Dilema

"Nak, Ayah tidak menjualmu. Tapi …." Farhan menjeda kalimatnya. 

"Tapi apa Ayah?" Air mata sudah membanjiri pipi mulus Desta dari tadi. "Ayah memang tidak pernah sayang denganku, selama ini cuma aku yang sayang pada Ayah, tapi Ayah dengan teganya malah menjadikanku sebagai jaminan." Kini Desta merasa hatinya sangat sakit ketika wanita itu sudah tahu semuanya.

"Desta, jika kamu tidak mau tidak apa-apa, biarkan saja Ayah menghabiskan sisa hidup Ayah disini," kata Farhan yang mulai terlihat berputus asa, karena pria paruh baya itu berpikiran jika dengan cara begitu sang putri akan menuruti apa yang ia inginkan saat ini.

"Ayah sangat keterlaluan." Desta lalu pergi dengan cara berlari, karena wanita itu tidak tahu apa yang saat ini harus dilakukan.

Farhan hanya bisa melihat kepergian Desta tanpa ada niat untuk memanggil putrinya itu, sebab pria paruh baya itu ingin memberikan waktu untuk wanita itu berpikir.

"Desta, Ayah benar-benar minta maaf," ucap Farhan lirih.

Sedangkan Abraham yang dari tadi berdiri disana kini malah terlihat mengejar Desta, karena laki-laki itu ingin berbicara empat mata dengan Desta, wanita yang belakangan ini mengusik pikiran serta relung hati laki-laki arogan itu.

"Sepertinya aku harus berbicara dengannya." Abraham lalu semakin melebarkan langkah kakinya hanya untuk mengejar Desta, karena laki-laki itu juga takut jika wanita pincang itu akan keluar dari mansionnya. Disaat dirinya belum membuat kesepakatan serta perjanjian dengan Desta.

🍂🍂

Desta terlihat dengan kaki yang pincang terus saja berlari, wanita itu juga terlihat terus saja mengusap lelehan air matanya yang kian membanjiri pipi tirusnya saat ini.

"Apa-apaan ini semua, kenapa aku harus menjadi wanita penebus hutang? Apakah aku ini hanya dianggap mainan saja? Yang bisa di oper kesana-kemari." Desta terus saja berbicara pada dirinya sendiri sebelum Abraham tiba-tiba saja malah menarik tangan wanita itu. 

"Lepaskan aku, karena aku tidak punya urusan denganmu!" Desta ingin menepis tangan laki-laki itu dengan kasar. 

Namun, Abraham yang mencengkram pergelangan tangan Desta dengan sangat erat, sama sekali tidak mau melepaskan tangannya dari wanita itu. 

"Apakah kamu mau Ayahmu akan mati membusuk di penjara itu?" tanya Abraham hanya ingin mengetahui apakah Desta masih peduli dengan Farhan atau tidak saat ini.

"Aku akan membebaskan Ayahku, dengan cara mengembalikan uang yang telah Ayahku pinjam itu. Jadi, Anda Tuan Abraham yang terhormat tidak usah takut kalau aku akan kabur." Meski Desta sangat merasa kecewa dengan ayahnya. Tetapi wanita itu tidak akan mungkin membiarkan ayahnya itu untuk tetap diam di dalam jeruri besi itu.

"Aku tidak butuh uangmu Nona," kata Abraham tiba-tiba.

"Lalu apa kamu ingin tubuhku ini?" Desta menatap Abraham dengan mata yang sedikit sembab. "Katakan Tuan, apa Tuan Abraham yang begitu terhormat menginginkan tubuhku ini?"

"Tentu saja, aku ingin kamu menjadi salah satu pelayan di mansionku ini. Apa kamu setuju?" Abraham menatap dua bola mata indah milik Desta. "Hanya dengan cara begitu, aku akan membebaskan Ayahmu. Bagimana?"

Desta menunjuk dirinya sendiri. "Aku seorang model terkenal, bisa-bisanya kamu ingin menjadikanku sebagai pelayan disini, apa kamu sudah gila?"

"Pulanglah, kamu hanya perlu memikirkan apa yang tadi aku katakan, karena aku masih berbaik hati akan memberikanmu waktu tiga hari. Jika dalam tiga hari itu kamu tidak datang lagi ke sini maka, aku anggap kamu sudah menyerahkan nyawa Ayahmu itu padaku." Abraham lalu pergi setelah mengatakan itu.

🍂🍂

Desta terus saja mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, sungguh saat ini wanita itu dalam dilema karena Desta tidak tahu apa yang saat ini harus ia lakukan.

"Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku ini memang harus menjadi pelayan di rumahnya seperti apa yang laki-laki rentenir itu inginkan." Desta menghela nafas, hingga detik berikutnya ia menghembuskannya dengan kasar. "Apakah aku harus menceritakan semua ini pada Ibu Selena? Atau malah menyembunyikan ini semua?" Desta terdiam sejenak sebab ia sedang memikirkan sesuatu.

"Huh, tidak mungkin aku akan melibatkan Ibu karena dia sudah berperan sangat banyak di dalam hidupku. Tidak akan mungkin juga aku menambah beban pikiran Ibu disaat ini Elsa juga sedang ada di rumah sakit." Pada saat Desta terus saja berbicara pada dirinya sendiri, tiba-tiba saja wanita itu malah mengingat sang Ayah. Sehingga membuat Desta malah memukul stir beberapa kali, sebab wanita itu tidak tahu harus menyalahkan siapa untuk saat ini.

