Claudia berdecak kesal saat mendengarnya. Entah alasan apa yang membuat Leo menikahi gadis kampung seperti Hanna, padahal laki-laki itu sempat berjanji untuk menikahinya.
Setelah memastikan kondisi Claudia baik-baik saja, mereka lalu beranjak pergi dari rumah sakit dan kembali ke rumah masing-masing.
Leo mengantar Claudia pulang ke apartemen wanita itu. Dia mengantarnya sampai masuk ke dalam karena berniat untuk mampir sebentar di tempat itu.
"Aku harus segera pulang, Claudia," ucap Leo saat melihat jika sekarang sudah pukul 1 malam. Dia harus segera pulang agar bisa istirahat, karena besok masih ada pekerjaan yang harus dilakukan.
Claudia yang saat ini sedang duduk di samping Leo beranjak bangun dan berpindah ke pangkuan laki-laki itu membuat Leo terkesiap.
"Cla-Claudia, apa yang kau-"
"Sstt." Claudia langsung meletakkan jari telunjuknya dibibir Leo untuk menghentikan ucapan laki-laki itu. "Apa kau tidak merindukanku, Leo? Sudah hampir satu tahun kau tidak menyentuhku, aku sudah sangat merindukan kehangatanmu." Dia berucap dengan lirih dan tepat berada di telinga Leo, membuat laki-laki itu meremmang.
Dengan cepat Leo mendorong tubuh Claudia sedikit menjauh dari wajahnya. "Tidak sekarang, Claudia. Aku sudah-"
"Menikah maksudmu?" potong Claudia dengan cepat, senyum sinis tercetak jelas diwajahnya saat ini. "Bukankah kau mengatakan terpaksa menikah dengan wanita kampung itu? Lalu, kenapa sekarang kau menolakku?" Dia merasa tidak terima.
Leo menghela napas kasar. "Aku juga menginginkanmu, Sayang. Tapi tunggulah sebentar lagi, setelah itu aku akan mengajakmu bulan madu ke mana pun kau mau." Dia menarik wajah Claudia dan mengecup kening wanita itu.
Claudia berdecak kesal sambil memalingkan wajahnya. "Sekarang katakan kenapa kau menikahi wanita itu, atau jangan-jangan kau benar-benar menyukainya?"
"Yang benar saja, Claudia. Mana mungkin aku menyukainya," bantah Leo dengan cepat. Dia lalu menceritakan alasan kenapa dia harus menikah dengan Hanna, yang ternyata hanya demi harta wanita itu.
Walau Hanna berasal dari desa yang berjarak sekitar 2 jam dari kota, tetapi keluarga wanita itu termasuk yang terkaya di desa tersebut.
Mereka memiliki ratusan hektar tanah yang ada di desa tersebut, juga ada pabrik dan peternakan yang semuanya adalah milik Sandy, dia adalah ayah kandung Hanna.
Setelah menikah selama satu tahun dengan Hanna, semua harta itu akan menjadi hak milik Leo karena Hanna adalah satu-satunya keturunan Sandy walaupun dia punya anak tiri dari pernikahannya dengan wanita bernama Cessy.
Namun, semua harta itu akan jatuh ketangan Hanna sesuai dengan apa yang Sandy katakan pada Leo walau laki-laki paruh baya itu belum mengatakannya secara resmi. Untuk itulah Leo menikahi Hanna, dan menunggu usia pernikahan mereka sampai satu tahun.
Claudia menghela napas berat saat mendengarnya. "Terserah mau berapa tahun kau harus bersamanya, Leo. Tapi biarkan aku tetap mendapatkan kehangatanmu. Toh wanita kampung itu tidak akan tahu. Kalau tahu pun, aku yakin dia tidak akan berani melakukan apa-apa."
Leo terdiam saat mendengar ucapan Claudia. Sebenarnya tidak masalah jika dia memadu kasih dengan wanita itu seperti dulu, hanya saja entah kenapa dia sama sekali tidak berminat melakukannya.
"Kau menolakku?" tanya Claudia dengan sedih. Dia menatap Leo dengan raut kecewa, membuat laki-laki itu merasa merasa luluh.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka berdua langsung memadu kasih dan merasakan kehangatan satu sama lain. Errangan serta dessahan mulai memenuhi tempat itu, hingga kucuran keringat mengalir deras diseluruh tubuh mereka yang kini sudah sama-sama toples tanpa sehelai benang pun.
Sementara itu, di tempat lain terlihat Hanna sudah berbaring di atas ranjang. Dia merasa gelisah menunggu kepulangan sang suami, dan semoga suaminya sudah tidak marah atau melakukan sesuatu lagi padanya.
"Ibu, kenapa akhir-akhir ini aku merasa hidupku semakin berat." Lirih Hanna sambil memeluk guling yang ada di sampingnya. Dia merasa hidupnya kian terasa berat saat menikah dengan Leo, walau sejak ibunya meninggal pun hidupnya memang tidak lagi mudah.
***
Keesokan harinya, tepat pukul 8 pagi Zafran sudah tampak rapi dan keluar dari unit apartemennya untuk pergi bekerja. Dia melirik ke arah unit apartemen Hanna yang masih tertutup rapat, tidak tahu wanita itu baik-baik saja atau tidak saat ini.
"Tunggu, kenapa aku jadi mencemaskan dia?" Zafran menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia lalu bergegas pergi dari tempat itu sebelum pikiran-pikiran aneh memenuhi kepalanya. Sepertinya dia butuh healing agar pikiran kembali fresh.
Zafran yang akan masuk ke dalam lift terdiam saat melihat Leo keluar dari lift yang sama. Terlihat pakaian laki-laki itu masih sama dengan yang dipakai malam tadi, itu berarti semalam Leo tidak kembali ke apartemen.
"Kau tidak masuk?" tanya Leo saat sudah keluar dari lift, membuat lamunan Zafran terhenti.
Zafran lalu menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam lift, dia malas sekali harus mengeluarkan suaranya saat ini.
"Tunggu!"
Zafran yang sudah akan menekan tombol untuk ke lantai dasar menghentikan tangannya saat mendengar suara Leo, terlihat laki-laki itu menahan pintu lift yang akan tertutup.
"Terima kasih karena sudah menahan tubuh Hanna tadi malam, kalau tidak pasti akan sangat merepotkan," ucap Leo dengan helaan napas lelah. Dia memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri membuat tanda merah keunguan terlihat jelas di mata Zafran.
Zafran menatap Leo dengan tajam. Ternyata laki-laki itu berterima kasih karena tidak mau dibuat repot oleh Hanna, dan bukannya karena khawatir terhadap wanita itu.
"Lalu apa yang ada dilehernya itu? Bukankah itu sesuatu yang biasa dilakukan laki-laki dan wanita saat sedang bercinta?"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments