"Apa Bapak sudah menghubungi putri Bapak itu?" tanya Abraham saat melihat Farhan sudah di kurang oleh Arga di dalam jeruji besi.
"Tuan, saya mohon jangan sakiti putri saya." Tiba-tiba saja Farhan malah mengatakan itu. Bukannya menjawab pertanyaan Abraham. "Jangan libatkan ini semua dengan putri saya, karena kasihan putri saya itu," sambung Farhan.
"Kasihan? Lalu kenapa Bapak malah menjual putri Bapak dengan dalih kalau putri Bapak itu diadopsi?" Abraham tersenyum sinis, pada saat dirinya menanyakan itu pada Farhan.
"Darimana Tuan tahu?" Farhan malah balik bertanya pada Abraham, dengan mimik wajah yang begitu shock karena pria baruh baya itu tidak percaya kalau Abraham akan mengetahui semua itu. Sehingga membuat Farhan langsung saja berpikiran bahwa Abraham memang benar-benar laki-laki yang tahu tentang semua hal.
Sedangkan Abraham yang ditanya malah tertawa dengan sangat keras. "Apa Bapak lupa tentang siapa saya ini?"
Farhan menggeleng kuat. "Ampun Tuan, saya tidak bermaksud tidak tahu tentang Anda. Tapi ... rupanya desas-desus yang selama ini saya dengar memang benar apa adanya." Farhan sekarang malah semakin dibuat takut oleh sosok Abraham, laki-laki beralis tebal serta sorot mata yang selalu saja tajam.
"Jika dalam waktu 24 jam putrimu belum juga datang ke sini maka, dapat aku pastikan kalau Bapak beserta putri tercinta Bapak itu akan mengalami hal yang tidak pernah Bapak bayangkan sebelumnya." Dengan kekuasan yang dimiliki maka dapat dipastikan apa yang Abraham katakan tidaklah main-main.
"Tuan, apa yang harus saya lakukan?" Farhan bertanya sambil terus saja menatap Abraham.
"Bapak hanya perlu menyuruh putri Anda itu untuk datang sendiri kesini, maka dengan cara begitu nyawa Bapak dan putri Anda akan aman," jawab Abraham sebelum laki-laki itu pergi dari sana membiarkan Farhan sendirian. Tidak lupa juga laki-laki itu sempat memberikan Farhan sebuah ponsel yang sudah Abraham stel sedemikian rupa. Dimana ponsel itu akan langsung padam ketika Farhan sudah mengatakan beberapa kalimat saja. Sehingga membuat Abarham tidak perlu merasa takut jika Farhan akan mengatakan sesuatu hal yang bisa membuat darah pria arogan itu mendidih.
"Pak, jangan katakan apapun pada putri Bapak, cukup Anda hanya perlu mengatakan kalau Bapak ada disini," ucap Arga yang baru saja datang, karena tangan kanan Abraham itu bertugas untuk mengawasi pria baruh baya itu dari jarak dekat. "Ayolah, Bapak segera hubungi putri Anda, supaya Tuan Abra tidak melakukan apapun terhadap Bapak," sambung Arga.
Membuat Farhan yang tidak punya pilihan lain pada akhirnya menghubungi putrinya dengan cepat, karena sejujurnya pria paruh baya itu juga masih sangat menyanyagi nyawanya sendiri. Sehingga dirinya tidak mau mati konyol di tangan pria yang sangat arogan itu.
***
Di kamar yang hanya ada lampu kamar tidur, terlihat Desta sedang merebahkan tubuhnya yang terasa sangat penat.
"Huh, rasanya hari ini benar-benar sangat melelahkan." Desta menarik selimutnya serta langsung saja memejamkan mata, karena ia merasa bahwa dirinya harus benar-benar beristirahat jika dirinya ingin tubuhnya kembali fit seperti sedia kala. Ditambah kakinya yang sempat terkilir kini merasa mulai agak sedikit mendingan, tidak seperti saat wanita itu masih di rumah sakit.
