Siangnya, Jona dan Olyn mampir ke sebuah pusat perbelanjaan usai jalan-jalan menggunakan sepeda.
"Aku pasti bakal beli banyak barang di sini. Apa kamu tidak keberatan?" tanya Olyn sebelum berani menyentuh satu pun barang tanpa persetujuan suaminya.
"Apapun yang kamu mau, beli. Maka akan aku bayar."
"Okay, thankyou."
Olyn memulai berbelanja dengan penuh rasa semangat. Ia akan membeli baju, tas, sepatu, heels, dan barang lain tentunya.
Niat belanja barang-barang untuk dirinya, pandangannya tiba-tiba jatuh pada tempat baju khusus bayi. Seketika senyumnya memudar dan perlahan menghilang. Banyak pasangan yang masuk ke toko tersebut dan kebanyakan dari mereka merupakan wanita yang tengah hamil besar.
Olyn refleks melihat perut datarnya. Jona yang menyadari hal itu segera mengajak istrinya untuk pergi dari sana.
"Ayo, katanya mau belanja."
Jona menautkan tangannya dan menggenggam tangan Olyn. Namun wanita itu enggan untuk bergerak.
"Apa aku tidak pantas jadi seorang ibu ya?"
Pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Olyn. Jona hanya bisa menghela napas.
"Jangan bicara seperti itu. Ayo kita pergi dari sini dan cari barang yang kamu mau."
"Aku tidak pantas jadi ibu ya, Jona?" ulang wanita itu dengan wajah sedih.
Lagi-lagi Jona menghela napas. Ia berusaha mencari cara supaya semangat istrinya kembali untuk berbelanja.
"Jika kamu normal, maka Tuhan tidak akan menakdirkan aku sebagai jodohmu. Dan tentunya kamu tidak mungkin mau menikah denganku," jawab Jona kemudian.
"Jona, setidak pantas itu ya aku jadi ibu?"
Olyn terus mengulangi pertanyaan sama.
Jona menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia harus memberi jawaban apa supaya Olyn tidak mengulangi pertanyaanya terus menerus.
"Kalau begitu maka apakah aku juga tidak pantas memiliki skill membuat anak, ya?"
Mendapati pertanyaan balik dari suaminya, perlahan senyum di bibir Olyn kembali terbit. Senyum itu kembali terukir.
"Apa, sih? Kenapa pertanyaannya begitu?"
"Kamu juga. Jangan bahas hal itu di sini. Tujuan kita ke sini untuk belanja barang-barang kamu. Jadi lupakan hal yang lain, fokus saja pada tujuan kita."
Olyn mengangguk. Akhirnya Jona berhasil membujuk istrinya. Ia menggandeng tangan Olyn untuk segera pergi dari sana.
"Yang ini bagus tidak?" Olyn menunjuk gaun berwarna merah merekah.
"Warnanya terlalu cerah. Pilih warna yang lebih soft, yang lebih elegant."
Olyn mencari lagi yang menurut ia bagus dan warnanya sesuai dengan kriteria Jona.
"Kalau yang ini?" Olyn menunjuk gaun yang berwarna baby blue.
Jona mengacungkan dua jempolnya. Olyn pun tersenyum karena kebetulan ia juga suka dengan modelnya.
Setelah selesai memilih pakaian, sepatu, tas, heels, dan barang lainnya, mereka memutuskan untuk pulang. Mereka keluar dari pusat berbelanjaan tersebut.
"Aku keberatan, Jona." Olyn mengeluh lantaran barang bawaan di kedua lengannya penuh dan berat.
Jona melirik istrinya dengan wajah datar. Posisinya ia juga membawa barang belanjaan lebih banyak dari Olyn. Bukan hanya di kedua tangannya, bahkan di lengan yang di kaitkan ke bahu. Seketika Olyn tertawa melihat Jona saat ini. Dia hampir mirip dengan tote bag berjalan. Lantaran badannya hampir tertutup tote bag belanjaan.
Sepanjang perjalanan keluar dari pusat perbelanjaan, Olyn tidak bisa menahan tawanya melihat suaminya. Bahkan mereka sempat menjadi pusat perhatian beberapa orang yang lewat. Sampai akhirnya mereka naik ke dalam bus untuk pulang lantaran hari sudah sore. Sebab Olyn menghabiskan waktu untuk berbelanja selama dua jam.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
olyn klu belanja gak tangggung2 😁😁😁. Kasian tu Jona nya.
2023-06-21
1
Sry Rahayu
semangat olyn
2023-06-11
1
Nora♡~
Andoooii... kasihanya... Oleyn❤Jona... mempunyai... kelemahan... yang menyedihkan... Thor mohon yaa..! semoga ada keajaiban yang akan berlaku ujian untuk keduanya... Aaminn🤲 Lanjuutt..
2023-06-11
3