Dendam (Abraham)

Dendam (Abraham)

Memilih Untuk Pergi

"Aku tidak bisa hidup denganmu lagi Mas, sudah cukup selama ini aku hidup serba kekurangan dan susah seperti ini," kata Selena sambil mengemasi beberapa pakaiannya.

"Selena jangan seperti ini, Mas akan berusaha membuatmu bahagia serta berkecukupan, tapi tolong jangan tinggalkan Mas dan kedua anak kita." Timo, berusaha menghalangi sang istri supaya Selena tidak meninggalkannya. "Mas mohon Selena ...." Lirih Timo yang sekarang terlihat memegang pergelangan tangan wanita yang sudah hampir 15 tahun itu bersamanya.

Namun, hanya gara-gara Timo bangkrut dan jatuh miskin, Selena yang selama ini tidak biasa hidup susah pada akhirnya wanita itu memilih untuk pergi meninggalkan sang suami serta kedua anaknya. Dengan alasan Selena sudah tidak tahan lagi hidup serba kekurangan bersama sang suami.

"Tidak bisa! Aku harus tetap pergi dari sini Mas, urus saja Abra dan Nadia, karena mereka berdua anakmu." Selena lalu dengan kasar menepis tangan laki-laki itu. "Jangan menghalangiku kali ini untuk pergi Mas, karena aku benar-benar merasa sangat muak! Hidup dengan laki-laki sepertimu Mas." Selena sempat mendorong dada sang suami sebelum wanita itu benar-benar pergi dari rumah minimalis tempatnya tinggal selama ini dengan keluarga kecilnya.

"Selena, jangan pergi." Timo terlihat memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit. Sambil mengikuti Selena dari belakang yang terlihat terus saja menyeret koper. "Kasihan Abra dan Nadia, pasti mereka akan mencarimu saat mereka pulang sekolah nanti."

"Aku tidak peduli, Mas!" Selena kemudian terlihat mengangkat kopernya untuk segera naik ke sebuah mobil sport yang berwarna hitam, ternyata mobil itu sudah dari tadi menunggu wanita itu disana. "Jalan Pak, jangan hiraukan laki-laki ini," kata Selena sambil menutup pintu mobil itu. Namun, sebelum itu ia tadi sempat mendorong tubuh lemah Timo dengan sangat kasar sehingga laki-laki itu jatuh ke tanah, dan pemandangan yang sangat menyedihkan itu rupanya disaksikan langsung oleh Abra dan Nadia, dua anak yang baru saja pulang sekolah.

"Selena, jangan tinggalkan Mas!" seru Timo sambil mencoba untuk bangun, laki-laki itu juga rasanya ingin berlari mengejar mobil itu. Namun, apa daya laki-laki yang sedang kurang enak badan itu malah jatuh tersungkur.

"Ayah!" Abra dan Nadia langsung saja terlihat berlari menghampiri Timo yang mungkin saja sekarang laki-laki itu sudah tidak sadarkan diri.

"Kak Abra, Ayah kenapa?" Nadia yang beda satu tahun dengan Abraham menarik baju sang kakak saat gadis kecil itu bertanya seperti itu pada kakaknya.

Abraham yang ditanya hanya bisa menggeleng, karena saat ini anak yang belum genap usianya 10 tahun itu sama sekali tidak tahu apa yang saat ini telah terjadi dengan ayah mereka. Sehingga anak itu hanya bisa mengajak adiknya untuk terus saja berlari supaya mereka bisa melihat ayah mereka.

***

Setelah kepergian Selena, kehidupan Timo benar-benar sangat berantakan. Bagimana tidak, pasalnya laki-laki itu sekarang lebih banyak mengurung diri di dalam kamarnya, Timo juga tidak perduli dengan keadaan putra serta putrinya.

"Selena kembalilah padaku, aku janji akan membahagiakanmu dengan segenap jiwa dan ragaku," gumam Timo lirih sambil memegang bingkai foto sang istri. Dimana saat ini laki-laki itu terlihat berbaring di atas ranjang dengan keadaan kamar itu sangatlah berantakan.

Tidak lama terlihat Abraham masuk membawa mapan yang berisi sarapan dan segelas air minum, karena rupanya anak laki-laki itu memilih untuk libur sekolah demi menjaga serta merawat sang ayah yang sudah hampir setengah gila.

"Ayah sarapan dulu, karena tadi malam Ayah juga tidak pernah makan," ucap Abraham yang melihat keadaan Timo yang sangat memperihatinkan. "Ayah makan sarapan ini sedikit saja, asal ada yang mengganjal perut Ayah." Abraham meletakkan mapan itu di atas nakas.

Namun, Timo terlihat sama sekali tidak berniat untuk membalas serta menimpali putranya itu, dan sekarang pria itu lebih memilih untuk membelakangi Abraham tanpa mengucapka sepatah kata. Hanya ada suara nafas Timo yang terdengar tidak beraturan.

"Ayah, jangan begini terus, karena kalau Ayah begini maka siapa yang akan menjaga Abra dan Nadia?" Meski Abraham tahu kalau sang ayah tidak akan mungkin menjawabnya. Namun, anak laki-laki itu akan terus berusaha untuk mengajak Timo berkomonikasi. "Ayah ayo sarapan sedikit saja, jangan sampai Ayah tambah sakit, dan bertahankah demi Abra dan Nadia, karena kami berdua saat ini hanya punya Ayah saja."

Tidak peduli seberapa banyak kali Abraham membujuk Timo untuk sarapan. Namun, laki-laki itu tetap tidak merspon anak laki-lakinya. Sehingga membuat Abraham menghela nafas serta menghembuskannya dengan kasar.

"Baiklah, kalau begitu Abra taruh disini saja. Nanti kalau Ayah lapar tinggal makan saja," ucap Abraham yang mulai menyerah menyuruh sang ayah untuk memakan sesuap nasi.

Detik berikutnya pada saat anak laki-laki itu akan keluar dari kamar Timo, tiba-tiba saja Nadia malah masuk dengan air mata yang sudah membasahi pipi gadis kecil itu.

"Kak Abra," panggil Nadia.

Abra yang takut jika Timo akan memarahi adiknya segera mengajak Nadia untuk keluar dari sana. "Sstt, kita bicara di luar saja Nadia, nanti Ayah bangun," kata Abraham sambil menuntun gadis kecil itu untuk keluar dari sana. "Cerita sama Kakak di luar, karena Kakak takut Ayah akan terganggu dengan suara isak tangismu," sambung anak laki-laki itu.

Terpopuler

Comments

naya_handa

naya_handa

Abraham di paksa dewasa sebelum waktunya 😥😥

2023-06-04

1

naya_handa

naya_handa

😢😢😢😢

2023-06-04

1

naya_handa

naya_handa

Lagi susah d tinggal, nanti nyesel loohh 🙃

2023-06-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!