"Astaga." Desta langsung saja menepuk jidatnya sendiri sambil membuka matanya lagi, karena dirinya baru mengingat kalau sang ayah sempat menghubungi dirinya ketika distudio pemotretan tadi. "Apa Ayah juga merindukanku, seperti aku merindukannya? Sehingga Ayah tumben-tumbenan menghubungiku, karena biasanya selalu aku saja yang menghubungi Ayah terlebih dahulu." Kini berbagai pertanyaan mulai timbul di dalam benak wanita itu. Sehingga membuat Desta malah kembali bangun dari tidurnya dan segera duduk sambil bersandar.
"Sepertinya aku harus benar-benar menghubungi Ayah, siapa tahu Ayah sedang butuh duit," gumam Dasta yang sekarang terlihat meraih benda pipihnya yang ada di atas nakas. "Semoga nomor ponsel Ayah aktif, karena setahuku nomor ponselnya sangat jarang sekali aktif." Desta segera mencari kontak sang ayah.
Namun, pada saat Desta sudah menemukannya wanita itu segera mencoba menghubunginya. Tetapi, pada saat itu juga mimik wajah Desta yang tadi terlihat sedikit berseri-seri kini malah menjadi cemberut hanya karena nomor ponsel sang ayah tidak aktif.
"Padahal tadi aku sudah memberitahu Ayah kalau aku akan menghubunginya, setelah aku selesai pemotretan tapi kenapa sekarang nomor ponsel Ayah tidak aktif?" Pada saat Desta terus saja bertanya pada dirinya sendiri, tidak lama tiba-tiba saja terdengar suara ponselnya yang berdering.
Desta sempat terdiam sejenak sebelum wanita itu mengangkat panggilan telepon itu, karena wanita itu rupanya ragu sebab tidak ada nama si pemanggil di ponselnya.
"Apa aku harus mengangkatnya, atau membiarkannya saja terus berdering?" tanya Desta pada dirinya sendiri. Tetapi, detik berikutnya karena wanita itu merasa penasaran Desta malah mengangkat panggilan telepon itu, meskipun di dalam benaknya ia masih saja sedikit merasa agak ragu. "Aku harus mengangkatnya, biar aku tahu siapa yang menghubungiku ini," gumam Desta pelan.
Pada saat Desta sudah mengangkat panggilan telepon itu, ia begitu terkejut karena mendengar suara sang ayah dari seberang telepon.
"Desta, apa bisa kamu datang ke sini 'Nak?" tanya pria paruh baya yang ternyata adalah Farhan.
"Ayah ... Ayah, ini nomor siapa?" Desta malah bertanya balik pada sang ayah. "Ayah, bagaimana Ayah bisa menggunakan nomor lain? Apa Ayah sudah mengganti nomor ponsel?" Deretan pertanyaan Desta sama sekali tidak niat dijawab oleh Farhan, karena pria paruh baya itu tidak akan mungkin bicara terlalu banyak panjang lebar.
"Desta, dengarkan Ayah jangan bertanya dulu karena Ayah ini hanya ingin kamu datang ke alamat ini saja," ucap Farhan.
"Alamat? Memangnya Ayah ada dimana?" Desta bertanya sekali lagi.
"Kamu tahu hutan lindung yang ada di sekitar kota Jakarta ini? Jika kamu tahu maka datanglah karena Ayah sekarang ada disini. Kamu tinggal datang saja."
"Sedang apa Ayah disana?" Desta mengerutkan dahi sebab wanita itu heran kenapa Farhan malah ada di hutan lindung.
"Datang saja Desta, Ayah akan menunggumu disini." Sesaat setelah mengatakan itu suara Farhan langsung saja tidak terdengar.
"Ayah, Ayah ... Ayah, halo Ayah ...." Desta terus saja memanggil Farhan, tapi orang yang dipanggil di seberang sana ponselnya sudah padam dengan sendirinya.
"Ayah, ini pasti ada yang tidak beras," kata Desta pelan. Lalu wanita itu terlihat turun dari atas ranjangnya, karena tujuan wanita itu saat ini dirinya harus segera pergi ke hutan lindung. "Aku harus pergi ke sana." Desta kemudian terlihat berjalan ke arah lemarinya, karena wanita itu ingin mengambil mantelnya
sebab malam ini cuacanya sangatlah dingin. Sehingga membuatnya harus memakai jaket yang tebal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments