Ezra baru menuruni anak tangga, dia telah tampan dengan kaos putih tak berlengan, juga celana hitam selutut, dilengkapi sepatu sneaker putih berkelir hitam gold yang sedikit mencolok.
Siang ini, dia masih ada acara talk show di beberapa stasiun televisi. Bahkan sampai detik ini, masih Elea yang menyiapkan makan siang dan pakaian syutingnya.
Kebiasaannya masih sama, selalu mencium pucuk kepala Elea sebelum duduk di kursi meja makannya. "Thanks, Sayang."
Elea tersenyum, senyum manis yang sengaja ia kembangkan demi menyenangkan sang mertua dan adik ipar kesayangannya.
Hari ini Elea masak banyak, bukan untuk mengabdikan diri pada suaminya, melainkan untuk menyambut kedatangan Cheryl, Badai dan juga Keysha.
Mengingat kesibukan Ezra. Cheryl, Keysha dan Badai sengaja bersempat diri untuk melakukan makan siang bersama di rumah aktor tampan itu.
Benar jika Ezra memang suami yang buruk, pengkhianat, penipu, tapi tidak dengan keluarga mertuanya yang sangat teramat baik pada Elea.
Tak dipungkiri, selama menjadi istri Ezra, mertua perempuannya begitu menyayangi Elea, tak jarang Cheryl juga mengirim gaun hasil rancangan sendiri. Bahkan, saat Ezra syuting ke luar kota, Cheryl dan Keysha lah yang menemani Elea.
Tak ayal, Ezra memang tidak terlalu menyukai keramaian seperti di rumah kakeknya yang penuh dengan pelayan dan pengawal, maka setiap kali Ezra tak ada di rumah, Cheryl dan Keysha datang menginap.
"Eza bilang kamu sakit, ngapain masak sebanyak ini, Elea? Mami tadinya mau pesan saja loh." Cheryl menegur menantu kesayangannya.
Masakan Elea memang tak pernah gagal, selalu enak dan memuaskan perutnya, tapi menilik wajah pucat Elea tanda bahwa Elea perlu istirahat.
"Elea udah enakan kok, Mam." Elea tersenyum, berusaha menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Badai duduk di sisi Keysha yang sudah lebih dulu duduk di kursi tengah, lantas secara bergantian Cheryl mengambilkan makanan untuk suami dan anak bungsunya. Sedang Elea hanya melayani piring Ezra saja.
Di tengah riuhnya keluarga, Ezra justru hening menatap pergerakan Elea, pikirnya mulai berkelana, andai saja Elea mau menerima tawarannya; tetap bertahan menjadi istrinya, dia akan memberikan pengacara terbaik untuk mendampinginya di pengadilan sampai tuntutan yang tertulis di dalam kontrak bisa dielakkan. Namun sayangnya, semalaman tadi Elea tak sedikitpun memberikan suara.
"Oya Elea." Cheryl membuka obrolan sebelum dimulainya makan siang mereka. Lalu, Elea duduk di sisi Ezra sambil tersenyum pada sang mertua.
"Kamu tahu. Dari Minggu lalu, Mami terus terusan dimimpiin baby lucu, Mami jadi baper sendiri. Mungkin nggak sih kalo kamu lagi hamil El?" Cheryl berapi-api, nadanya kaya akan intonasi.
Tak seperti Elea yang gugup menenggak salivanya, Ezra justru menggeleng ringan kepalanya. "Nggak Mam, tadi pagi ajah Eza masih ngambilin pembalut, Elea," katanya.
Manik Elea mengerling pada suaminya, dia ingat, pagi tadi Ezra sempat memergokinya bebersih di kamar mandi. Elea juga sempat meminta Ezra mengambilkan pembalut di dalam tasnya.
Dua hari ini Elea konsultasi chat, juga mendatangi klinik Dokter Gina secara diam-diam. Gina bilang janinnya masih baik, hanya saja perlu kehati-hatian, terutama untuk tidak dulu berhubungan dengan suaminya.
"Kamu rutin datang bulan, Elea?" cecar Cheryl memastikannya.
"I-iya Mam."
Cheryl cemberut sedang Badai terkikik kecil seakan mengolok istrinya. "Padahal Mami kalian sudah heboh sama mimpinya yang cuma bunga tidur."
"Tapi mimpi itu alamat, Pi." Cheryl kekeuh.
