Badai berlari masuk ke dalam rumahnya, dan mendapati istrinya terduduk lemas di sofa ruang tamu.
Pria berjas hitam yang baru pulang dari kantor itu segera meneriakkan perintahnya pada sang pelayan yang agaknya tengah berkutat dengan pekerjaan dapurnya.
Badai berusaha menyembuhkan sesak yang tiba-tiba mendesak dada Cheryl dengan memberikan segelas air putih yang baru saja disodorkan pelayan.
"Kalian bertengkar, hmm?"
Wanita itu memang tak menjawab, tapi dari raut sendunya, Badai mampu menelaah emosi yang tersirat.
Di depan pintu pagar, ia sempat berpapasan dengan mobil putra arogannya, jeles Ezra yang baru saja membuat istrinya sesak.
"Jangan terus dipikirkan, Mami bisa sakit."
Cheryl menghela sedikit lebih dalam, ia tenang setelah cukup mendapatkan elusan lembut di lengan, kepala juga pipinya.
Kemarin, Elea mengirimkan rekaman suara melalui telegram. Menceritakan semua yang dialami Elea juga janin Elea.
Elea juga meminta maaf karena tidak memberitahu lebih awal soal kehamilannya. Bukan apa-apa, Elea hanya tidak ingin bayi itu dijadikan senjata agar Ezra tetap bisa memenjarakannya.
Saat ini Elea berada di suatu tempat yang bisa merawat dirinya sekaligus kehamilan yang lemah dan sempat akan mengalami keguguran karena harus lompat saat turun dari balkon kamar Ezra.
Syukurlah, meski melewati banyaknya tekanan, Elea dan janinnya masih dapat bertahan sampai sekarang.
Miris sekali hidup Elea, diusianya yang masih sangat muda, ia harus mengalami hal yang sebegitu memilukan. Hamil dan berpisah di waktu yang bersamaan.
......,.'--'.,,.'--'.,,.'--'.,.......
Kelab malam tempat Ezra duduk merentang kedua tangan di atas sofa VVIP-nya. Satu wanita paruh baya bernama Niken duduk di sisinya.
Perempuan berdandan menor itu memandu gadis berpenutup mata untuk duduk di atas pangkuan Ezra yang menilainya.
Namanya Gendis, masih perawan, baru berusia 19 tahun. Gadis itu cukup cantik, berambut lurus, berbibir tipis, bertubuh sintal, dan yang pasti berpakaian minim bahan.
Ezra mengernyit tipis keningnya, mata yang sedikit memicing, terus menyisir seluruh liukan tubuh gadis itu sedetil yang ia mampu.
Belahan dan tonjolan ia amati dari depan hingga belakang, warna kulitnya, bahkan sampai ke pori-porinya ia telisik matang matang.
Desah Gendis mencelos saat Ezra sengaja meremas sebelah dadanya sembari menghirup aroma lehernya.
Namun, sesaat kemudian senyum menggoda Gendis menghilang diredupkan kata ejekan pria itu.
"Suruh dia turun dariku!"
Tak butuh waktu lama, Gendis merosot arogan dari pangkuan Ezra, lalu keluar dari ruangan VVIP tersebut dengan kemasaman wajahnya.
"Sudah ku bilang, aku mau yang melebihi, Elea!" Ezra melirik Niken yang menghela napas sabarnya. Sudah berapa gadis yang Ezra tolak malam ini.
Dari yang lokal, blasteran sampai yang gadis desa sudah Niken keluarkan. Bahkan Gendis yang paling cantik dan seksi pun disuruh turun dari pangkuan Ezra.
"Yang tadi itu, gadis yang paling cantik, bahkan menurut Tante, kecantikan Gendis sudah melebihi Elea."
Ezra tertawa sumbang, mencemooh selera Tantenya Elea. "Aku yang lebih tahu detil Elea, jelas gadis yang tadi tidak sebanding dengan Elea!"
"Baiklah, satu gadis lagi." Sekali lagi Niken bertepuk tangan, lantas bodyguard kembali membawa satu gadis berpenutup mata masuk ke dalam ruangan Ezra.
Sontak, Ezra beralih pada gadis berseragam SMA yang baru saja memasuki ruangannya. Dan dia tergelak menertawakan Niken lagi.
"Apa lagi yang ini, aku tidak berselera!" Tak perlu dijajal, Ezra bahkan tak mau menatap gadis itu lebih lama dari gadis sebelumnya.
"Yang ini masih SMA Boy..."
Niken berhenti promosi setelah melihat manik Ezra mengerling tajam padanya. Mau SMA kek, TK kek, jika Ezra tidak tertarik, apa mau dibuat?
