"Elea."
Ezra berjingkrak dari ranjang super big miliknya. Dan seakan dejavu, kepala yang terangkat secara reflek segera menyorot seisi kamarnya.
Jantung berpacu kencang. Hal yang begitu dia takutkan, mungkinkah pagi ini terjadi; masa di mana Elea tak ada di sisinya saat ia terjaga.
"Bee!" Ezra menyingkirkan selimut tebalnya, lalu keluar dari kamar, berlari kecil menuruni anak tangga.
Lagi-lagi seperti dejavu. Kembali ia merasa lebih lega setelah aroma masakan tersiar dari dapur minimalisnya. Akhirnya, Elea tidak jadi pergi meninggalkan rumahnya. "Bee..."
"Bos?"
Senyum Ezra melesap, bukan Elea yang menyambut paginya, melainkan Dipa yang baru selesai membuat mie instan, pria bersinglet itu melongo bingung menatap dirinya yang tergagu hening.
Ezra lantas celingukan, di sofa ruang tengah, Ken masih asyik terpaku di depan iPad-nya. Jelas banyak skedul yang tengah Ken periksa di sana.
Masih dengan hati yang was-was, Ezra melangkah cepat menuju jendela, menyibak tirai vitrase demi memastikan Elea tidak pergi meninggalkan bunga-bunga kesayangannya.
"Ada apa Bos?" Lagi, Ezra beringsut pada wajah Dipa. Pria itu masih bingung dengan raut sendu aktornya.
"Di mana istri ku?"
Mendengar itu, Ken menoleh lalu bergeming menatap Bosnya. Untuk sejenak, pandangan mengitari seisi ruangan sekedar memastikan tak ada wanita yang dicari sang Tuan.
"Seperti kata Bos. Kami berjaga dari tadi malam, seingat ku, Nyonya muda tidak turun dari lantai atas," kata Dipa.
Bukan Ezra jika tidak punya niatan untuk menyandra Elea. Setidaknya selama Rigie berurusan dengan polisi, Ezra masih bisa bersama istrinya.
"Kalian yakin Elea tidak turun?"
"Yakin." Ken yang kali ini menimpalinya. Mereka memang sengaja tidak tidur, berjaga di lantai bawah seperti pesan Ezra tadi malam.
"Sial!"
Gegas, Ezra berlari kembali menaiki anak tangga, masuk ke dalam kamar, lalu menyisir seluruh ruangan dengan raut frustrasinya, dari kamar mandi, berlari lagi ke ruang ganti, dan terakhir balkon.
Kali ini Ezra terpaku, ia harus menerima bahwa Elea telah kabur dengan bantuan beberapa sprei yang disambung-sambung hingga menjuntai panjang ke dasar lantai.
"Shittz!" Dia meremas rambutnya dengan kedua tangan. "Aku pastikan kau kekurangan uang, Elea. Dan disaat seperti itu, aku pelarian terbaik mu!" Napasnya kian bergemuruh.
Ezra kembali berlari masuk, keluar dari kamar, menuruni anak tangga. Di lantai bawah, Ken dan Dipa sudah bisa membaca emosi apa yang ter-ulas di wajah tuan-nya.
"Dia meninggalkan ku!" Ezra raih vas bunga milik Elea, lalu melemparkannya ke lemari kaca yang dipenuhi deretan piala-piala serta piagam penghargaannya.
Dia berteriak histeris. Lagi, boneka karakter yang teronggok di atas rak menjadi sasaran Ezra berikutnya. Namun, baru terayun tangannya ke atas, Ezra teringat saat Elea meminta boneka itu dengan logat manjanya.
"Bee, lihat, boneka sepasang tikus ini seperti kita, berlindung di payung yang sama dan payung merah ini diibaratkan cinta yang membara. Elea boleh kan bawa pulang ini?"
"Argh!" Dia remas boneka sepasang tikus tersebut. Lalu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa empuk.
"Aku mau Elea membutuhkan banyak uang lagi. Aku mau Elea sekarang juga!" Teriakan itu di akhiri dengan terpecahnya satu vas bunga milik Elea kembali.
Sampai malam tadi, Ezra masih berharap Elea akan tetap bertahan bersamanya. Hingga pagi ini, dia baru sadar, ada sifat kejam di balik kediaman Elea.
Bukankah hubungan mereka, masih bisa dibicarakan baik-baik. Asal Elea bersedia, dia bisa menyewa pengacara.
Dipa dan Ken menegang, baru pernah mereka melihat letusan amarah Ezra yang sedemikian mengerikan. Sebelumnya, Ezra hanya berkata kasar, memaki, mogok kerja tapi tidak sampai membanting barang-barang di rumahnya.
...,.'--'.,,.'--'.,,.'--'.,....
Plakk...
