"Apa! aku jadi sekertaria Paman Rafi? jadi aku bisa di samping Kak Bisma terus dong," ucap Sania bersorak ria mendengar tugasnya selama magang di kantor Rafi.
"Ia! kebetulan sekertarisku sedang cuti melahirkan selama tiga bulan. Jadi kau bisa memgantikan posisinya selama kau magang di sini. Tapi ingat! kau di sini untuk magang. Bukan untuk mengejar cinta butamu itu," ucap Rafi ketus sambil menjitak pelang kening Sania mengunakan pulpen yang ada di tangannya.
"Aw! sakit lho paman. Ia, Sania mengerti. Tapi kau mencuri kesempatan gak papa 'kan?" tanya Sania terkekeh kecil.
"Mencuri kesempatan?" tanya Rafi mengerutkan keningnya binggung.
"Bagai kata pepatah. Sambil menyelam minum air. Sambil magang di sini aku juga akan mengejar cintaku," ucap Sania tersenyum kecil.
Mendengar ucapan Sania, Rafi hanya bisa mengelengkan kepalanya pelan. Keponakannya itu memang tidak pernah mau meninggalkan kesempatan sedikitpun. Dia selalu mengunakan setiap kesempatannya untuk mendekati Bisma dengan sangat baik.
"Terserahmu saja! selagi tidak menganggu jam kerja kau bebas melakukan apapun yang kau mau," ucap Bisma membuang napasnya pelang.
"Benarkah! paman memang yang paling terbaik," ucap Sania langsung memeluk Rafi dengan penuh kebahagiaan.
"Kau ini! kau sudah besar sekarang. Jadi jangan samakan dengan dirimu yang masih bau kencur dulu. Jadi kau tidak usah selalu memeluk paman seperti ini," ucap Bisma kesal melihat sikap Sania yang selalu main asal peluk saja.
Tentu saja Rafi merasa tidak nyaman, apalagi kini Sania telah tumbuh dewasa dan juga sangat cantik. Dia tidak mau jadi bahan pembicaraan oleh orang kantor karena sering di peluk Sania. Dia takut akan timbul fitnah di tengah-tengah kedekatannya dengan Sania. Memang semua orang tau jika Sania adalah putri dari sahabatnya, akan tetapi mulut manusia itu jauh lebih berbisa dari bisa ular kobra sekalipun.
"Memangnya kenapa? aku memang sudah dewasa. Tapi paman selalu memperlakukanku seperti keponakan kecil paman dulu. Aku juga merasa nyaman dalam pelukan paman. Jadi maaf! aku tida bisa menuruti perintah paman yang satu itu," ucap Sania dengan tegas.
Enak saja dia di suruh berhenti bermanja-manja kepada pamannya yang paling pengertian yang satu itu. Tentu saja dia tidak bisa, bukan hanya Sania, Yuki dan yang lainnya juga asal main peluk saja kepada Rafi dan sahabatnya yang lainnya.
"Terserah kau saja! bicara denganmu sama saja bicara dengan burung beo. Tidak akan ada titik ujungnya," ucap Rafi membuang napasnya kesal.
"Enak saja aku di samain sama burung beo. Gini-gini aku bisa jaga rahasia. Beda dengan burung beo yang main asal bongkar rahasia tuannya saja," ucap Sania terus saja menjawab ucapan Bisma.
Beda dengan Rafi yang pusing mendengarkan jawaban yang terus meluncur di mulut Sania. Bisma malah duduk terdiam sambil memainkan pulpen di tangannya. Dia menatap lurus kedepan dengan tatapan kosongnya. Bayangan Sania yang duduk berdampingan dengan pria lain terus saja tergiang di dalam pikirannya. Dia masih tidak Terima jika Sania bisa dekat dengan orang lain. Namun, dia juga tidak punya keberaniannya untuk menyuruh Sania menjaga jarak dengan lawan jenisnya. Bisa-bisa Sania akan langsung kegeeran lalu terus menempel kepada Bisma.
"Sania! kenapa kau membuatku menjadi hilang akal seperti ini? kau memang yang paling bisa mempermainkan pikiranku," gumam Bisma memgacak-acau rambutnya frustasi.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
melihat sania dkt pria lain bisma sangat kacau pikirannya tidak rela sania sampe dkt cwok lain,,,,klo suka sania tinggal bilang aja gak gengsi bisma,,,,
2023-08-23
1
Enik Nurhayati
haduh Bisma sdh mulai galau😀
2023-06-15
1