Semua orang terlihat sangat bahagia malam ini, bahkan mereka tampak lebih bahagia dari pada orang yang sedang berulang tahun.
"Siapa yang membuat itu?" tanya Zafran sambil menunjuk ke arah tulisan yang ada didinding, juga ada lukisan kue ulang tahun beserta hadiah.
"Ah, itu?" Yara meletakkan kue yang ada ditangannya. "Itu buatan Hanna, dia sangat berbakat melukis rupanya."
Zafran langsung menatap sang kakak dengan mengerutkan keningnya. "Hanna?" Dia bertanya dengan bingung.
Yara menganggukkan kepala sambil kembali memasukkan sesendok kue ke dalam mulutnya. "Iya, Hanna. Tetanggamu."
Zafran tersentak kaget saat mendengarnya. Kenapa mereka bisa mengenal Hanna, bahkan sampai melukis segala? Apa wanita itu datang ke unitnya?
"Kenapa kau kaget kagak gitu, apa hubunganmu dan dia tidak baik?" tanya Yara dengan heran.
Zafran menggelengkan kepalanya. "Tidak, bukan seperti itu." Dia membantah. "Aku hanya heran kenapa Mbak bisa bersama dengannya, apa dia datang ke sini?"
Yara kembali menganggukkan kepalanya, dia lalu menceritakan apa yang terjadi beberapa waktu lalu sebelum mereka masuk ke dalam tempat itu.
Zafran ber-oh ria saat mendengarnya. Tidak disangka mereka akan bertemu dan malah menyiapkan kejutan untuknya bersama-sama, padahal Hanna orang yang tidak banyak bicara juga selalu panik dan takut.
"Tapi, di mana dia sekarang?" tanya Zafran kembali.
"Di unitnya. Dia bilang harus menyambut suaminya pulang dari kantor, padahal mbak udah ngajak dia makan bersama dengan kita dan suaminya juga," jawab Yara. Dia lalu beranjak dari tempat itu menuju dapur.
Zafran terdiam saat mendengar ucapan Hanna. Memang benar sih, kalau wanita itu harus menyambut suaminya atau Leo akan kembali marah.
"Tapi, apa suaminya sudah pulang?" gumam Zafran. Dia lalu melirik ke arah kue yang masih tersisa di hadapannya. Tidak ada salahnya jika dia mengantar kue itu sebagai ucapan terima kasih, karena wanita itu sudah menyiapkan kejutan untuknya.
Zafran lalu beranjak ke dapur untuk mengambil kotak makanan Hanna yang waktu itu diberikan padanya, sekalian sebagai alasan mengembalikan kotak makanan tersebut.
"Loh, kau mau ke mana, Zaf?" tanya Vano yang baru selesai bicara dengan River. Lihat, sudah malam pun mereka masih saja sibuk mengurusi pekerjaan.
"Aku mau antar kue untuk Hanna, anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena tadi membantu mbak," jawab Zafran, yang dibalas dengan anggukan kepala papanya. Dia lalu bergegas menyiapkan kue tersebut.
Pada saat yang sama, Hanna sedang duduk di ruang depan menunggu sang suami. Sudah hampir jam 10 tetapi suaminya belum juga pulang, padahal biasanya jam 8 sudah sampai di apartemen.
"Apa dia lembur?" gumam Hanna. Dia sudah mengambil ponselnya dan hendak menelepon Leo, tetapi langsung diurungkan karena takut laki-laki itu marah.
Tiba-tiba, Hanna teringat dengan bungkus plastik yang waktu itu pernah dia temukan di dalam saku jas kerja Leo. Dengan cepat dia beranjak bangun dan berjalan ke arah dapur untuk mengambilnya, dia penasaran dengan benda itu dan akan mencarinya di internet.
Setelah mendapatkannya, Hanna kembali duduk di sofa dan meletakkan bungkus bernama sutra itu di atas meja, dia lalu masuk ke dalam laman pencarian dengan kata kerja sutra.
Tok, tok.
Hanna langsung mendonggakkan kepalanya dan melihat ke arah pintu saat mendengar ada yang mengetuknya, mungkinkah suaminya sudah pulang?
"Tidak, dia 'kan kalau pulang langsung masuk ke dalam," gumam Hanna. Dia lalu meletakkan ponselnya di atas meja, tepat di samping bungkus sutra itu dan beranjak ke pintu.
Hanna mengintip melalui lubang yang ada di pintu, lalu terkejut saat melihat Zafran berdiri di sana. "Tu-tuan Zafran? Kenapa dia datang ke sini?" Dia merasa bingung dan bertanya-tanya.
Lalu suara ketukan dipintu kembali terdengar, membuat Hanna segera membukanya walau merasa bingung dengan kedatangan laki-laki itu.
"I-iya, ada apa Tuan?" tanya Hanna saat sudah membuka pintu, dan berdiri di depan Zafran.
Zafran mengedarkan pandangannya ke dalam unit apartemen wanita itu, sepertinya Leo belum pulang karena tidak ada tanda-tanda laki-laki itu ada di sana.
"Aku ingin memberimu ini," ucap Zafran sambil memberikan kotak makanan yang dia bawa.
Hanna langsung menerimanya dengan tersenyum, dia berpikir jika Zafran hanya ingin mengembalikan kotak makanan itu. Akan tetapi, kenapa terasa seperti ada isinya?
"Di dalamnya ada kue, kue ulang tahunku," ucap Zafran yang tahu kebingungan diwajah wanita itu.
"Ka-kalau gitu silahkan masuk, Tuan." Hanna segera menpersilahkan Zafran untuk masuk, dia merasa tidak enak membiarkan laki-laki itu berdiri saja di depan pintu.
Zafran terdiam saat mendengarnya, dia merasa tidak enak jika masuk seorang diri ke dalam unit apartemen orang lain. Namun, sepertinya kaki dan pikirannya tidak sejalan karena saat ini kakinya sudah melangkah masuk.
"Aku akan mampir selama lima menit saja." Zafran hanya ingin menghargai tawaran wanita itu, setelahnya pamit pulang.
Baru saja sampai di samping sofa, mata Zafran membulat sempurna saat melihat apa yang ada di atas meja. Dia semakin menajamkan pandangannya untuk memastikan benda tersebut.
"Silahkan duduk, Tuan. Apa, apa Anda ingin minum?"
Suara Hanna seketika mengagetkan Zafran dari lamunan. "Apa itu punyamu?" Dia langsung bertanya sambil menunjuk ke arah bungkus plastik itu.
Hanna menggelengkan kepalanya. "Bukan, itu punya Leo. Saya menemukannya di dalam saku jasnya."
Zafran mengangguk paham, tetapi kenapa diletakkan di atas meja? Dan ada apa dengan Hanna, apa wanita itu tidak merasa malu menunjukkan barang tersebut? Dia sendiri merasa malu sekarang.
"Ta-tapi, kalau boleh saya bertanya, sebenarnya sutra itu apa? Saya baru pertama kali melihatnya."
Zafran terkesiap saat mendengar pertanyaan Hanna. "Apa dia sedang bercanda?"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Marliana MARLIANA
kepolosan Hanna udah memberikan jawaban tas pertanyaan yang mengganjal di hati Zafran...
2023-06-17
0
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-06-16
0
zahrana
astaga
2023-06-16
0