Knight Of Zombie Slayer
Bab 1
Pintu dibuka dengan kuat oleh seseorang sehingga rusak engselnya. Terlihat laki-laki setengah paruh baya yang menggunakan seragam laboratorium Geofisika berlari dengan cara yang aneh. Tubuhnya seakan tidak seimbang dan tidak bertulang. Wajahnya pucat dengan mata melotot, tetapi pupilnya tertarik ke atas. Mulut terbuka lebar dan mengeluarkan suara geraman. Laki-laki itu terus berlari menuju seseorang yang hendak masuk lift yang akan menuju lantai atas.
"Grrrrrr! Grrrrrr!"
Mendengar ada suara orang lari dan geraman yang mengerikan, pria muda yang hendak masuk ke dalam lift pun membalikkan badan. Betapa terkejutnya dia saat melihat ada manusia berwujud seperti zombie.
"Aaaaaaa!" teriak pria muda itu saat makhluk seperti zombie ini menerjang dirinya sampai jatuh ke lantai lift.
Zombie itu mengigit leher dan tangan si pria muda. Tidak lama kemudian tubuh dia pun bergetar hebat, pupil mata naik ke atas dan mulut terbuka lebar. Ya, si pria muda itu pun berubah seperti makhluk yang menggigitnya barusan.
Lift naik ke lantai atas atau lebih tepatnya lantai pertama karena tadi berada di ruang bawah tanah. Begitu pintu kotak besi itu terbuka kedua zombie itu berlari tidak tentu arah di sepanjang lantai satu.
"Hei, mereka berdua kenapa?" tanya salah seorang petugas keamanan laboratorium Geofisika kepada teman jaganya.
"Ada apa?" tanya temannya yang bertubuh gempal.
Kedua petugas itu terus memperhatikan layar monitor yang menangkap rekaman dua orang yang berubah tingkahnya di mata mereka. Mata kedua orang itu langsung terbelalak saat melihat keduanya tiba-tiba saja menyerang karyawan laboratorium Geofisika yang lainnya.
"Apa yang terjadi kepada mereka?" teriak petugas yang bertubuh sedang.
Tubuh kedua petugas itu langsung lemas dan menghilangkan setelah melihat kejadian yang menimpa pekerja laboratorium yang sedang lembur. Mereka yang diserang tiba-tiba berubah seperti kedua orang tadi.
"A–pa mereka berubah menjadi va–mpi?" tanya petugas bertubuh gempal terbata-bata.
Sekujur tubuhnya dibanjiri oleh keringat dingin saking ketakutannya dia. Kedua matanya tidak bisa lepas dari layar monitor yang menampilkan empat zombie yang berlarian ke sana kemari dengan mulut terbuka.
"Tidak. Aku rasa mereka berubah menjadi zom–zombie," jawab petugas bertubuh kurus tergagap.
"Zombie?" Laki-laki satunya lagi membeo dan mengalihkan pandangan ke rekan kerjanya, seakan dia takut kalau orang yang duduk disampingnya ini akan berubah secara tiba-tiba juga.
Tombol tanda keadaan darurat pun ditekan dan di detik berikutnya bunyi tanda bahaya berbunyi nyaring. Orang-orang yang sedang lembur di laboratorium Geofisika tentu saja menjadi panik karena tempat ini memang berbahaya. Di mana banyak ilmuwan yang sering melakukan eksperimen atau meneliti sesuatu.
***
"Honey, masak apa?" tanya seorang pria dewasa lalu mencium pipi sang istri.
Laki-laki yang masih mengenakan seragam laboratorium Geofisika dengan tag nama Aron tercetak jelas di sana.
"Sop iga kesukaan kamu, Darling," jawab Maria, istrinya.
"Wah, setelah lelah bekerja seharian akhirnya tubuh ini akan dimanjakan oleh masakan kamu yang enak ini," ujar Aron menggoda sang istri.
Maria tersenyum manis. Dia paling suka diperlukan seperti ini oleh suaminya. Wanita ini jarang mendapat hal seperti ini karena Aron lebih banyak menghabiskan waktu di laboratorium Geofisika tempatnya bekerja.
"Darling, tolong panggilkan Lewis! Ajak dia makan bersama," pinta Maria kepada Aron, karena dia ingin makan malam bersama keluarganya.
Lewis sedang asyik bermain game online. Bahkan saat pintu kamarnya terbuka dia tidak menoleh sama sekali untuk melihat siapa yang datang. Mata dia tidak boleh lepas dari layar televisi agar tidak kalah oleh musuh.
