Nadia terlihat terus saja menatap Selena sehingga membuatnya malah menjadi mengingat bayangan sang ibu 20 tahun yang lalu kini malah terngiang-ngiang kembali dipelupuk mata adik kesayangan Abraham itu.
Tepat 20 tahun yang lalu.
🍂🍂
"Bu, Nadia lapar," ucap gadis kecil yang terus saja menggoyangkan tubuh Selena yang pada saat itu sedang tertidur pulas di atas ranjang. "Bu, lapar ...," rengek gadis kecil itu lagi.
"Tidak bisakah kau cari sendiri saja!" ketus Selena yang malah kembali memperbaiki posisi tidurnya, karena sungguh wanita itu sudah tidak mau mengurus kedua anaknya lagi. Semanjak dia tahu kalau perusahaan suaminya serang di ambang kehancurkan.
Kemungkinan besar juga Selena sudah tahu kalau pasti Timo, sang suami akan segera jatuh miskin membuat wanita itu merasa harus cepat-cepat mencari pria pengganti, yang secara materi bisa memenuhi kebutuhannya yang memang Selena adalah wanita tidak bisa hidup serba kekurangan. Membuatnya harus sedia payung sebelum hujan lebih tepatnya Selena merasa harus memiliki laki-laki cadangan yang kaya-raya sebelum dirinya memutuskan untuk meninggalkan Abraham dan kedua anak mereka.
"Bu, di dapur tidak ada makanan apa pun yang bisa Nadia makan." Nadia lagi-lagi terlihat menggoyangkan tubuh Selena.
"Kurang ajar!" bentak Selena yang malah mendorong Nadia, sehingga membuat gadis kecil itu jatuh dengan bok*ng yang terbentur cukup keras di atas lantai yang sangat dingin itu. Tapi untung saja Nadia tidak apa-apa dan terlihat langsung merangkak ingin kembali mendekati sang ibu.
Meskipun tadi Nadia di dorong dengan cukup keras, tetapi gadis kecil itu sama sekali tidak merasa kapok untuk mendekati Selena.
"Nadia sangatlah lapar, Bu." Lagi dan lagi Nadia terdengar merengek. "Nadia lapar ...." Nadia beberapa kali malah mengulangi kalimat itu-itu saja.
"Cari makan sendiri! Kamu sudah besar punya kaki untuk berjalan dan tangan untuk mengambil apapun yang kamu mau, sana pergi jangan manja!" bentak Selena lagi yang sekarang bangun dan menendang perut Nadia dengan sangat kasar. Sehingga membuat gadis kecil itu terpental cukup sangat jauh, karena tadi Selena menendang perut putrinya cukup keras.
"Ibu!" jerit Nadia sambil memegang perutnya yang sekarang terasa sakit.
"Keluar!" Selena sekarang terdengar malah mengusir Nadia. "Aku bilang keluar!" Wanita itu menunjuk dengan tangan kirinya.
"Nadia." Abraham yang mendengar itu rupanya tadi langsung saja segera berlari menuju kamar sang ibu.
Namun, apa yang anak laki-laki itu melihat membuat dirinya begitu terkejut. Saat melihat tubuh kecil Nadia malah tergeletak di lantai sambil memeluk perut serta meringis kesakitan.
"Apa yang Ibu lakukan?" tanya Abraham yang sekarang membantu Nadia untuk bangun. Abraham juga terlihat menatap Selena yang juga sedang menatapnya dengan sinis.
"Bawa Adikmu itu keluar dari kamar ini!" Selena menunjuk pintu keluar tanpa mau menjawab pertanyan Abraham.
"Keluar kalian berdua anak s*alan!"
Abraham langsung saja membawa adiknya untuk segera keluar dari sana, karena Abraham memaklumi kalau belakangan ini mood Selena sering berubah-ubah seperti saat ini.
"Kita keluar," kata Abraham yang berbisik di telinga Nadia.
"Nadia lapar, Kak Abra." Lirih gadis kecil itu. "Ibu belum masak," sambung Nadia.
Abraham lagi-lagi berbisik di telinga Nadia. "Kakak buatkan bubur, ayo kita segera ke dapur."
