Di luar rumah kakaknya, Garry pun menelepon Stella. Tak perlu menunggu lama untuk panggilan tersebut dijawab oleh Stella.
“Halo, Garry.”
“Halo, Stella. Kau ada di mana?” tanya Garry tanpa basa-basi. “Aku satu jam lalu datang ke kosmu tapi kau tidak membuka pintu. Kau tidak lupa, ‘kan, kalau sekarang hari ulang tahun Bella?”
“Mana mungkin aku lupa dengan ulang tahun keponakanku sendiri?” Stella terkekeh. “Aku sedang di salon. Sebentar lagi aku akan ke rumah Kak Ane,” ucapnya dengan santai.
“Di salon mana kau sekarang? Aku akan menjemputmu.”
“Tidak perlu. Apakah Feby sudah datang?” tanya Stella. Sebelum Garry sempat menjawab, ia kembali menyahut, “Feby pasti sudah datang karena dia datang bersamamu.”
Garry terdiam tegang. Entah kenapa dia merasa kalau Stella sedang menyindir dirinya dan Feby. Tapi, bukankah Stella tidak tahu mengenai hubungannya dengan Feby?
Tawa Stella mengejutkan Garry yang masih terdiam dengan wajah serius.
“Apartemenmu dan kos Feby, ‘kan, satu arah. Kalian pasti bisa saja berangkat bersama karena, bukan?” tanya Stella.
“Ah, ya, benar. Hahaha.”
Garry tertawa canggung sambil menggaruk-garuk tengkuknya.
“Katakan pada Kak Ane kalau aku sebentar lagi akan datang,” ucap Stella lalu mematikan sambungan telepon.
Begitu telepon dimatikan, Garry menarik napas dalam-dalam. Dia pikir, Stella mencurigainya. Ternyata, Stella hanya memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi saja. Pria itu kini dapat bernapas lega sebab dia pikir Stella masih belum tahu mengenai hubungannya dengan Feby. Ia lantas mengambil kado untuk Bella dari dalam mobil dan kembali masuk ke rumah kakaknya.
Di sisi lain ....
Stella baru saja selesai dirias dan berganti pakaian. Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin sambil tersenyum lebar. Apa yang ia lihat di cermin adalah dirinya yang sebenarnya, dirinya yang dulu tanpa harus mengikuti keinginan Garry.
Jauh sebelum berpacaran dengan Garry, Stella adalah gadis berpenampilan modis yang berhasil membuat banyak pria jatuh pada pesonanya, termasuk Garry. Akan tetapi, setelah berpacaran dengan Garry, Garry melarangnya untuk berdandan modis dan memintanya untuk berdandan alakadarnya saja.
Stella tersenyum kecut. “Bodoh sekali aku karena sudah terlalu bucin sampai-sampai melupakan bagaimana aku yang sebenarnya,” gumam Stella, merutuki kebodohannya sendiri sebab sudah terlalu patuh kepada Garry dan berakhir disakiti.
“Kau tampak cantik. Pria mana pun pasti akan terpesona dengan kecantikanmu,” ucap seorang pegawai salon yang tadi merias Stella. “Kau bahkan tidak perlu make up tebal untuk mempercantik penampilanmu karena kau memang cantik secara natural.”
Mendapat pujian tentang kecantikannya, Stella menoleh, lalu tersenyum. “Apakah kau pikir aku juga bisa membuat seorang pria kesal dengan penampilanku?” tanya gadis itu.
“Tentu saja. Terutama pria-pria yang menginginkanmu tapi tidak bisa memilikimu,” balas pegawai itu sambil terkekeh.
Stella tertawa renyah. Ia kembali memandang pantulan dirinya di cermin, lalu tersenyum miring. Kini, ia telah dibalut dengan dress selutut berwarna putih gading. Dress tersebut membalut tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan tiap lekuk tubuhnya yang menawan.
Ia yakin sekali kalau Garry akan kesal saat melihat penampilan barunya. Tapi, ia sama sekali tidak peduli dengan pendapat pria yang sudah mengkhianatinya itu. Kini, saatnya Stella membalaskan rasa sakit yang ditorehkan oleh Garry dan Feby.
‘Kau sudah mempermainkan ku, Garry. Kini, saatnya kita melihat siapa yang lebih pandai bermain sandiwara,’ gumam Stella dalam hati sambil tersenyum penuh percaya diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Andi Syafaat
lanjuuuuut👍
2023-07-15
0
Riska Fatihica
bagus Stella tunjukkan siapa kamu yang sebenarnya jangan mau kalah sama kedua penghianat itu....
2023-07-07
0