20 tahun kemudian, Abraham kini sudah menjadi pria yang sangat gagah dan begitu arogan. Pria itu juga kini sudah sukses menjadi seorang CEO di perusahaannya sendiri di saat usianya sudah 30 tahun.
"Permisi Tuan, meeting akan segera dimulai," kata Arga sang asisten dan sekretaris di perusahaan itu. Namun, lebih tepatnya Arga adalah tangan kanan Abraham yang baru saja masuk ke ruangan laki-laki yang berwajah datar serta sedingin kulkas sembilan pintu itu. "Tuan apa Anda mendengarkan saya?" tanya Arga hanya untuk sekedar memastikan, karena ia tahu Abraham sering kali membatalkan meeting secara mendadak. Sehingga membuat Arga harus menanyakan segala sesuatu terlebih dahulu pada tuannya itu.
"Cari tahu tentang gadis yang bernama Desta ini, aku mau nanti siang biodatanya sudah ada di atas mejaku ini." Abraham malah membahas masalah lain, ketimbang ia menjawab pertanyaan Arga.
"Tuan, bukan saatnya kita membahas masalah wanita disaat kita harus meeting, tolong Anda bersikaplah profesional dalam hal ini," kata Arga memperingati Abraham. "Karena kali ini semua CEO yang sudah ada bantu dalam hal keuangan akan ikut serta meeting. Jadi, saya sangat berharap Anda harus fokus ke meeting dulu, baru Anda bisa bahas masalah lain."
Abraham yang merasa kesal dengan kalimat Arga, dengan cepat mengambil berkas materi yang harus laki-laki itu bawakan ketika meeting nanti. "Cari tahu tentang wanita ini Agra, sebelum aku mengenalmu secara hidup-hidup." Abraham lalu terlihat keluar dari ruangannya, setelah laki-laki itu mengatakan itu semua pada Agra, karena saat ini Abraham sangat ingin tahu tentang wanita yang tadi ia maksud itu.
"Huh, Tuan Abra memang tidak pernah bisa berubah," gumam Arga pelan sambil menghela nafas. Sebab laki-laki itu tahu kalau keinginan tuannya itu tidak dituruti maka semua yang ada di perusahan itu pasti kena imbasnya termasuk dirinya. Jadi, mau tidak mau Arga harus segera mencari tahu tentang wanita yang tadi dimaksud oleh Abraham itu.
Meskipun sejujurnya saat ini Arga tidak bisa membiarkan tuannya itu pergi sendirian ke ruang meeting. Namun, mau bagaimana lagi ketimbang semuanya menjadi kacau, Arga pada akhirnya memutuskan untuk segera pergi mencari tahu tentang wanita itu.
***
Di rumah elit yang bisa di sebut juga seperti istana layaknya di negeri dongeng terlihat Selena, wanita paruh baya yang kulitnya masih saja terlihat kencang sedang sarapan dengan kedua anaknya.
"Bu, apa sebaiknya Elsa kita bawa berobat ke luar Negeri saja?" tanya Desta seorang gadis yang baru saja berusia 25 tahun itu.
"Desta, lanjutkan sarapanmu jangan membuat adikmu bersedih." Selena sudah sering kali memperingati Desta, supaya gadis itu tidak terus-terusan meminta dirinya untuk membawa Elsa pergi berobat ke luar Negeri, karena Selena tahu kalau Elsa putri yang ia dapat dari almarhum Antonio itu sudah memiliki kelainan semenjak anak gadis itu masih ada di dalam kandungannya.
"Tapi Bu, kasihan jika Elsa terus-terusan selalu duduk di kursi roda seperti ini terus, di saat dirinya pasti ingin seperti gadis pada umumnya." Desta tidak menghiraukan tatapan Selena. Sehingga membuat gadis itu terus saja mengatakan kalimat itu berulang-ulang kali.
"Desta, bukankah hari ini adalah jadwal pemotretan-mu. Maka sarapanlah dan setelah itu langsung pergi." Selena yang sangat menyayangi Desta melebihi anaknya sendiri mengatakan itu. Supaya dirinya tidak kehilangan kendali untuk memarahi gadis itu. "Ibu rasa juga, Revan sudah menunggu-mu di teras depan."
