Bab 12 [Menuntut]

Hari terakhir di Swiss, Elea dan Ezra menjelajahi kota dengan kereta. Hanya agar bisa berdua saja dengan istrinya, sengaja Ezra menyewa satu gerbong penuh khusus untuk mereka.

Disertai riang gembira dan canda tawa bahagianya, Ezra dan Elea berlarian memasuki gerbong kereta yang sepi tak berpenghuni.

Hal yang pertama kali Ezra lakukan di dalam adalah; menyudutkan Elea pada tiang pegangan, menatap maniknya dalam-dalam seraya meremas rambut di tengkuk wanita itu, lantas lekas memberikan sebuah ciuman dengan mata yang terpejam.

"Aku candu padamu, Elea." Bisikan itu mengenai telinga Elea yang kian meremang dan menggeliatkan tubuhnya.

Baru pernah Ezra merasa secandu ini, sepanjang hari ia ingin terus bertautan dengan raga wanita itu, ingin terus mencumbu mesra bibir wanita itu.

"Bee."

Elea mundur dan terduduk di salah satu kursi penumpang yang berderet di sepanjang gerbongnya. Lantas, Ezra berlutut di hadapannya menyuguhi satu bunga mawar merah yang entah dari mana Ezra dapatkan.

"For you..."

Elea tergelak, bukan apa-apa, dia sendiri tak tahu menahu kapan Ezra membeli bunga tersebut. "Dari mana bunga ini?" tanyanya.

Seketika, Ezra melirik ke suatu tempat, dan Elea mengikuti arah pandangan suaminya. Di luar sana, Elea melihat sepasang kekasih tengah serius-seriusnya mencari satu bunga yang hilang dari buket mereka.

"Aku ambil dari mereka," kelakar Ezra.

"Jadi kamu nyolong Bee?" Elea tertawa, dan Ezra segera memeluknya dengan gesture kasih sayang. "Lihatlah. Demi bisa membuat mu bahagia. Aku bahkan rela masuk neraka."

Elea tertawa lebih lepas dari sebelumnya, untuk sekejap, biar ia menikmati nyaman dan hangatnya dada bidang Ezra, sebelum nantinya ia akan menerima bahwa perlakuan yang Ezra unjuk hanyalah fatamorgana.

"Aku menyayangimu Elea," lirih Ezra. Ia lalu mengecup kening wanita itu, sedang di dadanya, Elea bergeming tak merespon ungkapannya.

Menurut Elea, terlalu manis perilaku Ezra, sedang nyata yang ada, semuanya hanya kebohongan semata. Ezra penipu terhebat yang pernah ia kenal, sungguh akting pria ini memukaunya.

...,.'--'.,,.'--'.,,.'--'.,....

"Selamat Ezra, Sayang."

Sukses dan meledaknya dua film baru Ezra sampai mendapatkan banyak penghargaan, tak terkecuali Neneknya, yaitu Queen Kirana Rain si pemilik rumah produksi film X-meria yang juga memberikan pujian khusus untuk cucunya.

Queen sampai membuat pesta di rumah besarnya. Terkecuali Raka Rain dan Krystal yang sudah tak bisa meninggalkan kamar dan ranjang perawatan masa tuanya, seluruh kerabat, relasi, kolega, klien, semua ikut hadir memeriahkan acaranya.

"Thanks, Omah."

Setelah Queen, semua keluarga besar Miller dan Rain bergantian memberikan pelukan dan tepukan bangga pada Ezra.

Tiada yang lebih cerah daripada wajah Ezra saat ini. Pria berjas hitam itu menurunkan harga senyum yang semula teramat mahal.

Selain menikmati keuntungan dari penjualan tiket, dirinya juga memanen banyaknya pujian dan penghargaan.

"Selamat Eza."

Rigie datang dengan tatapan kerinduan dan gaun hitam elegannya. Lama mereka tak bertemu, terakhir satu Minggu yang lalu saat membeli gaun yang dipakainya.

Melihat Rigie di sisi putranya, Cheryl segera mendekat, dan menjadi pihak ketiga. "Istri mu ke mana Za?" Perempuan itu menepuk lengan Ezra pelan.

"Bee?"

Sontak, Ezra menyisir segala arah, ekspresi bahagia di wajah tampannya memudar seketika, dirinya baru sadar, istrinya belum kembali ke pesta dari setengah jam yang lalu.

Berwajah cemas, Ezra meraih ponsel dari saku celana dengan sebelah tangannya. Ia menunduk, dan mulai melayangkan pesan teks pada istrinya.

Bukan balasan chat, melainkan panggilan telepon yang langsung Elea sampaikan pada ponsel miliknya.

"Sayang...," angkat Ezra. Dia memalingkan sedikit wajahnya ke belakang, lalu berbicara dengan wanita di seberang sana. "Bee sakit hmm?"

Sebutan itu, tatapan kepedulian itu, suara teduh itu, hal yang acap kali membuat Rigie cemburu. Sadar atau tidak, mengakui atau tidak, sikap Ezra berubah setelah menikahi Elea.

"Rigie, Tante temui tamu lain dulu ya. Kamu jangan sungkan." Cheryl pamit dengan menepuk pundak wanita itu. Rigie lalu beralih dan tersenyum kikuk. "Iya Tante."

Cheryl beringsut pergi. Sementara Rigie bergegas memanfaatkan peluang untuk kembali mendekati kekasih simpanannya.

"Za..."

Kaget, pundak Ezra terangkat seluruhnya, lelaki itu membalikkan badan, lalu menatap Rigie dengan raut keterkejutannya. "Aku temui tamu dulu, Bee. Kamu istirahatlah."

Ezra menutup teleponnya, kembali ia beralih memperhatikan kekasihnya. "Kau datang sendiri?" tanyanya.

Ezra juga merotasikan pandangan ke setiap sudut rumah. "Gimana kalau ada media yang melihat mu di sini?"

Walau nyatanya, tak ada berita miring yang menyebutkan nama keduanya setelah pernikahan Ezra bersama Elea.

"Aku ke sini mau menuntut kabar baik darimu, Za." Rigie mengitari sisi-sisi tubuhnya, memastikan tidak ada yang ikut mendengar pembicaraan mereka. "Kapan kamu tunjukkin ke Elea, soal kontrak pernikahan kalian?"

Ludah yang tercekat menyulitkan pernapasan Ezra. Jujur, semakin Rigie mengingatkannya semakin takut Ezra memberi tahu Elea soal nyata yang sesungguhnya.

Terlebih, belakangan ini Elea sering sakit- sakitan. Mungkin, karena akhir- akhir ini Elea sudah disibukkan dengan kegiatan ospek di kampus barunya.

Sisa waktu pernikahan Ezra dan Elea sudah hampir selesai, tinggal satu Minggu lagi dari sekarang, dan pria jago akting itu masih belum juga memberitahu Elea perihal kontrak yang sudah Elea tandatangani.

"Kamu masih nggak tega juga, hah?" Rigie mencibir kekasihnya dengan kekehan meremehkan. "Kamu mulai suka sama dia, Za?" tanyanya, kemudian Ezra tergagu nanar.

"Satu Minggu lagi Za, satu Minggu lagi!" Rigie menekankan desisannya. "Kamu yang kasih tahu Elea, atau aku sendiri yang kasih tahu Elea?" tawarnya.

Ezra bergeming, kini, dirinya semakin sulit menjawab pertanyaan kekasihnya. Yang jelas, dua-duanya, semua penawaran Rigie akan menyakiti Elea.

"Za..." Melihat bisunya Ezra, tatapan Rigie menghunus lebih tajam dari sebelumnya. "Aku tanya barusan!" ketusnya.

Ezra terdiam untuk beberapa saat. Sebelum, dia berani menimpali kata-kata tuntutan dari kekasihnya. "Biar aku sendiri yang beritahu Elea."

Mau tak mau, bukankah Ezra harus melakukannya. Karena jika mereka tidak berpisah, maka sesuai kesepakatan, Elea yang harus rela dijebloskan ke penjara.

Salah satu poin perjanjiannya adalah; Elea tidak diperbolehkan protes pada isi kontrak tersebut, apa lagi menuntut Ezra untuk tidak menceraikannya. Sebab jika tidak, Elea sendiri yang akan dirugikan oleh isi kontrak yang sudah tergores tandatangannya.

"Kapan?"

"Malam ini juga." Sontak, Ezra bermuram durja, ia lalu beringsut menjauhi kekasihnya untuk menemui tamu-tamu pentingnya.

Rigie sendu, ia sendiri tidak merasa yakin pada ucapan kekasihnya barusan. Sebab benar kata orang-orang, Ezra aktor yang totalitas dalam berperan.

Dirinya takut jika sampai dia sendiri lah yang ternyata dipermainkan setelah dengan nurutnya ia meminta cerai dari suaminya.

Bukan egois atau jahat, sebab, dirinya di sini hanya untuk menuntut pertanggungjawaban atas janji-janji Ezra Laksamana yang semanis gula.

📌 Proses Up kembali...

Terpopuler

Comments

Santunah Darlis

Santunah Darlis

sejahat itu ya org berduit

2024-04-30

1

*k🎧ki€*

*k🎧ki€*

🤪🤪🤪🤪

2023-11-11

1

sherly

sherly

astagaaa... rasanya cuman sekali si Lea tanda tangan deh itupun wkt dikasi duit.. kapan ttd kontrak nikah

2023-10-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!