entahlah,” kata Visil tetap menatap laptopnya kemudian melanjutkan, “data itu ada di Auriga jadi hanya Auriga yang  tahu.” aku diam menanggapi itu.

“Kita pasti akan satu tim setelah ini,” kata Visil tiba-tiba.

“Mengapa kau sangat yakin?” tanyaku sedikit malas.

“Aquila akan membuangmu setelah ini namun Auriga menyukai cara kerjamu,” jawab Visil lagi.

“Mengapa Aquila membuang pengawal baru?”

“Entahlah, kau bisa bertanya pada gadis itu.”

Seminggu berlalu cukup lambat mengingat aku tak melakukan apapun. Aku hanya akan menghabiskan waktu di kamar berdiam diri sedangkan Visil sibuk dengan laptop miliknya. Aku akan berolahraga setiap pagi lalu membiarkan waktu berlalu di dalam kamar. Tidak ada yang spesial.

Pada akhirnya kebosanan itu lenyap tergantikan dengan rutinitas baru atau mungkin rutinitas lama. Kali ini aku kembali ke Liverpool menggunakan pesawat. Portland ke Liverpool tak memakan waktu hingga berhari-hari, tak seperti saat aku berangkat. Aku kembali lagi ke kamarku di Aquila Mansion. Chris masuk ke kamarku tanpa permisi. Perempuan itu menarik nafas sesaat sebelum berbicara.

“Besok Aquila akan berangkat ke Paris. Kau harus bersiap untuk tugas di luar selama dua minggu.” kata Chris lalu pergi tanpa menutup pintu. Aku tak terlalu terkejut dengan perilaku itu. Aku bangkit dari duduk menuju pintu lalu menutupnya. Aku segera berganti baju setelahnya.

Sekarang aku berjalan menuju ruang makan di rumah utama. Aku membuka pintu putih di depanku yang kemudian menampilkan Aquila duduk menikmati isi piringnya dengan anggun. Chris berdiri di sebelah pintu menatap lurus ke depan. Pintu dibelakangku kututup kemudian berdiri di sebelah Chris. Tak ada denting alat makan walaupun ini ruang makan, tempat ini sangat sunyi. Aquila benar-benar memperhatikan cara makannya. Setelah selesai gadis itu meletakkan pisau, dan garpunya bersebelahan. Kain putih yang ada di pangkuan gadis itu dilipat  kemudian diletakkan di sebelah piring. Sungguh anggun. Aquila melangkah ke arah pintu. Sebelum benar-benar mencapai pintu, Chris membukakan kayu ini untuk Aquila. Setelahnya Chris mengikuti langkah Aquila, begitu juga aku.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan terbang menggunakan pesawat pribadi. Walaupun ini bukan milikku, ini benar-benar menyenangkan. Sekalipun aku tidak duduk di tempat utama, ini cukup menyenangkan. Berbeda dengan pesawat komersil yang sempit, pesawat pribadi benar-benar luas. Interior di dalam pesawat juga sangat mewah, berbeda dengan pesawat komersil yang biasa aku gunakan.

Perjalanan menuju Paris tidak memakan waktu lama. Saat aku tiba, matahari belum menunjukan tanda akan tenggelam. Sebuah mobil sedan hitam sudah menunggu di depan tangga pesawat. Aku menuju kursi depan samping sopir sedangkan Aquila, dan Chris di belakang. Paris tak berbeda jauh dengan Liverpool. Kota ini sangat bersih. Dari dalam mobil aku dapat melihat dengan jelas keluar. Ini sungguh kota yang indah. Aku akan kembali ke kota ini suatu hari nanti, sendirian, dan menikmati keindahannya. Chris berbicara dengan Auriga di telepon saat kami sampai. Lagi-lagi gedung tinggi. Aquila berjalan masuk ke gedung ini. Aku berjalan sekitar tiga meter di belakang kedua perempuan itu. Dari ujung mata aku dapat melihat seseorang dengan kamera yang cukup besar sebelum aku masuk ke gedung besar ini. Mungkin paparazi.

“Ini R, ada paparazi yang mengikuti, bagaimana?” kataku di pergelangan tangan. Aku dapat melihat Chris berbicara dengan Aquila setelah mendengar ucapanku di telinganya. Selanjutnya Chris mendekatkan pergelangan tangan dan mulutnya.

“Tangkap kemudian introgasi, supir akan mengantarmu.” sebuah suara terdengar di telingaku kemudian. Aku berhenti tanpa aba-aba kemudian berbalik dan keluar gedung. Aku berlari mencari orang itu tadi. Di perempatan jalan aku diam kemudian melihat sekeliling. Jaket hitam, masker hitam, kamera DSLR dengan lensa panjang. Ah itu dia. Betapa cerobohnya paparazi satu ini. Bersandar pada dinding gedung besar sambil mengamati layar kameranya. Aku mengambil ponsel dari saku celana kemudian menekan nomor telepon supir tadi memintanya berputar ke samping gedung.

Tak butuh waktu lama untuk mobil sampai sesuai keinginanku. Aku berjalan ke orang itu lalu menariknya untuk melangkah masuk ke dalam mobil. Orang itu awalnya kaget lantas memberontak. Aku merebut paksa kamera di tangannya lalu melemparnya ke dalam mobil. Setelahnya aku menarik orang itu dengan kedua tangan lantas mendorongnya masuk. Aku ikut masuk setelahnya. Kuambil kamera di sebelah yang kulempar tadi.