Aron hanya menghela napas kasar saat melihat putra semata wayangnya selalu menghabiskan waktu bermain game. Sangat berbeda dengan dirinya dulu saat masih muda. Dirinya paling suka menghabiskan waktu dengan belajar dan praktek ilmiah.
"Lewis, Mommy mengajak makan malam bersama. Ayo, cepat turun sebelum dia mengamuk!" ajak Aron sambil menyandarkan tubuhnya di pintu.
"Sebenar lagi, Dad. Ini sedang tanggung, nih!" sahut Lewis menolak ajakan ayahnya.
Aron pun berjalan lalu duduk di kursi meja belajar milik sang anak.
Terlihat banyak mendali yang berjajar rapi yang jumlahnya puluhan atau mungkin hampir ratusan. Di sampingnya ada lemari kaca yang memajang banyak piala.
Lewis memang anak cerdas hanya saja dia malas berolahraga. Apalagi kalau sampai berkelahi, pasti dia akan babak belur. Jika anak seusianya kebanyakan suka bermain basket atau softball, Aron lebih suka bermain game seperti saat ini.
Hal yang sering ditakutkan oleh Maria kepada putra mereka adalah Lewis yang akan mudah sakit karena tidak suka berolahraga. Namun, pada kenyataannya anak ini jarang sekali sakit.
Maria yang sedang memasukan cairan ke dalam masakannya, dibuat terkejut saat mendengar suara Aron dan Lewis mendekat. Botol berukuran kecil itu cepat-cepat dimasukkan ke dalam saku apron agar tidak dicurigai oleh mereka.
Keluarga Lewis pun menghabiskan makan malam mereka sampai tidak bersisa. Mereka sangat menyukai Sop iga atau iga bakar sebagai menu favorit keluarga. Kedua orang itu tidak ada yang merasa aneh dengan rasa masakan Maria yang selalu enak.
Terdengar suara dering telepon yang membuat ketiga orang itu terhenyak saking terkejutnya.
Maria mengangkat panggilan itu dan ternyata yang menghubungi itu berasal dari pusat laboratorium Geofisika. Mereka ingin berbicara kepada Aron yang menjabat sebagai ketua tim peneliti.
"Halo, ada apa?" tanya Leon.
"Gawat, Tuan Walker. Keadaan di gedung laboratorium Geofisika saat ini benar-benar kacau. Semua orang berubah menjadi zombie!" teriak orang di seberang sana.
Aron masih belum mengerti maksud dari ucapan orang yang sedang menghubungi dirinya. Dia berpikir kalau saat ini bukan waktunya pesta Halloween.
"Grrrrrr! Grrrrrr!
"Aaaaa," teriak orang yang sedang menghubungi Aron.
"Halo! Halo …!" teriak Aron balik dan terlihat panik.
Lewis dan Maria yang melihat hal itu jadi penasaran apa yang sedang terjadi di pusat laboratorium Geofisika. Suatu tempat yang selalu ketat penjagaannya.
"Ada apa, Darling?" tanya Maria.
"Katanya mereka berubah menjadi zombie," jawab Aron masih dengan ekspresi wajah yang bingung.
"Zombie?" ulang Lewis untuk memastikan pendengarannya.
"Ya, tadi dia bilang kalau orang-orang yang berada di laboratorium berubah menjadi zombie," ucap Aron lalu mengambil segelas air putih dan meminum sampai habis.
Maria dan Lewis saling beradu pandang. Mereka menduga kalau Aron dalam keadaan halusinasi, karena kelelahan akibat terus begadang dan kerja di laboratorium selama lima hari ini.
"Aku tidak bohong. Bahkan aku mendengar suara geraman lalu teriakan orang yang menghubungi aku tadi. Itu suara teriakan ketakutan yang bercampur kesakitan," lanjut Aron.
"Lalu, apa Daddy akan pergi ke sana sekarang?" tanya Lewis.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
~H∆LUsinN∆SI~
nama ayahnya lewis siapa sih?
leon atau aron?
2023-08-25
1
❤️ Nurul Qolbi ❤️
Aku tunggu kelanjutannya, Kak. 😍
2023-06-09
4
Muhamad Bardi
hadir kak thor aq baru baca sinopsis aja udah keren kak thor, pasti cerita kedepannya makin seru nih, semoga menjadi juara ya kak thor semangaaat💪💪terus untuk berkarya kak thor..😊😊❤
2023-06-09
7