Zafran menyernyitkan keningnya saat mendengar apa yang wanita itu katakan. Apa wanita itu tidak salah, bagaimana mungkin seorang wanita masuk seenaknya ke dalam unit apartemen seorang lelaki begitu saja? Dia menatap dengan tajam dan bertanya-tanya. Namun, dari wajah wanita itu. Terlihat jelas jika sedang ketakutan akan sesuatu.
Hanna yang melihat laki-laki di hadapannya hanya diam membisu menjadi takut. Dia merasa sudah salah langkah masuk ke dalam tempat ini secara sembarangan, bagaimana jika laki-laki itu orang jahat?
"Tidak pantas bagi laki-laki dewasa dan seorang wanita dewasa berduaan di dalam apartemen," ucap Zafran dengan cepat, membuat Hanna terkesiap dari lamunan.
"Ma-maafkan saya." Lirih Hanna. Benar, tidak sepantasnya dia berada di sini. Apalagi laki-laki itu sudah punya istri, tetapi ke mana istrinya?
Zafran menghela napas kasar sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding. Matanya menatap wanita itu lekat-lekat, seirama dengan jantungnya yang berdegup kencang.
"Apa Anda akan tetap berada di sini?" tanya Zafran kemudian. Wanita itu berkata maaf, tetapi sepertinya sama sekali tidak berniat untuk keluar. Jadi, apa maksudnya?
Hanna menundukkan kepalanya sampai hampir membuat tubuhnya membungkuk. Jika dia keluar sekarang, kemungkinan emosi suaminya masih belum membaik, tetapi tidak mungkin juga dia berada di tempat ini terus. Jadi, apa yang harus dia lakukan?
"Anda mendengar saya?" tanya Zafran yang sudah menaikkan nada suaranya satu oktaf. Keningnya mengernyit dalam, sampai membuat kedua alisnya hampir menyatu. Tatapannya juga tidak mengendur, bahkan semakin terhunus tajam seakan sedang mencabik-cabik tubuh Hanna menjadi beberapa bagian.
Dengan takut-takut, Hanna mulai mengeluarkan suaranya dengan tubuh gemetaran. "Ma-maafkan saya, Tuan. Sa-saya akan pe-pergi, ta-tapi pintunya tidak bisa terbuka." Dia berkata tanpa menatap ke arah laki-laki itu, membuat Zafran memajukan langkahnya.
Tubuh Hanna terjingkat kaget saat tiba-tiba Zafran sudah berdiri tepat di hadapannya, bahkan hanya tinggal menyisakan satu jengkal saja jarak di antara mereka.
"Tu-tuan, maafkan saya." Lirih Hanna dengan rasa takut luar biasa. Kedua tangannya terkepal erat di depan dada, karena takut laki-laki itu akan berbuat yang tidak-tidak.
Zafran sendiri terdiam. Sumpah demi apapun juga dia dibuat bingung dan kesal secara bersamaan dengan wanita itu. "Sebenarnya apa yang terjadi dengannya sih? Kenapa dia tiba-tiba masuk ke dalam apartemenku seperti orang ketakutan? Dan lihat itu, sejak tadi dia menunduk seperti akan ku makan saja."
"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?"
Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga dari mulut Zafran, membuat Hanna terkesiap, tetapi tetap tidak berani menegakkan kepalanya.
"Lihat aku dan jawab pertanyaanku!" ucap Zafran dengan nada bentakan. Tangannya mencengkram lengan wanita itu dengan kuat, membuat Hanna refleks mendongakkan kepala dan menatap wajahnya dengan nanar.
"Ma-maafkan saya, ja-jangan sakiti saya." Lirih Hanna. Kedua matanya sudah berkaca-kaca, jelas saja membuat Zafran langsung melepaskan cengkramannya karena merasa tidak tega.
Zafran mengusap wajahnya dengan kasar, dia menjadi stres sendiri hanya karena wanita itu tidak mau bicara. Tepatnya tidak mau mengatakan alasan kenapa menerobos masuk ke dalam unit apartemennya.
"Minggirlah, aku akan membuka pintunya." Terpaksa Zafran mengalah juga. Mungkin wanita itu mengidap penyakit tidak bisa menjawab pertanyaan orang lain, jadilah seperti itu.
Hanna menggeser tubuhnya dari pintu agar laki-laki itu bisa membukanya. Dia berharap agar suaminya sudah tidak marah lagi, atau tubuhnya akan remuk karena kembali menjadi sasaran kemarahan.
Dengan cepat Zafran membuka pintu unit apartemennya karena memang hanya bisa dibuka tutup dengan menggunakan password, baik dari luar atau pun dalam.
Setelah pintu terbuka lebar, Hanna mengintip ke arah luar dari belakang tubuh Zafran untuk memastikan bawah suaminya tidak berada di luar unit apartemen mereka.
Zafran sendiri melirik ke arah belakang, jelas dia tahu dengan apa yang wanita itu lakukan. "Apa yang dia lakukan? Tapi sepertinya dia takut dengan sesuatu." Dia lalu menggeser tubuhnya agar wanita itu bisa cepat pergi.
"Te-terima kasih, Tuan," ucap Hanna dengan pelan. Gegas dia melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana, menuju unit apartemen sang suami yang hanya berjarak 2 unit saja dari tempat itu.
Zafran hanya diam sambil terus menatap wanita itu yang berjalan dengan gontai. Namun, tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara bentakan seorang laki-laki.
"Dari mana saja kamu?" tanya Leo dengan nada bentakan, membuat tubuh Hanna yang masih berjarak beberapa langkah darinya terjingkat kaget.
Hanna mematung dengan tubuh gemetaran. Bagaimana ini? Dia tidak bisa pergi ke mana pun sekarang, dan hanya bisa berkata jujur saja.
Zafran yang masih setia berdiri dipintu semakin menajamkan tatapannya, terutama ke arah laki-laki yang tadi membentak wanita itu.
"Su-suamiku, aku, aku tadi sedang sembunyi. A-aku tahu jika kau sedang marah besar, aku tidak ingin membuatmu semakin murka, ja-jadi aku pergi," ucap Hanna dengan pelan.
Ucapannya itu sukses membuat Zafran terkesiap dan menatap dengan tidak percaya. "Suami? Dia bilang suami?" Dia terkejut bukan main. Padahal wanita itu terlihat masih sangat muda, tetapi sudah punya suami. Lalu, yang lebih mengejutkannya lagi. Kenapa wanita bernama Hanna itu jujur dengan suaminya jika sedang bersembunyi?
"Berani sekali kau menjawab begitu yah?" tanya Leo sambil melangkahkan kakinya mendekati Hanna, dia memegang kedua bahu sang istri dengan sedikit kuat.
Hanna langsung mengernyit kesakitan saat tangan sang suami mencengkram bahunya dengan kuat. "Suamiku, ma-maafkan aku." Lirihnya dengan suara bergetar.
"Kau benar-benar harus di beri pelaja-" Leo tidak dapat melanjutkan ucapannya saat ada sebuah tangan yang menepuk bahunya.
"Tuan, bisakah saya bicara dengan Anda sebentar?"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-06-07
1
Een Nurjanah
selalu bikin nagih baca nya Thor,,ngomong"suami nya Yara rider bukan Thor😁
2023-06-07
1