“Who is your boss?” tanyaku langsung. Orang di depanku hanya diam. Aku mengotak-atik kamera itu. Semuanya berisi foto Aquila sejak turun dari pesawat tadi.

“Are you mute, hah?!” bentakku. Orang disampingku ini tetap diam.

“How much did they give you? I can give you the double!” aku membentak lagi dengan masih melihat isi kamera itu.

“Oohh…. Andrea? I see.” kataku saat melihat foto surat perjanjian dengan tanda tangan Lyan Andrea. Aku mengambil kartu penyimpanan dari kamera itu lalu memasukkannya ke kantong saku. Aku menyuruh supir menepi kemudian membiarkan orang ini pergi. Aku kembali lagi ke gedung tadi.

“Ini R. Kemana aku harus pergi?” tanyaku kepada pergelangan tangan.

“Kami segera turun, tunggu di lobi utama.” kata suara di telingaku. Aku segera berpindah ke kursi depan saat sampai di lobi utama. Tak lama Aquila, dan Chris terlihat keluar dari pintu utama.

“Bagaimana orang tadi?” tanya Aquila saat mobil berjalan.

“Dia suruhan Andrea. Lyan Andrea, Nona,” jawabku kemudian merogoh saku jas kemudian memberikan kartu penyimpanan sambil berkata, “saya juga mendapatkan ini.”

“Apa ini?” tanya Aquila sambil mengambil kartu itu.

“Kartu memori dari kameranya.” jawabku.

“Selidiki lalu laporkan padaku nanti.” perintah Aquila lalu mengembalikan kartu itu ke tanganku. Aku mengangguk lalu kembali menatap ke depan. Mobil menjadi sunyi hingga tiba di depan hotel. Bukan hotel bertingkat dengan fasilitas super. Ini lebih mirip rumah yang memang disewakan. Rumah ini menghadap langsung ke menara Eiffel. Itu merupakan pemandangan yang menakjubkan. Dua perempuan di kursi belakang turun terlebih dulu sementara aku membantu sopir memarkirkan mobil di jalanan. Mobil diparkirkan di depan gedung rumah. Aku berjalan masuk ke rumah itu.

Di lorong masuk aku melihat Aquila berjalan tak benar. Salah satu tangannya berpegang pada tembok, dan tangan lainnya mencengkram bahu Chris. Kamar Aquila ada di lantai paling atas, dan dirinya harus melalui tangga yang cukup banyak. Sepertinya aku akan melanggar peraturan hari ini jika Aquila jatuh sebelum mencapai kamar tidurnya. Aku berjalan tepat di belakang keduanya berjaga-jaga jika Aquila jatuh secara tiba-tiba.

“Kau tidak apa-apa, nona?” tanya Chris khawatir. Aquila hanya mengangguk sambil menahan rasa sakit.

“Apa ini karena minuman tadi?” tanya Chris lagi. Minuman? Apa Aquila diracuni?

“Sepertinya begitu, aku tidak tahu jika ada campuran stroberi dalam minuman itu.” jawab Aquila lemah. Jadi Aquila alergi stroberi?

“Apa kita perlu ke dokter?” tanyaku.

“Tidak, aku hanya perlu minum obat, dan tidur.” jawabnya.

Aquila memakan waktu cukup lama untuk sampai di kamarnya. Ini kamar paling luas. Aku, dan Chris duduk di sofa yang ada. Aquila baru saja meminum obat, dan kini tidur. Aku bernafas lega karena tak perlu melanggar peraturan kali ini.

“Siapa yang kalian temui tadi?” tanyaku pada Chris berbisik.

“Charlotte,” jawab Chris kemudian menambahkan “Andrea, Charlotte Andrea.”

“Dia ada hubungannya dengan Lyan Andrea?”

“Dia adiknya.” jawab Chris. Aku mengerutkan dahi.

“Apa kau tak curiga? Bisa saja Charlotte sengaja memasukkan stroberi ke dalam minuman Aquila?” tanyaku masih berbisik.

“Aku juga berpikir begitu.”

“Ada apa dengan Walsh dengan Andrea?” tanyaku sambil memiringkan kepalaku.

“Itulah alasan aku mulai lunak padamu!” seru Chris dengan berbisik. Aku mengangkat alis. Jika dipikir-pikir benar juga. Chris tidak seperti sebelumnya.

“Bekerjalah dengan benar! Selidiki tentang Walsh!” perintah Chris lagi. Aku meletakkan tangan di dahi seperti hormat. Chris mendengus melihatnya. Aku melirik ke tempat Aquila tidur.

“Kita harus menjaganya dengan baik.” kata Chris sambil menatap lembut ke Aquila.

Terpopuler

Comments

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Lnjuttt

2020-08-12

1

Azmi1410

Azmi1410

semangat

2020-08-05

1

@ShinShinta31 (IG)

@ShinShinta31 (IG)

Hallo author. Aku like sampai sini yak. Ditunggu feedback-nya di novel terbaru aku LIFE AFTER MARRIED. Sukses selalu ya thor

2020-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!