Bab 18 [Malam terakhir]

Meja meeting room yang disediakan khusus oleh hotel Lexias, tempat di mana Elea duduk dengan seorang pria matang berusia 37 tahun.

Semalaman Elea memutar otak, memecahkan nama di balik inisial DW, hingga pusing, kunang-kunang kini bersarang di kepalanya.

Pagi pukul 08, Elea baru mengetahui secara terperinci, siapa itu Danu Wicaksana yang saat ini duduk bersemuka dengan dirinya.

Perempuan yang sedang patah hati tak ubahnya seperti seekor harimau terluka. Elea betul-betul tak berpikir apa pun selain mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan seseorang yang semalam masih berlebel anonim.

Lelaki itu terkekeh, penawaran yang ia berikan pada Elea tak disambut apik oleh perempuan mungil tersebut. "Kita sama-sama korban, Elea. Dan kita bisa berikan sedikit pelajaran untuk mereka musuh kita."

"Aku tidak punya musuh." Elea menangkis ucapan pria yang saat ini menjadi pejabat negara.

Memang benar Ezra menipunya, tapi hati kecil Elea menolak memasukkan nama suaminya ke dalam daftar musuh. "Dia masih suami ku."

"Elea, buka mata mu!" Danu mencondongkan tubuh demi mendekati wajah Elea. "Rigie sudah menewaskan seluruh keluarga mu, dan Eza juga terlibat, dia ikut melindungi pelaku tabrak lari ayah ibumu."

Lelaki itu menyodorkan bukti-bukti yang bisa menjerat mantan istrinya. Bukti berupa video cctv dari dasbor mobil Rigie, tepat di hadapan tubuh Elea.

"Ini bisa menghancurkan mereka, ambillah, dan katakan, file itu kau ambil dari suami pengkhianat mu! Maka dalam sekejap, mereka akan hancur."

Elea menyela sambil menahan tawa sumbangnya. "Kenapa tidak Tuan lakukan sendiri saja? Aku bukan pion mu, Tuan."

Danu meneguk saliva, untuk ukuran perempuan yang masih sangat muda, Elea cukup berani berkata demikian di hadapannya.

Tentu ada alasan mengapa Danu menjadikan Elea pion, karena jika dia sendiri yang maju mengungkap fakta di hadapan polisi, dia juga akan dijerat ikut melindungi tersangka saat Rigie masih menjadi istrinya.

Lain halnya, jika Elea yang mengemukakan bukti cctv itu. Dengan alibi ditemukannya bukti tersebut dari laptop Ezra Laksamana, maka Danu akan bisa lepas dari hukum, lalu dendamnya pada Ezra dan Rigie terbalaskan.

Sayangnya, Elea bukan perempuan yang tidak tahu hukum sama sekali. Elea paham sekarang, Danu akan memanfaatkan dirinya demi kepentingan pribadi.

"Tapi terima kasih usaha Anda Tuan, siang ini juga, akan Elea berikan bukti-bukti ini ke pengacara Elea." Segera Elea bangkit dari duduknya, dan berlalu begitu saja dari hadapan Danu Wicaksana.

Danu tercenung menatap punggung Elea penuh pertimbangan; benarkah yang dia lakukan saat ini? Bagaimana jika Elea berkata jujur, tentang dari mana Elea mendapat bukti itu?

"Kawal kasus yang akan Elea angkat, jangan sampai gadis cantik itu menyebut nama ku!" Danu bersuara dengan menekan earphone di telinganya.

...,.'--'.,,.'--'.,,.'--'.,....

"Kenapa menatap ku seperti itu?" Elea mengerut tipis keningnya. Di hadapannya, tepatnya di sisi ranjang panas mereka, Ezra tergugu kelu.

Baru saja lelaki itu mendapat informasi mencengangkan dari Ken dan Dipa. Perihal polisi yang tiba-tiba meringkus kekasihnya, dan Elea beserta Rangga lah orang yang berstatus sebagai pelapornya.

Ezra baru mengetahuinya, bahwa mobil yang Rigie tabrak lima tahun lalu, tidak lain dan tidak bukan, keluarga istrinya, yang itu berarti mertua dan adik iparnya.

"Rigie ditangkap polisi. Bee tahu?"

Elea mengangguk. "Tentu saja, Elea sendiri yang melaporkannya, dengan sejumlah bukti yang ada." Datar nada dan rautnya.

Masih bergeming, segala macam pertanyaan memenuhi otak Ezra. "Dari mana Bee dapatkan itu sem..."

"Tuan Danu, mantan suami dari kekasih suamiku yang memberikan bukti cctv dari dasbor mobil mereka."

Ezra mendelik, ini di luar ekspektasinya, bagaimana bisa Elea mengenal pria Casanova seperti mantan suami Rigie.

"Dia tua bangka yang licik, dan kau bertemu dengannya tanpa memberitahu ku, Elea?" Ezra membentak.

"Apa peduli mu?" Elea berujar santai. Dia melurut tatapan datarnya. "Harusnya Elea juga memenjarakan mu bukan?"

Ezra menelan sulit ludahnya.

"Kalian benar-benar tega! Karena ulah kalian, Elea dan Bang Rangga harus tinggal di gank sempit! Kami berjuang sendiri untuk bisa hidup layak, sementara kalian bisa tidur nyenyak." Elea berkaca-kaca.

Ezra menundukkan wajahnya. Mendadak, ia menjadi tidak enak.

"Harusnya Elea nggak perlu kasihan sama orang yang ikut menyabotase tabrak lari menjadi kecelakaan murni!"

Lagi, Ezra tercekik. Benar, dia yang membayar oknum untuk menutupi kasus tersebut. Yah, secinta itu dirinya pada Rigie.

Sudah sebesar ini perbuatannya, dan Elea masih tak mau menuntut dirinya. "Apa ini berarti, kamu masih sangat mencintai ku, Bee?"

Elea menggeleng pelan. Dia sempat menertawai pria itu. "Elea lakukan ini, karena Mami, Papi dan Keysha. Mereka pasti akan sedih, kalau sampai Elea yang mereka sayangi melaporkan Ezra mereka ke polisi. Jadi bersyukurlah, karena mereka, Elea berbaik hati padamu, Bee."

Ezra bergeming dengan tatapan yang tak pernah luput dari pergerakan istrinya. Sedang Elea mengambil posisi ternyaman di dalam selimut tebalnya.

"Boleh aku tidak tahu diri sekali lagi saja, Elea?" tanya Ezra. Wanita itu meliriknya, dan terdiam untuk menatapnya. "Apa lagi? Apa kau mau Elea mencabut tuntutan Elea?"

"Tidak," geleng Ezra. Menyoal tentang Rigie, Ezra yakin ayah Rigie mampu membayar pengacara terhebat untuk mengeluarkan kekasihnya dari jerat hukum.

Bukan itu yang ingin Ezra minta dari istri mungilnya. Tapi yang lain...

"Lalu?"

"Jangan pergi dariku." Ezra menghiba lirih.

Mungkin benar jika dunia mengklaim dirinya sebagai aktor yang totalitas, ia bahkan pandai menutupi kegelisahan yang melanda selama beberapa hari terakhir, termasuk bersembunyi dari keluarganya. Fakta, akan dirinya yang takut ditinggalkan Elea.

"Tapi kita sudah berakhir, Bee. Seperti kesepakatan awal, aku akan pergi dari hidupmu, dan kau akan menikahi wanita kesayangan mu. Selamat menempuh hidup baru, semoga hukuman wanita mu bisa diperingan dan kalian segera bersatu tanpa harus dituntut oleh ku. Media tidak akan mengetahuinya, karena aku tidak akan bicara apa pun pada mereka."

Elea lantas membelakangi Ezra, gegas ia memejamkan mata berharap sang fajar segera tiba. Ini akan menjadi malam terakhir Elea tidur di kamar Ezra Laksamana yang sangat mencintai wanita penyebab kematian keluarganya.

Ezra terenyuh, tidak ada yang lebih menyiksa dari pada kata kata pelan dan tenang seorang Elea. Jika di nilai dari intonasi suaranya, masih tersimpan secercah cinta yang meliputi palung hati istrinya.

Kendati sedemikian kentara ketulusan Elea, wanita itu tetap kekeuh untuk tetap pergi dari kehidupannya sesuai dengan perjanjian yang tertera dalam kontrak yang tiga bulan lalu dia cetak.

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

dih plin plan kamu Ezra.. syukurin kamu jdnya sendirian..

2023-10-05

5

anisa f

anisa f

km jg bsa melakukan hal yg sama
pura2 aja baru tau
gt aja kok susah

2023-08-05

2

anisa f

anisa f

kyknya rangga selalu g ada ya
harusnya mereka akrab kan

2023-08-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!