Tak ada yang lebih bahagia dari pada Elea siang ini. Sebentar lagi, Rangga akan mendapatkan penanganan yang terbaik.
Di kursi stainless, Elea duduk menunduk dengan kaki yang berayun ayun di atas lantainya. Jika dilihat dari gayanya yang polos, siapa yang akan percaya bahwa gadis itu sudah tidak perawan.
Apa pun sebutan statusnya, Elea sudah tak mempermasalahkannya. Sebab baginya; apalah arti sebuah kesucian jika dibandingkan dengan nyawa kakak satu-satunya.
Ia yang masih belia, tak ada yang terlintas di benaknya, selain menjual apa yang paling berharga dalam hidupnya.
Semoga saja, Rangga tak marah padanya meski tahu ia berusaha menyembuhkan penyakitnya dengan cara yang di haramkan agamanya.
"Elea?"
Di sela kejenuhan, Elea mengindahkan seruan seseorang. Lelaki matang berusia 30 tahun yang kini berdiri menatapnya, berhasil membuat dirinya mengembangkan senyuman manis.
"Om Glans?" ia tersentak. Lama tak jumpa, teman kakaknya ini sudah lebih berwibawa dari terakhir kali Elea melihat. "Om dokter kok di sini?"
Glans mengangguk. "Om dapat panggilan khusus. Ada pasien yang perlu tindakan operasi," jawabnya.
"Oya?"
Satu dokter lagi datang menimpali. "Dia ini, adik dari pasien yang akan kita operasi Glans."
"Adik pasien?" Glans terperanjat, jadi rupanya malam ini ia akan menangani operasi tranplantasi paru-paru sahabat kecilnya.
"Rangga sakit?"
Keterkejutan tak hanya sampai situ, karena jika benar Rangga yang akan dia operasi, dari mana kira-kira biaya tak murah yang Elea dapatkan.
Setahunya, Elea dan Rangga sudah yatim piatu. Mereka hanya memiliki rumah kecil di komplek perumahan sempit, itu pun takkan mungkin cukup jika dijual sekalipun.
"Jadi kapan jadwal operasinya Om?" Gadis itu berapi-api sekali. Dokter Glans tersenyum, tak banyak seorang adik yang begitu peduli pada kakaknya, seperti Elea kepada Rangga.
"Secepatnya."
...,.'--'.,,.'--'.,,.'--'.,....
Ezra kacau, setelah ibunya memergokinya bercumbu dengan seorang gadis, secepat kilat keluarga besarnya di gemparkan oleh berita tersebut.
"Ini gara-gara kamu!" Ezra menatap wanita cantik yang kini menertawakan dirinya. Rigie nama wanita itu. "Ini ide konyol!"
"Harusnya kamu seneng Za." Lagi, wanita yang masih berstatus istri orang tersebut tertawa terbahak-bahak. Sejenak, Rigie menahan tawanya agar bisa menyampaikan katanya.
"Cewek mana yang ngizinin pacarnya kencan sama cewek lain? Kayaknya cuma Rigie deh, Za."
"Kamu kurang waras semenjak menikah sama tua bangka!" Memberengut kecut, Ezra menjatuhkan tubuh di atas permukaan sofa empuknya.
Hanya karena trauma pada pernikahan pertamanya, Rigie sang kekasih memintanya mengencani wanita lain. Berharap, Ezra tak berpaling setelah mereka menikah nanti.
Setidaknya Ezra tak punya cukup alasan berselingkuh, toh sebelumnya ia sudah pernah memberikan kesempatan untuk bersenang-senang dengan wanita dari kelab malam.
Lagi pula, Rigie tak mau jika sampai di masa depan, Ezra mengungkit status dirinya yang sudah pernah menikah sementara Ezra tak pernah sekalipun mengenal wanita selain dirinya.
Jujur, Ezra tak paham apa yang ada di pikiran aneh Rigie. Tapi, pada akhirnya ia menyetujui usulan itu, dan entahlah, dia juga begitu menikmati kinerja gadis bayarannya semalam.
Rigie duduk mendekat. "Ngomong-ngomong siapa nama cewek semalam? Apa yang kalian lakukan selama semalaman?" tanyanya.
"Tidak ada." Jelas Ezra berkilah. Jika sampai Rigie tahu, yang ia pesan bukan kupu-kupu malam biasa, melainkan gadis malam yang masih perawan, tamatlah riwayatnya.
Ya mau bagaimana lagi, bukan salahnya yang masih perjaka. Aktor tampan sekelas dirinya tentu tak mau berkencan dengan wanita malam biasa, yang ada bisa gatal-gatal kulitnya.