"Kalau penilaian mu dengan hati, akan sulit memandang kelebihan gadis-gadis cantik Tante yang lain, Zra!" kata Niken. "Coba saja dulu, ambil salah satu mereka, mungkin setelah satu malam kalian akan cocok."
Bukan jawaban, melainkan dengusan kesal dan kekecewaan yang Ezra perlihatkan. Pria itu bangkit lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Ezra..."
Ken segera menghalau Niken, saat wanita paruh baya itu mengejar tuannya. "Kami akan bayar sesuai prosedur, tapi biarkan Bos kami pergi."
Niken terdiam kesal menatap Ken. Tak lama, ia mendengus pelan. "Bilang Bos mu, besok atau lusa, Tante kabari lagi kalau ada barang baru yang lebih dari Elea."
"Hmm." Ken bergumam, lalu beringsut menjauhi wanita itu. Di depan sana, Dipa sudah mengamankan tuannya, sedang dirinya melakukan transaksi sesuai prosedur kelab.
...,.'--'.,,.'--'.,,.'--'.,....
Dering ponsel mengiringi langkah kaki Ezra, pria tampan berhoodie itu masuk ke dalam mobilnya lantas lekas mengeluarkan gawai hitam dari saku celana.
Dipa mengamati sekitar sebelum menutup pintu SUV mereka. Dipastikan mereka aman dari mata-mata media massa, segera mobil itu berlalu dari parkiran basement.
"Hmm, Rigie..."
Ken menilik spionnya, di belakang Ezra tengah serius berbicara dengan ponselnya.
"Kamu di mana Za?"
Suara wanita yang di loadspeacker itu terdengar kesal, jelas Rigie murka setelah satu Minggu diacuhkan begitu saja.
Apa lagi, jika sampai Rigie tahu, kalau malam ini, kekasihnya datang ke kelab malam demi bisa melupakan Elea.
Menemui gadis-gadis yang bahkan tak bisa di sejajarkan dengan Elea. Jelas Elea di mata Ezra tak ada celahnya, semua yang ada pada Elea tampak sempurna bagi Ezra.
📞 "Aku tanya Zra!"
Ezra tampak membuang penat dan bosannya dengan mendengus. "Aku..., di tempat syuting Rigie," kilahnya.
Rigie terdengar tergelak. "Aku ditahan karena ulah mantan istri mu, dan kau tenang-tenang begitu, Za?"
"Maaf, tapi aku sibuk."
Ezra terkekeh pelan, hebat sekali dia ini, berbohong dan terus berbohong hanya karena memiliki dua wanita yang sama-sama bermukim di hatinya.
--aku pecundang yang menyedihkan...
"Pokoknya Rigie nggak mau tahu, Za. Kamu datang sekarang juga! Bawa kabar gembira padaku!"
"Kabar apa yang kamu mau hmm? Kepergian Elea kan? Itu sudah terjadi, Sayang." Sekilas Ezra memejamkan matanya, entah kenapa dia merasa lelah dengan semuanya.
Satu sisi ia masih belum bisa melupakan kenangan bersama Elea, sisi lainnya ia tak mungkin mengecewakan Rigie yang sudah mengorbankan pernikahan hanya untuk bersamanya.
"Kalo begitu, datang ke sini besok, Za. Papa mau nanyain keseriusan kamu. Urus juga surat cerai kalian, terus kita rencanakan pernikahan kita. Kamu sabar kan nunggu kasusku selesai?"
"Hmm."
"Aku menyayangimu, Za." Ezra mendengus setelah Rigie memutuskan sambungan teleponnya.
Menikahi Rigie sudah menjadi khayalannya, tapi entah kenapa semakin bertambah hari, hasrat itu seolah mengikis.
Bukan bahagia karena sudah akan menikahi wanita yang selama ini dicintainya. Dirinya justru dilema karena keberadaan Elea belum juga bisa ditemukan.
Ezra jadi berpikir logic. Mungkin dilemanya terjadi karena dia dan Rigie belum pernah menghabiskan malam bersama. Yah, mungkin setelah menikah, dia bisa secepatnya melupakan Elea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Abie Mas
ga peduli dia istrinya hamil iya coba aja sm rigie dl kawin mana tau beda rasanya
2024-08-25
1
Delisa_Muneey🎉
kok c eza g bhs elea hamil ya...jls' td mama nya bilang elea hamil...
2024-06-24
1
Ita rahmawati
gaje bgt si ezra, ya gk bakal nisa di bandingin dong si rigie smelea,,apalg setelah kmu merasai rigie pasti tau bgt klo jauuuuuuuuuhhhhhh befanya aneh 😏😏
2024-06-20
0