Rasanya seperti ilusi, waktu seolah berhenti, tubuh yang beku tak selaras dengan jantung yang berpacu menggebu.
Entahlah, sulit dipahami, seketika otak Elea mengosong, napas seakan terjeda untuk beberapa saat, Elea bergeming dan hanya bisa merasai hangatnya sentuhan yang melekat di bibirnya.
Pandangan yang semula gelap, kini kembali benderang dan langsung menyorot wajah tampan Ezra yang perlahan menjauh dari wajahnya.
Pemuda itu tersenyum, mata yang kemarin menyala-nyala menyebalkan, kini teduh, seakan menawarkan perlindungan.
Sekali lagi Ezra mengecup bibir Elea yang masih asyik terpaku. Tak seperti ciuman kemarin yang mudah ia tepis, kali ini Elea diam tak bisa menolaknya.
"Masuk dan tidurlah."
Ezra mengacak kecil pucuk kepala gadis itu, sebelum ia berjalan mundur dan menjauh hingga menghilang dari pandangan Elea.
Elea menyentuh dadanya, ada degup yang berbeda di sana. Untuk sesaat ia menjadi berpikir. Apakah ini pertanda bahwa ia mulai meletakkan harapannya?
Lembut, Elea menyentuh bibirnya, bibir yang belum lama ini di jejaki bibir Ezra Laksamana.
Kembali, Elea mengingat kata-kata amarah Ezra sebelum terjadi perpisahan yang diawali perpagutan mesra barusan.
"Kau tahu Elea, sejak malam itu, aku terus memikirkan mu, menginginkan mu, aku mau kau hanya milikku!" Bisa Elea lihat ketulusan seorang Ezra saat menggelegar-kan kalimat dominasi itu.
Sepulangnya dari lokasi syuting, di dalam mobil sempat terjadi perdebatan sengit diantara mereka. Ezra mewanti-wanti Elea untuk tidak mendekati lelaki manapun selain dirinya, garis keras Mario.
Kalau alasan Elea soal uang, Ezra takkan membatasi pengeluarannya, sebab mulai saat ini, Elea milik Ezra, yah... Elea sudah diklaim sebagai kekasih Ezra Laksamana.
Kartu hitam yang Elea genggam, tanda bahwa Elea menyetujuinya. Setuju, dengan hubungan yang baru dimulai beberapa waktu lalu, dan distempel dengan menyatunya bibir mereka.
Hari sudah semakin dingin, Elea masuk ke dalam rumahnya setelah beberapa kali mengedik bahu yang menggigil.
"Ezra sudah pulang, El?"
Di dalam Rangga kembali menyambutnya dengan pertanyaan. Beberapa waktu lalu, Ezra masuk dan berkenalan dengan Rangga.
Ezra juga mengatakan bahwa uang satu milyar yang Elea pakai untuk operasi, uang yang tidak lain dan tidak bukan adalah darinya.
Elea mengangguk, menghiraukan pertanyaan kakak laki-lakinya. "Sudah, Bang." Gadis itu mendekat, duduk dan membetulkan selimut Rangga.
Hanya ada satu kamar kecil di rumah ini, maka selama ini Rangga yang harus mengalah tidur di ruang tamu sekaligus ruang serbaguna karena saking tak ada lagi ruangan lainnya.
Tidur beralaskan dipan kecil yang diberi kasur busa tipis. Semua ini mereka jalani setelah kecelakaan maut yang merenggut nyawa ayah, ibu dan adiknya.
"Kenapa tidak bilang sebelumnya, kalau kamu sudah punya pacar?" tanya Rangga, dengan sekerat rasa bersalah yang menggelepar di dadanya, tentu saja.
Setelah kemarin dibuat berpikir macam- macam tentang dari mana datangnya si uang satu milyar, Rangga kini sudah bisa tenang.
Syukurlah, ternyata bukan dari hasil mencuri atau pun menjual diri, melainkan dari Ezra artis ternama yang saat ini menjadi kekasih Elea.
"Elea cuma nggak mau buat Abang cemas, itu saja. Lagi pula, Elea nggak mungkin membocorkan rahasia artis seperti Ezra bukan? Hubungan kami awalnya tidak dipublikasi."
Jelas Elea berkilah, karena nyatanya dia sudah menjual dirinya. Dan mirisnya, Ezra di mata Rangga bak malaikat yang sempurna.
Rangga tersenyum sambil mengusap-usap surai lurus adiknya. "Maaf, kemarin Abang sempat mencurigai mu, itu karena Abang terlalu khawatir padamu."
"Elea tahu, Bang." Elea membalas dengan senyum tipis. Ia lantas bangkit dari duduknya, bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Elea duduk di sisi ranjang, membuka pesan teks yang Ezra kirimkan. Ini ponsel baru yang Ezra berikan khusus untuknya.
Ezra bilang, Elea tidak akan bisa macam-macam, karena ponsel tersebut sudah disadap. Di manapun Elea berada, Ezra akan dengan mudah melacaknya.
"Ini akan mengamankan mu dari laki-laki bejat seperti Mario, paham?"
Meski kata-kata itu terdengar jutek, tapi Elea sempat melihat kekhawatiran yang tersirat dari manik birunya. Yah... Elea merasa Ezra benar-benar peduli padanya.
...,.'--'.,,.'--'.,,.'--'.,....
"Elea!"
Arif berlari menjumpai sahabatnya, di koridor sana Elea yang cantik dengan seragam putih abu-abunya tersenyum memapas jalannya.
Elea sudah kembali masuk sekolah, sudah menyelesaikan ujiannya juga, dan tinggal menikmati hari-hari bebasnya. Tak lama lagi dia lulus, dan mungkin akan melanjutkan kuliah di kampus lokal.
"Lu kenapa sih?"
Pemuda gemulai itu selalu menunjukkan gesture tak biasa saat merasakan bahagia, tak heran jika Elea segera mengincarnya dengan pertanyaan.
"Di luar ada Ezra, dia mau jemput Lu lagi! Gue sekalian nebeng yah." Elea terkekeh, lalu berjalan bergandengan tangan dengan Arif sampai keluar bangunan.
Di depan sana, Ezra tengah dikerubungi siswa siswi yang berteriak, bersorak, berebut meminta foto dan tanda tangan.
Elea melihat lirikan Ezra sampai kepadanya, lantas tak lama dari itu, Ken bersama Dipa segera mengondisikan agar Elea dan Ezra segera masuk ke dalam mobil, tak terkecuali Arif yang selalu numpang dalam kondisi apa pun.
Antusiasme para fans masih semarak, tapi Ezra dan mobilnya berlalu pergi dari sekolah Elea. Di sisi Ezra, Elea tersenyum saat tangan kekasihnya menggenggam tangan mulusnya.
Sudah hampir tiga bulan Elea menjadi kekasih aktor tampan itu, jika ada waktu luang Ezra selalu menyempatkan waktu untuk menjemput dan mengantar Elea ke sekolah.
Selama tiga bulan ini, Elea melihat sisi lain Ezra yang tak ia kenali sebelumnya, ada Ezra yang lembut di balik arogannya, ada Ezra yang pencemburu di balik kesibukannya.
Yang jelas, Elea tak perlu bersusah-susah bekerja paruh waktu selama berhubungan dengan Ezra. Untuk uang jajan dan pengobatan lanjutan Rangga, Ezra yang memenuhinya.
Perjalanan berjalan mulus tanpa tersendat kemacetan, dan sampai di pertengahan, Elea baru sadar bahwa jalan yang Dipa tempuh bukanlah jalan yang menuju rumahnya.
Memasang raut bingung Elea beralih menatap Ezra yang asyik terpaku dengan ponselnya. "Kita mau ke mana, Bee?"
Begitulah Ezra meminta Elea memanggilnya. Dan sebaliknya Ezra pun sama menyapanya dengan sebutan Bee, Honey, Sayang, bahkan tak jarang Baby.
"Bukannya kemarin kita udah pergi jalan-jalan?" Mendengar itu, Ezra mengalihkan pandangan dari ponsel ke wajah cantik kekasihnya. "Ke rumah Mami Papi."
"Hah?"
Seketika Elea meneguk ludahnya, memang benar dia sudah nyaman bersama Ezra, meski dulu sempat meng-cap Ezra sebagai lelaki hidung belang, lambat laun Elea melihat watak manis dan setianya Ezra.
Akan tetapi, bukan berarti dirinya siap di pertemukan dengan orang tua kekasihnya tersebut. Jujur, Elea masih minder, terlebih status sosialnya yang jauh dari kata sejajar dengan kelas Ezra.
"Mami mau ketemu kamu, Bee. So, jangan menolak, dia akan kecewa nanti."
Elea bisa apa selain menurut? Terlebih, kata-kata dan perilaku Ezra akhir-akhir ini menjadi semakin manis.
📌Insya Allah segera crazy up... Yok utarakan keluhan kalian di bawa sini... hihi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Erna Wati
terus gimana reaksi kekasih nya Rigie
2024-09-27
0
Abie Mas
semoga jodoh kawal sampai halal
2024-08-25
1
erinatan
trs gimana reaksi kekasih gelapnya Ezra thor
2024-07-27
0