"Kenyataannya, Elea belum hamil, lagi pula, dia masih perlu melanjutkan kuliahnya. Pasti repot hamil diusia muda." Badai beralih pada menantunya. "Iya kan Elea?" Ayah dari dua anak itu ingat, betapa sulitnya Cheryl saat hamil Ezra, diusia yang belum siap mental.
"I-iya Pi." Elea mengangguk ragu. Inginnya memberi kabar yang membuat Cheryl senang, tapi apalah daya, ini belum saat yang tepat.
"Ekm..." Keysha berdehem. "Jangan bilang alamat mimpi Mami, karena Papi punya pacar baru yang lagi hamil." Gadis itu tergelak disaat ibunya melirik jutek padanya.
"Ini nggak lucu Sayang!"
Ezra, Badai, dan Keysha tertawa. Sementara Elea menerawang kosong, jika saja Ezra tak menipunya, ia akan mengklaim, bahwa dirinya wanita yang paling bahagia di dunia: Bisa memiliki keluarga yang sedemikian bagusnya.
...,.'--'.,,.'--'.,,.'--'.,....
Senja mulai mencoreng di langit sana. Sambil menikmati embusan angin tipis, Elea duduk seorang diri di bangku taman halaman belakang rumah suaminya.
Sore begini, Ezra sibuk dengan pekerjaan on-air, tinggal Elea sendiri yang menghuni tempat mewah ini.
Tangan dan mata berselancar bersama ponsel barunya, dirinya masih sibuk melakukan konsultasi chat dengan Dokter Gina.
Sungguh Elea cemas, sebab bukan mereda, darah yang keluar dari tubuh intinya semakin lancar saja.
Meski kehamilan ini tidak dia rencanakan, tapi Elea tak ingin kehilangan janin yang kadung berkembang di dalam rahimnya.
"Permisi Nyonya."
Elea mengangkat kedua bahu yang tersentak. Sontak, ia menoleh ke belakang, dan Melaney nama asisten rumah tangganya. "Maaf mengagetkan, Nyonya." Wanita itu sadar akan kedatangannya yang tiba-tiba muncul.
"Tidak apa, Mbak. Elea yang melamun." Elea berujar seraya menerima amplop coklat dari sodoran tangan Melaney. "Apa ini, Mbak?"
"Paket, katanya sih dari kampus Nyonya."
"Oh..., terima kasih, Mbak," ucap Elea, ia lekas meredup ekspresi setelah merasakan adanya kejanggalan.
Baru beberapa Minggu Elea masuk kampus, dan dirinya masih dalam masa orientasi. Lalu, untuk apa pihak kampus mengirimkan paket padanya? Bukankah seluruh pengumuman akan dibroadcast melalui email?
Melaney bertolak pergi, dan Elea segera membuka amplop paket yang hanya ditutup dengan ikatan tali kecil bawaan dari amplopnya saja. Tak ada lem, tak ada logo kampus, tak ada legalisir atau sejenisnya.
Bukankah ini terlalu aneh dan janggal?
Benar saja... Mulutnya ternganga, mata pun melebar mendapati foto-foto, beserta potongan koran yang memuat berita tentang kecelakaan maut yang melibatkan ayah, ibu dan adiknya, lima tahun lalu.
Lelucon macam apa ini? Disaat dia ingin mengubur dalam-dalam peristiwa mengerikan itu. Masih ada saja manusia yang berani mengorek luka lamanya.
{Elea, ada penawaran menarik untuk mu Baby, saya akan beritahu apa maksud dari semua ini, tapi, saya menawarkan kerjasama agar kita sama-sama diuntungkan, jika berminat, besok pagi, saya tunggu di hotel Lexias.} __DW__ inisial yang tertera di bawah surat kecil tersebut.
Elea tercenung, apa motif dan siapa pemilik dari inisial asing yang mengirimkannya surat kaleng? Ah, Tuhan... Dirinya sudah pusing dengan pernikahan kontraknya, lalu apa lagi ini Tuhan... Elea memekik dalam batin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
titiek
bos kok pusing. tinggal sobek aja perjanjian kontraknya
2024-10-29
1
Abie Mas
jgn bilang yg nabral ortunya elea si ezra
2024-08-25
1
erinatan
aduh Thor jgn jahat2 banget donk Ama elea😭😅😅😅
2024-07-27
0