Sania duduk terdiam di kantin perusahaan Kinan. Dia duduk termenung seorang diri sambil memainkan minuman di depannya. Para karyawan Kinan hanya diam sambil menatap kecantikan Sania dari kejauhan. Memang banyak karyawan pria di sana yang terpesona dengan kecantikan Sania. Apalagi dengan keramahan Sania, membuat semua orang langsung merasa nyaman ketika dekat dengannya.
Namun, tidak ada satupun dari mereka yang berani mengoda ataupun mencoba mendekati Sania. Karena mereka semua tau Kinan bos mereka sangatlah posesif terhadap Sania. Dia selalu memperhatikan semua kegiatan Sania dan juga pria yang dekat dengannya. Tentu saja para karyawan pria memilih untuk mundur sebelum melangkah. Apalagi mengingat jika Sania adalah putri tunggal keluarga Wirawan. Pasti yang mampu bersanding dengannya hanyalah pengusaha muda setingkat Kinan.
"Kenapa ya, kemanapun aku pergi aku selalu merasa kesepian. Kapan ya Kak Bisma pulang. Aku merindukannya," gumam Sania sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Ehem! kenapa kau menyebut namaku?" ucap pria berbadan tegap dan memiliki wajah datar tanpa ekspresi yang berdiri di sampingnya.
"Siapa yang menyebut namamu? aku sedang menyebut nama pangeranku. Jadi kau tidak usah ge-er," ucap Sania ketus sambil terus fokus menatap minumnya.
"Kau menyebut namaku barusan. Kau tidak perlu banyak alasan," ucap Pria itu sambil terus memancing emosi Sania.
"Sudah aku bilang. Aku tidak menyebut namamu," ucap Sania dengan suara sedikit meninggi sambil memukul meja di depannya.
Dia menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan tatapan tajam. Namun, ketika melihat wajah pria yang telah membuatnya kesal, dia langsung membulatkan matanya terkejut. Dia mencoba mengucek matanya berulang kali, akan tetapi pria yang berdiri di depannya tetap saja sama. Dia merasa jika dia sedang mimpi di siang bolong. Bagaimana mungkin Bisma sekarang berada di depannya. Padahal baru semalam mereka bicara dan Bisma mengatakan jika pekerjaannya masih banyak. Sania langsung mencubit tangannya sendiri untuk memastikan jika dia tidak sedang mimpi.
"Aw! sakit, jadi aku tidak mimpi?" gumam Sania bertanya pada dirinya sendiri.
"Kenapa kau melihatku seperti itu? aku ini manusia bukan setan," ucap Bisma ketus sambil menatap ekspresi Sania yang begitu mengemaskan.
"Kak Bisma!" pekik Sania bersorak ria lalu melompat kepelukan Bisma.
Bisma dengan sigap menyambut pelukan Sania. Sania bergelantungan di tubuh Bisma dengan tanganya yang melingkar di leher Bisma, dan kakinya yang mengapit pinggang Bisma. Melihat kelakuan Sania, semua orang yang ada di kantin itu langsung menatapnya binggung. Bagi karyawan lama mereka langsung bisa mengenal Bisma. Sedangkan para karyawan baru langsung mengerutkan keningnya binggung melihat kedekatan Bisma dan Sania. Terlebih lagi melihat dari wajah Bisma, mereka langsung bisa menebak jika umur Bisma jauh lebih tua dari Sania.
"Kenapa kau malah bergelantungan seperti monyet di tubuhku? ayo cepat turun. Kau itu sangat berat," ucap Bisma ketus.
Walaupun sebenarnya dia merasa sangat bahagia dengan posisi itu. Namun, dia masih sayang dengan nyawanya. Jika Kinan melihat jika dia sedang memeluk anak gadisnya, sudah di pastikan Kinan akan membunuhnya waktu itu juga.
Sebenarnya setelah bicara dengan Sania, Bisma langsung terbang kembali ke kota mereka. Bisma sengaja merahasiakan kepulangannya untuk memberikan kejutan kepada Sania dan juga yang lainnya. Saat sampai ke kota mereka, Bisma langsung menemui Rafi dan melaporkan semua hasil kerjanya selama berada di luar negeri.
Suatu kebetulan, Rafi sedang ada jadwal rapat dengan Kinan siang itu juga. Jadi Rafi langsung membawa Bisma ke kantor Kinan. Sekali dayung dua pulang langsung terlampaui, itulah kata-kata yang pas untuk Bisma. Setelah menyelesaikan rapat dengan Kinan, dia malah melihat pujaan hatinya yang sedang duduk termenung di kantin seorang diri. Tentu saja Bisma tidak mau membuang-buang waktunya. Dia langsung mendekati Sania untuk melepaskan semua kerinduan yang dia pendam selama ini.
"Tidak mau! aku tidak akan mau turun, sebelum kakak mengatakan jika kakak juga mencintaiku," ucap Sania terus bergelantungan di tubuh Bisma dan menenggelamkan wajahnya di bahu Bisma.
"Turun tidak! jika kau tidak mau turun aku akan kembali lagi ke luar negeri," ucap Bisma ketus.
Mendengar ucapan Bisma, Sania langsung mengangkat kepalanya. Sehingga mereka saling bertatapan begitu dekat. Kecantikan Sania terlihat dengan jelas, sehingga membuat jantung Bisma langsung berdetak dengan kencang. Bisma menatap bibir mungil Sania yang begitu mengoda. Ingin sekali dia melahap bibir mungil itu, akan tetapi dia tetap berusaha untuk menahan dirinya.
"Brewok kakak sangat mengoda, aku sangat suka," ucap Sania tersenyum manja sambil mengelus rahang tegas Bisma yang di tumbuhi bulu-bulu halus.
"Sania!" suara briton yang terdengar sangat menyeramkan langsung terdengar di penjuru kantin itu.
Mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya. Bisma langsung menurunkan Sania dari pelukannya, dan menundukkan kepalanya tidak berani menatap pemilik suara itu. Sedangkan Sania hanya memanyunkan bibirnya penuh kekesalan karena papanya yang satu itu selalu muncul tidak tepat pada waktunya.
"Papa macam tidak pernah muda saja. Sania yakin papa juga jauh lebih parah dari kami sewaktu muda dulu," ucap Sania dengan lantangnya.
Mendengar ucapan Sania yang benar seratus persen, Kinan hanya mampu membuang napasnya kesal. Putrinya itu selalu bisa membuatnya langsung terdiam karena ucapannya yang asal ceplos saja. Sedangkan Rafi yang berada di belakangnya hanya bisa menahan tawanya. Dia merasa jika dia akan kembali melihat ekspresi kesal Kinan setiap harinya setelah ini.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
selalu skakmat .... Sania dilawan udah papa Kinan ngalah ajah Napa siiiih ...
2023-06-08
1
Enik Nurhayati
lnjut kak,smg Bisma sm Sania bs bersatu
2023-06-07
1