Awalnya Ezra sendiri tak berniat mengencani wanita selain Rigie saja, tapi saat melihat tubuh menggoda gadis bernama Elea, Ezra khilaf hingga tanpa rencana ia memulai kencan erotis-nya.
Satu kali tak cukup, dua kali kurang, tiga kali pun ia masih minta tambah di pagi harinya. Dan ketika ia memulai cumbu untuk yang ke lima kalinya, ibunya datang memergokinya.
"Aku pasti sudah gila." Dalam batin ia mengumpat dirinya sendiri. Ternyata, hanya sampai situ saja kesetiaannya pada Rigie.
"Kamu yakin tidak melakukan apa pun padanya?" cecar Rigie yang dijawab oleh decakan lidah Ezra. "Aku tidak berselera padanya, Rigie!"
Wanita itu tersenyum. "Sudah kuduga sebelumnya, kamu memang setia, Za."
Ezra tersenyum kaku. Sungguh, dirinya semalam tidak seperti yang Rigie katakan barusan.
"Terima kasih atas cinta tulus mu." Untuk yang pertama kalinya, Rigie mau memberikan kecupan pada pria itu, dan bukan terhanyut, Ezra justru terngiang pada gadis yang ia sewa semalam tadi.
Aromanya, kulit kenyalnya, tatapan polosnya, tubuh menggemaskannya, desahnya, gerakan liar amatirannya, masih jelas Ezra ingat bagaimana rasanya saat miliknya dimanjakan liang surga dunia gadis yang entah berada di mana.
"Aku benar-benar sudah gila."
...,.'--'.,,.'--'.,,.'--'.,....
Hari demi hari silih bergilir. Tanpa sadar, detik-detik yang kita tunggu dari masa depan, sudah bisa disebut masa lalu.
Satu miliar rupiah, uang yang sempat Elea peluk, kini sudah raib digantikan dengan pulihnya seorang Rangga.
Di sela kegiatan belajarnya, Elea dengan sabar merawat kakaknya. Sebelum berangkat ke sekolah, Elea sudah mengurus pekerjaan rumahnya, termasuk mengatur jadwal minum obat Rangga.
Dua Minggu lagi ujian akhir sekolah. Elea mendapatkan waktu libur yang sayang untuk dilewatinya.
Bukan bersenang-senang di tempat pariwisata seperti anak SMA lainnya. Elea justru memanfaatkan waktu liburnya dengan mengambil pekerjaan paruh waktu.
Apa lagi, setelah kemarin teman-temannya mengiming-imingi honor yang cukup menggiurkan. Elea pantang menolak.
Pekerjaannya tidak sulit tidak juga dikatakan mudah. Elea perlu menunjukkan skillnya; minimal tidak takut ketinggian, bisa berenang dan lain sebagainya.
Tak pelak, pekerjaan yang Elea ambil saat ini adalah menjadi pemeran pengganti di lokasi-lokasi syuting yang membutuhkan tenaga kerjanya.
Tugas pemeran pengganti tentu harus menggantikan tokoh utama melakukan adegan-adegan berbahaya, seperti; terjun bebas dari atas gedung, tercebur ke kolam, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Elea harus siap akan konsekuensinya. Jika tidak ada adegan berbahaya yang perlu digantikan oleh pemeran pengganti, dia bisa menjadi pemain figuran saja. Yang pasti, ia tidak akan menganggur jika sudah datang ke lokasi syuting.
Jam lima pagi, Elea sudah sampai di lokasi yang dishare oleh koordinatornya. Elea tidak datang sendiri, ia beramai-ramai bersama dengan teman-teman seperjuangannya.
"Syutingnya udah di mulai belum?" Setelah memastikan penampilannya menarik, Elea menutup tempat cushion miliknya, sebelum bertanya pada salah satu figuran lainnya.
Tanpa berpaling dari cermin kecil di tangannya, gadis itu manggut-manggut menghiraukan. "Udah kok," jawabnya.
"Syukurlah."
Secara antusias gadis lainnya menimpali sambil melompat kegirangan. "Tuhan, nggak sabar banget deh. Akhirnya hari ini aku mau ketemu sama Ezra secara langsung!"
"Apa?" Elea mendelik. "Ezra? Yang syuting di dalam itu, Ezra?" Dia memastikannya.
"Iya, jadi Lo nggak tahu? Ke mana aja Lo?"
Elea meneguk saliva. Dari sekian banyak aktor tampan di negaranya, kenapa harus Ezra yang menjadi pemeran utamanya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Amalia Khaer
agak Laen yaa si tokoh utama ini. ksian bnget Badai dan Cheryl punya ank kyak dia.
2024-09-28
0
nokdenok
maruk 😁
2024-09-22
1
erinatan
aku suka ceritanya sangat menarik
2024-07-27
0