Nadia terlihat mengangguk sambil melangkahkan kakinya untuk segera keluar dari kamar Selena.
🍂🍂
Saat adik dan kakak itu sudah sampai di dapur, Abraham langsung saja menyuruh Nadia untuk duduk. Sementara itu dirinya akan membuatkan adiknya semangkuk bubur.
"Duduk dulu karena Kakak mau membuatkan-mu bubur," kata Abraham yang mencoba mencari beras untuk membuatkan sang adik bubur tersebut.
"Kak Abra," panggil Nadia pada saat gadis kecil itu melihat kalau Abraham sedang terlihat mencari beras.
"Iya Nadia, ada apa?" tanya Abraham.
"Beras sudah habis, Kak," jawab Nadia sambil menunduk karena tadi, sebelum ia ke kamar Selena Nadia rupanya sudah terlebih dahulu ke dupur itu tadi. Hanya untuk melihat apakah di dapur itu ada yang bisa dimasak.
Namun, nyatanya di dapur itu malah tidak ada apa-apa yang bisa di makan bahkan di masak, karena disana hanya ada garam serta sedikit gula.
Rupanya Selena dua minggu belakangan ini sama sekali tidak pernah masuk ke dalam dapur itu. Sebab wanita itu lebih memilih memesan makanan via online hanya untuk dirinya saja. Tanpa memperdulikan maupun memikirkan suami serta kedua anaknya lebih tepatnya Selena bersikap bodo amat pada keluarga kecilnya itu.
"Kak Abra, tidak ada beras." Nadia malah mengulangi kalimatnya, karena ia melihat Abraham terus saja mencari beras. Meskipun tadi ia sudah memberitahu kakaknya itu.
"Nadia, Kakak sedang mencari gandum karena kemarin Kakak masih melihatnya tinggal sedikit disini. Tidak apa-apa 'kan, kamu Kakak buatkan bubur dari gandum saja jika beras tidak ada?" Abraham mengatakan itu karena memang benar kemarin dirinya melihat ada sedikit sisa gandum di dapur itu.
Sejujurnya Abraham tidak tahu apakah gandum itu bisa dijadikan bubur atau tidak, tapi yang jelas anak laki-laki itu akan membuatkan sang adik apa saja yang bisa dimakan. Daripada Nadia nanti sakit perut berkelanjutan jika gadis kecil itu tidak makan.
Sedangkan Nadia yang ditanya langsung saja mengangguk sambil tersenyum dengan sangat manis, karena gadis kecil itu sudah benar-benar sangat lapar.
"Kak Abra, Kakak yang luar biasa." Nadia terlihat bertepuk tangan dengan antusias. Saat melihat Abraham berhasil menemukan gandum itu.
"Tunggu sebentar Adik, Kakak yang manis." Anak laki-laki itu sempat mengelus pipi sang adik dengan penuh kasih sayang, dan mungkin saja jika tidak ada dirinya entah bagaimana nasib Nadia karena selama ini dirinyalah yang memberikan perhatian penuh pada gadis kecil itu.
Semenjak sikap sang ibu mulai berubah, yang dulu sangat perhatian dan penyayang kini malah berbanding balik dengan sikap Selena yang dulu.
"Kak kira-kira, kalau Ibu hamil lagi Kakak mau Adik cewek atau cow–" Belum selesai kalimat Nadia tiba-tiba saja suara Selena dan Timo terdengar bertengkar hebat di dalam kamar. Sehingga membuat mulut Nadia langsung saja bungkam.
"Nadia, tutup kuping kamu." Abraham langsung saja menyuruh Nadia untuk menutup kupingnya, supaya suara perdebatan orang tua mereka tidak didengar oleh gadis kecil itu. "Tutup kupingmu, dan Nadia harus ingat jangan pernah melepaskan kedua tanganmu itu dari kupingmu jika Kakak belum menyurhmu, oke." Sesaat setelah mengatakan itu Abraham langsung saja bersenandung kecil dengan tangan yang terus saja telaten membuatkan bubur untuk gadis kecil itu.
Nadia yang memang patuh hanya bisa mengiyakan sang kakak, karena gadis kecil itu juga tidak mau mendengar perdebatan antara Timo dan Selena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments