Setelah mendapat persetujuan dari Via dan Yara, Hanna segera pergi ke unit apartemennya dengan semangat. Dia ingin mengambil peralatan melukisnya, untuk membuat ucapan selamat ulang tahun Zafran.
Via dan Yara terkekeh pelan saat melihat betapa semangatnya Hanna, bahkan Zayyan juga tampak menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah wanita itu.
"Kenapa dia bersikap seperti anak kecil yang baru dapat mainan, ya? Sangat menggemaskan sekali," ucap Yara. Dia seperti melihat adik-adiknya yang ada di indonesia.
"Kau benar, Nak. Sikapnya langsung berubah saat diizinkan untuk melukis, padahal sebelumnya dia tampak canggung dan takut," balas Via. Dia juga merasa gemas melihat Hanna, sikapnya sangat polos sekali.
Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Hanna segera kembali ke unit apartemen Zafran. Dia menunjukkan semua peralatan perangnya pada Yara dan yang lainnya, membuat mereka berdecak kagum.
"Wah, Kakak sangat hebat melukis, ya?" seru Zayyan, dia terkejut saat melihat betapa lengkapnya peralatan Hanna.
Dengan cepat Hanna menggelengkan kepalanya dengan wajah bersemu merah. "Ti-tidak, kok. Aku cuma iseng-iseng saja."
Zayyan langsung duduk bersila di samping Hanna dan melihat-lihat alat lukis wanita itu. "Kalau gitu ayo, kita buat lukisan yang indah untuk kak Zafran!"
Hanna menganggukkan kepalanya dan mulai menata alat-alat lukis itu. Dia lalu menggoreskan alat lukisnya ke kanvas yang masih putih bersih, hingga sedikit demi sedikit terbentuk sebuah tulisan yang indah.
Via dan Yara tersenyum saat melihatnya. Apalagi melihat Zayyan yang tampak bersemangat, baru kali ini anak nakal itu terlihat sangat tertarik dengan sesuatu.
***
Waktu terus berlalu dengan sangat cepat. Tidak terasa siang sudah berganti dengan malam. Saat ini, semua kejutan yang Hanna dan keluarga Zafran persiapkan sudah selesai, tampak mereka mematikan lampu yang ada di ruang depan agar kejutan itu tidak terlihat.
"Kalau gitu aku permisi dulu Tante, Kak," pamit Hanna, dia harus segera pulang untuk menyambut suaminya.
"Kenapa pulang? Kau bisa mengajak suamimu untuk makan malam sekalian di sini," ucap Yara. Padahal hanya tinggal menunggu kepulangan Zafran beberapa saat lagi.
Hanna terdiam saat mendengarnya. Dia tidak bisa mengajak suaminya bergabung dengan mereka, apalagi dengan sikap Leo yang seperti itu. Pasti nanti hanya akan menimbulkan keributan.
"Tidak apa-apa, Kak. Aku sudah membawa makanan pemberian Tante, aku akan memanaskannya dan memakannya bersama suamiku," tolak Hanna secara halus.
Yara menghela napas kasar, dia tidak bisa lagi melarang wanita itu untuk pulang. Dia lalu mengantar kepergian Hanna sampai ke depan pintu, tidak lupa meminta nomor ponsel wanita itu agar bisa sering berkomunikasi.
Tidak berselang lama, datanglah Vano dan River ke tempat itu dengan masih menggunakan pakaian kerja. Mereka tidak sempat untuk berganti pakaian, dan untungnya Via sudah menyiapkan pakaian ganti untuk mereka.
"Suamimu belum pulang juga, Yara?" tanya Vano, membuat sang putri menoleh ke arahnya lalu menggelengkan kepala.
"Kalau gak besok, mungkin lusa, Pa," jawab Yara. Sudah hampir seminggu suaminya berada di luar negeri karena ada pembukaan cabang baru untuk perusahaan mereka.
"Kalau sampai besok dia tidak pulang juga, maka Papa akan memecatnya jadi menantu. Bisa-bisanya dia pergi sampai lama begini, apa dia lupa kalau kita akan mengadakan acara 7 bulanan?" ujar Vano dengan kesal, padahal dia juga jika sedang kerja maka lupa dengan segala-galanya.
Yara hanya menganggukkan kepalanya saat mendengar ucapan sang papa, sementara Zayyan dan mamanya tampak tertawa geli.
Pada saat yang sama, Zafran sudah sampai di kawasan apartemennya. Dia segera keluar dari mobil dan berlalu masuk ke dalam tempat itu. Tubuhnya sangat lelah karena harus meninjau lokasi proyek, dan ingin segera berbaring di atas ranjang.
Zayyan yang menunggu di balik pintu tampak waspada jika tiba-tiba pintu itu terbuka, karena dia sendiri tidak tahu kapan sang kakak sampai.
Dia sempat bertanya apakah kakaknya sudah pulang atau belum, dan Zafran menjawab sudah dalam perjalanan. Namun, saat dia kembali bertanya sudah sampai mana, kakaknya tidak lagi membalas.
Zafran yang sudah berdiri di depan pintu unit apartemennya segera menekan password, dan berlalu masuk ke dalam.
Dos.
"Surprise!"
Zafran terlonjak kaget saat mendengar suara letusan balon dan teriakan orang-orang, apalagi saat melihat seluruh keluarganya ada di dalam unit apartemennya.
"Selamat ulang tahun!" ucap semua orang yang ada di tempat itu. Terlihat Yara memegang kue dengan lilin yang menyala di atasnya.
Zafran tersenyum saat melihat apa yang keluarganya lakukan, dia segera menghembus lilin yang kakaknya sodorkan diiringi tepuk tangan dari semuanya.
"Selamat ulang tahun, Sayang. Mama selalu berdo'a agar kau panjang umur, selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan oleh Allah. Juga menjadi laki-laki yang sukses di dunia dan akhirat," ucap Via memanjatkan do'a untuk putranya. Dia memeluk tubuh sang putra dengan erat, disertai air mata kebahagiaan.
"Aamin. Mama juga panjang umur dan selalu sehat, terima kasih sudah melahirkan dan merawatku selama ini," balas Zafran. Dia juga memeluk tubuh sang mama dengan erat, lalu mengusap air mata yang ada diwajah wanita yang sudah melahirkannya itu.
Vano, Yara, dan semua yang ada di tempat itu bergantian mengucapkan selamat sembari mendo'akan Zafran. Tidak lupa River dan juga Junior, yang sedikit terlambat datang ke tempat itu.
Dari kejauhan, Hanna tersenyum saat melihatnya. Dia sedang berdiri di depan pintu unit apartemennya, lalu bergeser sedikit agar bisa melihat kejutan untuk Zafran karena pintu unit apartemen laki-laki itu terbuka.
"Dia hidup dalam keluarga yang bahagia, aku jadi merasa iri."
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-06-16
0
Marliana MARLIANA
sabarrrr hanan nanti kamu akan masuk pada lingkaran kluarga itu..
kalo orang lain ditikung sepertiga malam nanti kamu ditikung dengan bismillah....
2023-06-16
0