"Disaat aku akan bertunangan dengan Revan, kenapa hal seperti ini harus terjadi? Apakah alam semesta tidak suka melihat diriku ini bahagia?" Desta saat ini benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih. "Aku tidak suka dalam situasi seperti ini, dan sekarang siapa yang bisa menolongku jika bukan aku yang menolong diriku sendiri." Ini masalah yang begitu rumit bagi wanita itu, karena baru kali ini Desta malah disuguhkan dengan masalah seperti saat ini.

***

Ketika pagi menjelang wanita yang tadi malam telat tidur itu terlihat masih saja betah berada di bawah selimut tebal, Sehingga hembusan nafas wanita itu terdengar beraturan menandakan bahwa Desta benar-benar sedang terlelap saat ini.

Namun, tidak lama terlihat Revan sang kekasih pujaan hati Desta datang, laki-laki itu juga malah nyelonong masuk begitu saja ke dalam kamar wanita itu.

Tidak ada yang menegur Revan, karena laki-laki itu sudah sangat terbiasa keluar masuk ke kamar Desta, karena selama ini laki-laki itu dikenal sebagai pria baik-baik yang tidak akan mungkin memiliki niat tidak baik pada Desta.

Selama ini juga Selena, sang ibu angkat Desta sangat setuju jika Revan yang akan menjadi menantunya. Membuat wanita paruh baya itu sangat-sangat mendukung hubungan Desta dan Revan.

"Sayang ...." Revan berbisik sambil meniup-niup telinga Desta, ketika laki-laki itu saat ini sudah duduk di pinggir ranjang. "Ayo bangun, hari ini kita cari cincin pertunangan kita seperti kataku yang kemarin." Revan lagi-lagi berbisik pada indera pendengaran wanita cantik yang masih saja terlihat tidak mau membuka mata.

"Sayang, ini aku ayo kamu bangun." Revan menyingkirkan anak rambut Desta, sehingga pada detik berikutnya laki-laki itu malah membuat Desta mulai terusik. "Desta Sayang, ayo bangun."

Desta yang mencium aroma mint yang masuk ke hidungnya, perlahan wanita itu kini malah membuka matanya yang masih terasa sangat berat.

"Sayang, sudah jam berapa?" Desta mengejapkan matanya beberapa kali, ia juga terlihat menguap.

"Ini sudah pu kul sembilan Sayang, tidak biasanya kamu kesiangan begini. Apa jangan-jangan tadi malam kamu begadang?" Revan malah mengira kalau Desta tadi malam begadang.

"Astaga, apa memang benar sudah pu kul sembilan?" Desta langsung saja bangun. Meskipun nyawa wanita itu belum terkumpul sepenuhnya."

"Iya Sayang, memangnya ada apa?" tanya Revan sambil mengerutkan dahi.

"Aku ada pemotretan di pagi ini." Desta bergegas turun dari atas ranjangnya. "Sayang, tunggu aku di luar karena aku harus mandi." Wanita itu kemudian berlari ke arah kamar mandi meskipun kakinya masih saja pincang.

Revan yang melihat itu semua langsung saja menggeleng. "Desta, sudah tahu ada pemotretan pakai acara begadang segala," gumam laki-laki itu, sebelum ia keluar dari kamar Desta, karena ia ingin menunggu kekasihnya itu di luar saja seperti yang tadi wanita itu katakan.

Karena meskipun Revan sedekat ini dengan Desta, tetapi laki-laki itu tidak pernah macam-macam dengan Desta sebab wanita itu bisa saja meninggalkan Revan jika saja laki-laki itu macam-macam di saat status mereka masih berpacaran. Sehingga membuat Revan yang laki-laki normal malah mencari wanita lain hanya untuk memuaskan hasratnya saja tanpa diketahui oleh Desta. Lebih tepatnya kalau saja Revan memiliki wanita lain selian Desta.

***

Desta menatap Revan saat wanita itu sedang sarapan saat ini, karena raut wajah laki-laki itu terlihat sedikit berbeda.

"Sayang ada apa? Apa kamu marah karena kita nggak jadi beli cincin pagi ini?" tanya Desta sambil mengunyah sarapannya. "Sayang." Desta menggoyangkan lengan Revan.

"Aku hanya kesal kamu tidak menepati janji." Revan berdekap tangan saat ini laki-laki itu pura-pura merajuk.

"Sayang, bukan aku tidak menepati janji, tapi aku tidak tahu saja kalau hari ini akan ada pemotretan. Masa kamu ngambek gara-gara ini." Desta meletakkan kembali sendoknya, ia sekarang memegang lengan laki-laki itu. "Aku janji, setelah aku pulang nanti kita akan langsung pergi, bagimana apa kamu setuju?"

Revan tidak menjawab, laki-laki itu saat ini benar-benar pura-pura merajuk. Dapat dilihat dari ekspresi wajah kekasih Desta itu.

"Tidak usah, besok saja kalau kamu ada waktu luang." Revan masih saja cemberut.

Desta yang tidak tahu harus melakukan apalagi, supaya mood laki-laki itu kembali hanya bisa menghela nafas. Sebab masalah wanita itu saat ini sangat banyak di tambah dengan Revan yang seperti ini membuat Desta hanya bisa menguatkan diri di dalam hatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!