Tamparan keras mendarat sempurna di permukaan pipi yang ditumbuhi sedikit jambang milik Ezra.
Tatapan kecewa seorang wanita sekaligus seorang ibu menghunus tajam pada pria tampan yang dua puluh lima tahun lalu dilahirkannya dengan pertaruhan nyawa.
Mengalir telak air mata di pipi mulus Cheryl Arsya. Kenyataan yang ada, begitu merenyuh hati rapuhnya.
Memang Elea tak mengadu pada Rangga, tak juga mengadu pada media. Akan tetapi, Elea memilih memberi tahukan semua kelakuan Ezra pada mertuanya, tak terkecuali kehamilan yang sudah hampir dua bulan.
Lelaki itu menunduk, menerima cacian, makian, dan kemurkaan ibunya. Karena sebuah penipuan yang tidak hanya diperuntukkan bagi Elea, tapi juga kepada semua keluarganya. Ezra menipunya mentah-mentah.
"Bisa-bisanya kamu bermain-main dengan kesakralan pernikahan, Eza?" Cheryl berkata sangat lirih, ia sangat kecewa pada putra yang selalu dia bangga-banggakan.
"Kamu tidak ingat saat Mami menangisi ulah Papi mu? Sampai kau melakukan hal yang lebih buruk darinya?"
Cheryl menangisi nasib calon cucunya yang mungkin akan sama seperti Ezra; lahir tanpa ada yang mengucapkan selamat datang ke dunia Sayang....
"Kau membuktikan bahwa kau, cucu dari laki-laki arogan, laki-laki picik. Kau, sama seperti Kakek mu Gustav."
Tak kuat mendengar penghakiman ibunya, Ezra kembali keluar dari rumah yang ia kira akan bisa memberikan bantuan padanya. Bukan mencarikan solusi, Cheryl justru mencaci maki perbuatan yang sudah dia sesali.
"Pergi dari sini, dan jangan lupa, nikahi kekasih mu di penjara, Ezra! Mungkin, besok atau lusa, Mami Papi datang!"
Ezra mengepal kuat tangannya, sindiran ibunya begitu menusuk relung hati yang masih terluka oleh kepergian Elea.
"Argh!" Meja kecil yang tak bersalah, menjadi pelampiasan amarahnya sebelum sosoknya benar-benar keluar dari rumah besar ayahnya.
Di depan sana, Dipa dan Ken sama-sama sibuk dengan ponselnya. Mereka masih mencari-cari keberadaan Nyonya mudanya.
Ezra kira, meski perceraian tak bisa dielakkan, dirinya masih bisa bertemu Elea. Namun nyatanya, Elea kabur meninggalkan rumah pemberiannya, bahkan meninggalkan Rangga dan bisnis barunya.
Satu Minggu sudah Ezra berkeliaran, mencari Elea ke mana-mana. Bahkan, sampai ke luar kota pun, Elea sama sekali tak ada jejaknya.
Sempat Ezra bertanya pada Arif. Dan nihil, pemuda itu juga tak mengetahui ke mana Elea bertolak.
Ezra mulai frustrasi, satu Minggu mencari, tak ada satupun petunjuk yang bisa membantu dirinya menemukan keberadaan Elea.
Kartu kredit dan ATM darinya juga tak lagi dipakai Elea. Sepertinya Elea benar-benar tak ingin ditemukan siapa-siapa.
Ezra duduk di jok penumpang bagian belakang. Sedang Dipa dan Ken segera menyusul masuk di masing-masing jok depannya.
"Ada kabar apa?" Ezra menangkap raut tak menyenangkan dari kedua asistennya.
Ken menghela berat. Pria itu menatap sang tuan dari kaca spionnya. "Sepertinya, ada yang membantu menyembunyikan keberadaan Nyonya Elea, Bos."
"Benar," sambung Dipa.
Ezra terdiam menelaah, jika mengingat sikap ibunya, bisa jadi wanita itulah yang ikut ambil andil dalam melenyapkan kabar Elea.
Tidak mungkin tim andalannya bisa gagal menemukan Elea. Dengan demikian, sudah jelas, keluarganya juga ikut membela Elea.
"Akan sulit menemukannya, kalau ada kuasa yang melindungi Nyonya juga," cetus Dipa kembali.
Ezra menghela dalam. "Kalau begitu, carikan aku gadis cantik yang melebihi Elea! Aku mau malam ini juga!" titah yang membuat Dipa dan Ken saling menatap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
betriz mom
bener bener egois Ezra 🙄🤦
2024-10-22
0
Sri Widjiastuti
mungkin ibu cheril ya? yg bantu Elea kabur
2024-10-18
0
Erna Wati
emosi saya bacanya kisah nya ezra dari pd pappi badai
2024-09-27
0