"Permisi, Pak!" ucap Yuki mengetuk pelan pintu ruangan Aldan yang tertutup rapat.
"Masuk!" perintah Aldan dari dalam sana.
Mendengar perintah dari Aldan, Yuki langsung membukan pintu dan melangkahkan kakinya memasuki ruangan Aldan. Dia menatap Aldan yang masih fokus dengan dokumen yang ada di tangannya. Melihat kedatangan Yuki, Aldan langsung meletakkan dokumen yang ada di tangannya dan menatap Yuki yang sedang berdiri di depannya.
"Kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan seperti tadi," ucap Aldan ketus karena tidak nyaman dengan panggilan bapak dari Yuki.
"Jadi aku harus panggil apa?" tanya Yuki mengerutkan alisnya bingung.
"Terserah! asal jangan bapak atau tuan," ucap Aldan menyilangkan kakinya sambil meminum teh yang ada di mejanya.
"Em! kalau ayang beb?" tanya Yuki sambil tersenyum manja.
Uhuk.... uhukk....
Mendengar ucapan Yuki, Aldan langsung kesedak minumannya. Melihat Aldan yang kesedak, Yuki langsung berlari mendekatinya sambil memijit tengkuk leher Aldan pelan.
"Makanya kalau minum itu hati-hati," ucap Yuki.
"Sayang!" ucap Gresya main muncul saja seperti jelangkung.
Melihat kedatangan Gresya, Yuki malah terus melanjutkan pijitannya. Dia tidak memperdulikan kehadiran tunangan bosnya itu. Bahkan, dia seperti segaja ingin membuat Gresya cemburu.
"Eh! ngapain kau pegang-pegang tunanganku," ucap Gresya menepis kasar tangan Yuki.
"Aw! jadi cewek gak ada lembut-lembunya ya. Heran kenapa Kak Aldan mau tunangan dengan cewek singa sepertimu," ucap Yuki ketus sambil meniup tangannya yang terluka karena terkena kuku Gresya.
"Apa kau bilang!" ucap Gresya menatap tajam Yuki.
"Sudah! ini adalah kantor. Tolong jangan buat keributan di sini," ucap Aldan menatap tajam Gresya.
"Dia adalah mahasiswa magang. Dia bekerja sebagai sekretarisku untuk menggantikan sekretarisku yang sedang cuti. Jadi tolong jaga sikapmu itu," ucap Aldan menjelaskan.
Mendengar ucapan Aldan, Gresya hanya bisa terdiam. Aldan perlahan bangkit dari duduknya dan merapikan jasnya. Namun, Tiba-tiba dia melihat tangan Yuki yang terluka.
"Tanganmu kenapa?" tanya Aldan panik ketika melihat tangan Yuki yang mengeluarkan darah.
"Tidak apa-apa, Kak. Mungkin tadi terkena kuku kakak itu," ucap Yuki pura-pura sedang menahan sakit.
Mendengar ucapan Yuki, Aldan langsung melemparkan tatapan tajamnya kepada Gresya. Melihat tatapan Aldan, Gresya langsung memgepalkan tangannya geram sambil menatap Yuki dengan penuh kekesalan.
"Berani-beraninya kau merebut kakak tampan dariku. Maka jangan salahkan aku mengibarkan bendera perang kepadamu," batin Yuki tersenyum sinis sambil membalas tatapan Gresya.
"Sini! biar kakak obati lukamu ya," ucap Aldan mendudukkan Yuki dan mengambil plaster yang ada di kotak p3k yang selalu dia sediakan di ruangannya.
Aldan dengan penuh kelembutan menempelkan plaster itu di luka Yuki. Dia juga meniupnya kecil dengan harapan Yuki tidak merasa sakit. Melihat perlakuan Aldan kepada Yuki, Gresya langsung merasa jika Yuki sedang memanfaatkan keadaan.
"Luka sedikit saja langsung meringis. Dasar wanita lemah," ucap Gresya menatap tidak suka kepada Yuki.
Dia tidak menyangka jika sekertaris tunagannya itu sangat menyebalkan. Bahkan dia telah membuatnya kesal di pertemuan pertama mereka. Sebagai seorang wanita, Gresya tau jika banyak wanita yang ingin berasa di posisinya termasuk itu Yuki. Jadi, dia sudah bisa menebak jika Yuki memang segaja mencari perhatian Aldan.
"Kau bisa diam tidak? jika tidak lebih baik kau pulang saja. Aku masih banyak pekerjaan," ucap Aldan menatap kesal Gresya lalu kembali duduk di kursi kuasanya.
"Tapi, Sayang! aku masih ingin bersamamu," ucap Gresya manja.
"Kau dengar tidak? aku masih banyak pekerjaan. Jika kau ingin tetap di sini maka duduk saja di sana. Jangan ganggu aku," ucap Aldan kembali memperhatikan satu persatu dokumen yang ada di mejanya.
"Baiklah! aku akan menunggumu di sofa itu saja," ucap Gresya menghentakkan kakinya kesal melihat sikap dingin Aldan kepadanya.
"Silahkan saja. Tapi aku akan terus bekerja sampai jam sembilan malam. Apa kau sanggup menunggunya?" tanya Aldan menatap Gresya.
"Kalau untukmu apa yang aku tidak sanggup? jangankan menunggu sampai jam sembilan malam. Menunggumu sampai keturunan ke sembilan pun aku bisa," ucap Gresya penuh keyakinan.
"Sembilan turunan. Kak Aldan sudah jadi tua bangka dong," batin Yuki terkekeh kecil.
"Kenapa kau tertawa tidak jelas seperti itu? kau sedang menertawakanku?" tanya Gresya sambil menunjuk wajah Yuki.
"Enak saja! memangnya kau itu badut yang jadi bahan tertawaan," ucap Yuki asal sehingga membuat Gresya semakin kesal.
Sedangkan Aldan hanya bisa menahan tawanya mendengar ucapan Yuki. Jika urusan jawab menjawab memang Yuki ahlinya.
"Sudah! Yuki kau pelajari ini. Selama kau menjadi sekertarisku, kau harus melakukan semua tugas yang ada di dokumen ini," ucal Aldan memberikan dokumen yang berisi tugas Yuki selama menjadi sekertaris Aldan.
Yuki hanya terseyum mengangguk dan menerima dokumen pemberian Aldan. Dia membacanya satu persatu dengan teliti. Melihat Yuki yang sedang fokus membaca isi dokumen itu, Aldan merasa sangat gemas dengan ekspresi serius Yuki. Ingin sekali rasanya di meremas wajah imut Yuki yang terlihat sangat mengemaskan di matanya.
"What's! jadi aku harus terus berada di samping kakak selama di kantor ini?" tanya Yuki dengan raut wajah penuh semangat.
"Apa! jadi dia akan selalu berada di samping Aldan. Tidak bisa! ini tidak bisa di biarkan," batin Gresya langsung kepanasan sendiri.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Yurniati
tetap update terus thorr
2023-06-14
1
Yurniati
semangat terus Yuki, selamat berjuang,,,,,
2023-06-14
2
Enik Nurhayati
smngat yuki
2023-06-14
1