Desta yang mendengar nama Revan disebut oleh sang ibu langsung saja segera menghabiskan sarapannya, tanpa mengucapkan sepatah kata karena gadis itu saat ini tidak mau jika saja kekasih hatinya itu menunggu dirinya terlalu lama. Mengingat kalau sosok Revan sangat anti yang namanya menunggu.
Revan juga adalah laki-laki yang tidak seperti pada umumnya, karena laki-laki itu terkesan lebih cuek dan tanpa sepengetahuan Desta rupanya kekasih hatinya itu ada main di belakangnya bersama wanita lain.
Beberapa saat setelah sarapannya sudah habis tidak tersisa, Desta terlihat berdiri dan langsung saja mencium pipi Selena yang ada di sebelahnya, ia juga sempat mencium pipi Elsa supaya adiknya merasakan kasih sayangnya.
"Dadah Elsa, diam di rumah sama Ibu. Kakak mau berangkat kerja dulu." Meski Selena adalah orang terkaya nomor dua di Negara ini. Namun, Desta masih saja tetap memilih untuk bekerja menjadi seorang model. Gadis itu juga tidak pernah menghiraukan kalimat-kalimat miring yang masuk ke indera pendengarannya.
🍂🍂
"Sayang, maafkan aku jika kamu lama menungguku," ucap Desta ketika gadis itu sudah masuk ke dalam mobil Revan.
"Lain kali jangan lama-lama, kamu sendiri sudah tahu kalau aku ini tidak suka menunggu." Revan menimpali sambil menyetir mobilnya supaya bisa cepat meninggalkan halaman rumah Selena yang begitu luas.
"Iya, aku janji Sayang." Desta terlihat bergelayut manja di lengan Revan. "Gimana, apa uang yang kamu minta itu sudah kamu ambil?" tanya Desta tiba-tiba, saat gadis itu baru saja mengingat kalau Revan kemarin meminjam uangnya.
"Hm, sudah aku ambil. Ini kartu ajaibmu aku kembalikan lagi." Revan menjawab sambil mengembalikan kartu black card milik Desta. "Aku cuma pinjam 100jt, nanti pasti akan aku kembalikan kalau aku punya uang."
Desta langsung menggelang kuat. "Hubby, tidak usah dikembalikan, bila perlu simpan saja kartu ini untukmu karena aku masih punya tiga di dalam dompetku." Desta malah mengembalikan kartu unlimited yang hanya dimiliki oleh sebagian orang itu.
"Benarkah?" Mata Revan langsung saja berbinar-binar bahagia, karena laki-laki mata duitan itu sangat senang.
"Iya Sayang, kamu ambil saja." Desta mengangguk sambil tersenyum menatap Revan.
***
Kembali ke perusahaan Abraham, kini laki-laki itu terlihat langsung saja duduk di kursi kekuasaannya. Saat meeting yang ia bawa hari ini tanpa bantuan Arga berjalan dengan sangat lancar.
Abraham juga terlihat langsung saja mengangkat sudut bibirnya, pada saat dirinya melihat biodata tentang Desta sudah ada di atas meja kerjanya saat ini.
"Kerjamu memang sangat bagus Arga, kali ini aku tidak akan pernah meragukannya lagi." Abraham terlihat memutar-mutar pulpen yang ada tangannya.
"Apa perlu saya bacakan biodatanya, untuk Anda Tuan?" tanya Arga.
"Tidak usah, kamu pergi saja dari ruanganku karena hari ini kamu sudah bekerja dengan sangat baik." Abraham mengibas-ngibaskan tangannya.
Arga bukannya pergi, laki-laki itu malah terlihat mendekat ke arah Abraham. "Tuan, perusahan yang dikelola oleh Nyonya Selena, sebagian sahamnya di kabarkan akan dijual," kata laki-laki itu tiba-tiba dengan suara setengah berbisik.
Abraham terlihat malah semakin melebarkan senyumannya. "Beli saham itu, berapapun harganya Arga. Jangan sia-siakan kesempatan emas ini," timpal Abraham.
🍂🍂
Halo kakak² ini novel ke 9 aku ya, tolong di like dan komen. Jangan lupa juga kasih bintang 5 beserta satu tangkai 🌹🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments