Sebutan Ayah

"Kenapa Adelia menangis?" tanya Agam yang langsung menghampiri mereka, Adelia yang tadi memeluk erat leher sang ibu kini langsung berpindah, merentangkan tangannya ingin digendong oleh Agam sambil terus menangis.

Vany dan Yana tak menjawab apa-apa dan mereka hanya saling melihat dan kembali melihat ke arah Agam yang terlihat langsung memeluk Adelia.

"Sudah jangan nangis, nanti cantiknya hilang," ucap Agam mengelus rambut putrinya, air mata yang jatuh setetes demi setetes dari mata putrinya membuat Agam menatap Vany, Agam tak suka akan hal itu.

"Ada apa? Kenapa Adelia menangis? Apa kakinya masih sakit?" tanya Agam membuat Vany pun menggeleng.

"Lalu kenapa?" tanya Agam lagi saat Vany tak menjawab apa yang ditanyakannya.

"Adelia tak mau pisah denganku, dia ingin ikut ke kantor. Anda tahu sendiri kan aku tak mungkin membawanya, aku biasanya menitipkan pada Yana, tapi entah mengapa kali ini Adelia tak mau."

"Ya iyalah dia nggak mau, dia kan lagi sakit Vany!dia pasti butuh perhatian kamu, kamu ini ada-ada saja mau ninggalin dia," ucap Agam membela putrinya dan Vany yang jadi kena marah.

"Tapi kan aku harus ke kantor," sanggah Vany tak ingin disalahkan. "Jika aku ga kerja, aku bosa di pecat."

"Kamu bekerja di kantorku. Mengapa tak melaporkannya padaku, aku bisa memberikanmu izin."

Mendengar itu Vany hanya menggaruk kepalanya dan kembali melihat ke arah Yana. Yana melihat Vany dengan bingung, ia belum tahu jika Adelia adalah anak dari Agam, ia masih terus bertanya-tanya dalam hati akan hal itu.

"Ya sudah, Adelia mau ikut ke kantor?" tanya Agam membuat anak itu yang sudah berhenti menangis walau masih sesekali sesegukan pun mengangguk.

"Hari ini ikut ayah ke kantor, ya."

"Ayah?" ucap Adelia yang mendengar kata ayah yang diucapkan oleh Agam.

Yana yang mendengar hal itu mencubit lengan Vany dan bertanya apakah Agam memang ayah anaknya melalui sorot matanya. Vany mengerti arti dari tatapan Yana. Vany pun menggangguk, jika sudah seperti ini tak ada yang harus ditutup-tutupi lagi.

"Iya, Sayang. Aku ini ayahmu, ayah kandungmu, maaf ya ayah baru datang. Mulai sekarang Adelia panggil aku ayah, ya," ucapnya membuat Adelia pun kembali mengangguk dan ia kembali menangis. Namun, tangis bahagia.

"Jadi Adelia punya ayah?" tanyanya di selah isak tangisnya. Agam kembali mengangguk dan ikut terharu dengan tangisan putrinya.

"Iya, Sayang. Mulai sekarang Adelia panggil ayah ya, jika Adelia perlu sesuatu Adelia tinggal minta sama ayah," ucap Agam membuat anak itu pun mengangguk dan memeluknya erat.

"Ayah?" panggil Adelia masih terisak kecil. Agam membalas pelukan putrinya, ia merasa sangat senang saat mendengar Adelia memanggilnya ayah.

Agam langsung meninggalkan Yana dan Vany yang masih berdiri mematung di tempatnya, Agam berlalu di hadapan mereka, ia akan membawa Adelia ke kantor.

Vany yang menyadari jika Agam sudah pergi meninggalkannnya langsung berpamitan pada Yana. Ia juga berlari menyusul mereka. Namun, begitu Vany sudah sampai di depan apartemen, ia melihat mobil Agam sudah melaju pergi meninggalkannya membawa Adelia.

"Yah, kok aku ditinggal." Vany tak punya pilihan lain selain pergi sendiri ke kantor.

Vany bertanya-tanya dalam hati, apakah Agam marah padanya karena membuat putrinya menangis, itukah sebabnya dia meninggalkannya? Vany bisa melihat tatapan Agam tadi saat ia datang dan melihat putrinya menangis.

"Mengapa dia marah? Aku tak pergi ke sembarang tampat dan meninggalkannya. Aku bekerja untuk kami juga, Kan."

Begitu sampai di kantor Vany tak melihat Adelia. Apakah putrinya itu ada di ruangan bosnya, ia sangat ingin mengeceknya. Namun, jabatannya yang hanya karyawan biasa tak mungkin masuk ke ruangan pemimpin perusahaan tersebut tanpa ada alasan yang jelas.

"Kalian sudah dengar gosip nggak?" tanya Vanessa yang tiba-tiba berlari masuk ke ruangan divisi mereka.

"Gosip apa?" tanya yang lainnya.

"Katanya pak Agam punya anak," ucapnya membuat mereka semua terkejut karena yang mereka tahu Agam belum menikah.

"Kamu jangan sembarangan bicara, mana mungkin. Pak Agam kan belum menikah?" tanya yang lainnya.

"Beneran dan anaknya itu sudah besar, usianya sekitar 5 atau 4 tahun, aku dengar sendiri tadi anak itu memanggilnya ayah, kalau bukan anaknya lalu anak itu siapa? Kenapa anak itu memanggil pak Agam dengan sebutan ayah?"

Walaupun Vany sudah tahu jika yang bersama bosnya itu adalah anaknya, tetap saja ia jiga ikut terkejut, ia tak menyangka Agam tetap meminta Adelia memanggilanya dengan sebutan ayah saat mereka berada di kantor.

Kabar Agam memiliki seorang putri tersebar dengan cepat di kantor tersebut. Bagaimana tidak Agam selalu membawa Adelia kemanapun ia pergi, bahkan Adelia terang-terangan memanggil Agam dengan sebutan ayah dan bisa didengar mereka semua. Begitupun dengan Bram yang memanggilnya dengan sebutannya putriku.

Agam bahwa membawa Adelia ke ruang rapat, Adelia yang masih terluka membuat Agam terus menggendongnya ke sana kemari. Mengabaikan tatapan para karyawannya.

Rekomendasi

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

nah itu baru ayah tanggung jawab

2024-05-07

0

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

cepat lamar lagi ibunya Adelia,Gam 😄

2023-06-14

0

qeeraira

qeeraira

hayooooo ayahnya Adelia marah tuh 🤭🤭 anaknya dibuat nangis

2023-06-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!