"Bu, Elsa kenapa?" Desta langsung saja bertanya pada Selena saat wanita itu sudah berada di ruangan rawat inap Elsa.
"Tidak apa-apa, Adikmu hanya terjatuh dari kursi roda." Raut wajah Selena terlihat biasa biasa saja. Tidak seperti apa yang tadi wanita paruh baya itu katakan melalui via telepon beberapa menit yang lalu sebelum Desta datang. "Yang tadi itu maaf, Ibu hanya panik saja. Maka dari itu Ibu sempat nangis-nagis tidak jelas padahal Adikmu Elsa tidak apa-apa."
Desta mengusap lelehan air matanya, karena wanita itu saat ini merasa jika saja Selena mungkin benar, jika saja Elsa tidak apa-apa.
"Lalu dimana Elsa sekarang, Bu?" tanya Desta sambil melihat ke arah bed yang ternyata kosong.
"Elsa sedang buang air kecil, di temani oleh salah satu suster yang tadi sempat membantu Ibu untuk mengangkat tubuh Adikmu itu." Selena bersikap dingin hanya gara-gara wanita itu melihat kedua anak yang dulu ia sia-siakan sekarang malah muncul lagi ke hadapannya. Membuat mood wanita paruh baya itu berantakan seperti saat ini.
Hening ....
Dua menit, tiga menit ... hingga lima menit.
Anak dan ibu itu saat ini sedang larut dalam pikiran mereka masing-masing, sehingga pada detik berikutnya Selena terdengar membuka suara terlebih dahulu.
"Kamu nggak kerja?" tanya wanita itu.
"Kerja Bu, tapi aku sudah pulang," jawab Desta berbohong karena dirinya tidak akan mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Selena.
"Kamu dari tadi Ibu lihat, kenapa ekspresi wajahmu seperti itu terus? Apa ada masalah?" Selena yang memang sudah mengadopsi Desta sejak masih kecil merasa agak sedikit berbeda saat melihat wajah putrinya itu.
Desta menggeleng kuat. "Tidak ada masalah Bu, aku hanya memikirkan bagimana nanti ketika aku sudah menikah dengan Revan apakah Ibu dan Elsa akan baik-baik saja tanpa aku." Wanita itu sekarang menatap Selena lekat-lekat.
"Bukan waktu yang tepat kamu membicarakan ataupun memikirkan tentang masalah pernikahanmu itu," ucap Selena meraih tangan Desta. "Ibu memang menginginkan kamu menikah dengan Revan, tapi jangan dalam waktu dekat ini."
"Aku akan bertunagan sekaligus menikah dengan Revan, Bu. Dimana hari serta bulan dan tahunnya sudah kami berdua tentukan." Desta malah terdengar membahas masalah pertunangan serta pernikahannya dengan Revan, yang mungkin saja akan di adakan satu bulan lagi.
"Des, kamu tidak melibatkan, Ibu?" Raut wajah Selena yang kecewa sangat terukir dengan sangat jelas saat ini.
"Bu, bukankah dulu Ibu yang sudah menentukan tanggal, bulan serta tahunnya? Lalu kenapa Ibu malah bertanya seperti itu?" Desta malah balik bertanya pada Selena.
"Benarkah?" Wanita paruh baya itu terlihat mengertkan keningnya.
Desta mengangguk, dan pada saat wanita itu akan menjawab Selena, Elsa kini malah terlihat keluar dari dalam toilet yang ada di dalam ruang rawat inap gadis itu.
"Kak Desta." Tiba-tiba saja suara Elsa sudah terdengar memanggil nama Desta.
"Elsa." Desta langsung saja berjalan ke arah Elsa yang kursi rodanya sedang didorong oleh suster. "Kamu tidak apa-apa?"
"Aku baik, Kak," jawab Elsa.
Desta saat itu juga langsung saja berlutut di depan kursi roda Elsa, karena sungguh saat ini wanita itu benar-benar mengkhwatikan keadaan gadis itu. Meskipun Desta dan Elsa tidak memiliki hubungan darah. Tapi percayalah Desta sangat-sangat menyayangi gadis yang serba kekurangan itu. Tidak seperti gadis-gadis pada umumnya dan seusia dengan Elsa.
***
Setelah mengetahui keadaan Elsa baik-baik saja kini Desta terlihat malah kembali mengendarai mobilnya dan tentu saja tujuan wanita itu saat ini adalah mansion Abraham.
Namun, sebelum itu tadi Desta sempat membeli makanan serta minum untuk sang Ayah, karena rupanya wanita itu percaya begitu saja dengan kalimat Farhan saat pria paruh baya itu mengatakan kalau merasa lapar serta haus.
"Ayah, aku memang merasa marah dan kesal denganmu, tapi aku tidak bisa pungkiri kalau saat ini hati kecilku merasa kasihan denganmu." Meski Desta tidak dibesarkan oleh Farhan, tetapi percayalah wanita itu juga sangat-sangat menyayangi sang ayah.
Desta juga terlihat mulut wanita itu terus saja komat-kamit, hanya untuk berdoa semoga pria paruh baya yang saat ini ada di dalam jeruji besi tidak apa-apa.
"Hidupku kini malah semakin rumit, entah kedepannya apa yang akan terjadi denganku," gumam Desta pelan. "Seandainya Ibuku masih hidup, mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi." Rupanya ibu kandung Desta sudah tidak ada semenjak wanita itu baru saja di lahirkan ke dunia ini. Sehingga sekarang membuat Desta malah merindukan sang ibu, karena sebaik apapun Selena memperlakukan dirinya tetap hanya ibu kandunglah tempat ternyaman untuk menceritakan semua hal.
🍂🍂
Desta terlihat menghela nafas saat wanita itu kini melihat Abraham yang saat ini sedang duduk santai di ruang tamu.
"Waktumu masih 2 setengah hari lagi, tapi sekarang kamu sudah datang saja," kata Abraham tanpa melihat Desta.
"Aku hanya datang kesini membawakan Ayahku makanan saja, karena kata Ayahku dia kelaparan dan kehausan," timpal Desta sambil mengangkat keresek yang berwarna hitam. "Mungkin saja di mansion semewah dan semegah ini Tuan Abra tidak memiliki stok makanan, sehingga membiarkan Ayahku kelaparan." Desta lalu terlihat melangkahkan kakinya untuk berbalik, setelah wanita itu merasa kalau dirinya sudah memberitahu Abraham tentang kedatangan dirinya yang hanya ingin membawakan sang ayah makanan saja.
"Siapa yang mengizinkanmu, untuk membawa makanan ke sini?" tanya pria arogan itu.
"Aku hanya ingin membawakan makanan ringan, buka membawa bom." Desta terus saja melangkahkan kakinya untuk keluar dari mansion itu, karena saat ini tujuan wanita itu pergi ke ruang bawah tanah, untuk segera membarikan sang ayah makakan yang ada di dalam keresek hitam itu.
"Aku tidak akan mengizinkanmu masuk." Suara Abraham berhasil membuat Desta menghentikan langkah kakinya. "Iya, aku tidak akan mengizinkanmu masuk," ucap Abraham yang kini malah mengulangi kalimatnya.
"Dasar manusia yang tidak punya hati." Desta yang merasa kesal dengan Abraham, tidak mempedulikan laki-laki itu lagi, sehingga membuat wanita itu malah akan kembali melangkahkan kakinya.
Namun, tiba-tiba saja Arga yang entah datang darimana malah menarik pergelangan tangan wanita itu.
"Nona, jangan membuat suasana hati Tuan Abra malah menjadi berantakan. Tolong dengarkan saja dia," kata Arga.
Desta menepis tangan Arga. "Aku hanya ingin memberikan ini pada Ayahku, apa aku salah?" Desta membuka keresek hitam itu, sehingga terlihat jelas semua isinya. "Jika kamu tidak membiarkan aku bertemu dengan Ayahku, maka tolong bawakan ini untuknya karena aku tidak mau jika Ayahku malah akan mati kelaparan di dalam jeruji bisi milik Tuanmu itu." Desta lalu memberikan Arga keresek itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments