Seorang pria berdiri di depan kamar kos Stella sambil tersenyum dan menggenggam satu tangkai mawar merah. Pria itu mengetuk pintu kamar Stella berulang kali, namun tetap saja tidak ada jawaban. Mungkin saat ini Stella masih tidur, pikirnya. Meski sebetulnya dia pun heran karena tidak biasanya Stella bangun kesiangan.
“Stella, apakah kau masih tidur?” tanyanya seraya mengetuk pintu.
Bukan Stella yang membuka pintu, tapi tetangga kos Stella lah yang membuka pintu samping kamar Stella. Seorang gadis menghampiri Garry dengan wajah cemberut.
“Jangan berisik. Suaramu benar-benar mengganggu tidurku,” tegurnya sambil melotot tajam.
Garry menggaruk tengkuknya. “Maaf, aku tidak bermaksud. Apakah kau tahu Stella sudah bangun atau belum?” Garry balas bertanya.
Gadis tadi memutar bola matanya. “Mana aku tahu!” serunya kemudian kembali ke kamar kosnya sambil membanting pintu hingga menimbulkan suara benturan yang cukup keras.
Garry mengelus dadanya, berusaha untuk tetap sabar. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Stella, ia pun akhirnya memilih untuk pulang. Ia juga lupa membawa ponsel sehingga dia tidak bisa menelepon Stella saat ini. Daripada terus di sana dan kembali dimarahi oleh tetangga kos Stella, lebih baik dia pulang dan menelepon Stella nanti.
Sesampainya di apartemen, Garry mengerutkan dahi ketika dia melihat Feby tengah duduk di ruang tamu sambil mengecat kukunya dengan kutek.
“Feby, kau belum pulang?” tanya Garry.
Feby menggeleng. “Aku masih mengantuk. Kau dari mana saja? Aku tadi mencoba untuk meneleponmu tapi ternyata ponselmu ada di rumah,” balas Feby.
Garry mendaratkan pantatnya di kursi sofa, lalu menghembuskan napas. “Aku tadi dari kos Stella. Tapi, Stella tidak membuka pintu. Sepertinya dia masih tidur,” jawab Garry.
Mendengar nama Stella, Feby jadi kesal. Tapi, karena dia tahu apa posisinya saat ini, dia mencoba untuk tetap bersikap tenang. Feby pun buru-buru menyelesaikan cat kukunya. Setelah selesai, dia langsung pergi ke kamar untuk mengambil tas selempangnya.
“Kau mau ke mana?” tanya Garry.
“Aku mau pulang.”
“Apakah kau marah?”
“Marah kenapa? Aku hanya ingin ganti baju karena aku akan pergi ke ulang tahun Bella.”
Garry tersenyum. “Ayo, aku antar,” ucap Garry.
Senyum Feby mengembang. Gadis itu bahkan langsung mengangguk antusias dan melupakan fakta bahwa pagi-pagi sekali Garry meninggalkannya karena dia ingin menemui Stella setelah malam panas yang mereka lalui bersama.
Usai mengantar Feby pulang ke kos dan melihat Feby masuk ke dalam kamar kosnya, Garry tak langsung kembali ke apartemen karena dia harus menunggu Feby bersiap-siap dulu dan mereka akan pergi bersama ke rumah kakak Garry, Damar.
Hari ini adalah ulang tahun Bella. Bella adalah anak sepupu Stella sekaligus keponakan Garry sebab sepupu Stella yang bernama Ane menikah dengan kakak kandung Garry. Rencananya, Garry ingin mengajak Stella pergi ke sana bersama. Tapi, sepertinya dia akan ke sana dulu untuk memastikan apakah Stella benar-benar masih tidur di kos atau justru sudah terlebih dahulu sampai di rumah kakaknya.
“Om Garry!”
Seruan Bella terdengar dari ruang tamu. Garry tersenyum lebar lalu berlari kecil menghampiri keponakannya tersebut dan memeluknya.
“Selamat ulang tahun, Cantik,” ucap Garry lalu mencium pipi Bella.
“Terima kasih, Om. Di mana kadoku?” tanya Bella sambil melepaskan pelukan mereka.
Garry menepuk dahinya. “Ah, Om lupa membawanya. Kadonya ada di mobil. Nanti akan Om ambilkan untukmu.”
Bella mengangguk kemudian kembali bergabung pada teman-temannya yang juga diundang di acara ulang tahun tersebut.
Garry menyisir ke sekelilingnya, mencari keberadaan Stella. Acara ulang tahun Bella diadakan secara meriah. Tak hanya teman-teman sekolahnya yang diundang. Tapi, rekan kerja Damar dan juga teman sosialita Ane pun turut hadir. Namun, dari banyaknya orang yang hadir, Garry tak bisa menemukan keberadaan Stella.
“Garry, di mana Stella?” tanya Ane yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Garry. “Kau datang hanya bersama Feby?”
Garry menoleh. “Aku pikir Stella sudah sampai karena tadi saat aku pergi ke kosnya tidak ada jawaban,” balas Garry.
“Stella belum datang. Dari tadi kami menunggu kalian berdua. Tidak mungkin juga Stella masih tidur. Meskipun ini hari Minggu, Stella tidak pernah tidur sampai jam sepuluh seperti ini.”
Garry tersenyum sopan pada kakak iparnya. “Aku keluar dulu, Kak. Aku akan mengambil kado untuk Bella dan mencoba menelepon Stella,” ucapnya yang dihadiahi anggukan kepala Ane. Ia pun langsung keluar dari rumah tersebut, meninggalkan Feby dan Ane.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Andi Syafaat
lanjut👍
2023-07-15
0
Riska Fatihica
Stella sudah mulai beraksi.....
2023-07-07
0