Pembuktian Agam

Agam tak membuang waktu lagi, Ia langsung menemui dokter kenalannya dan memberikan sampel Adelia dan juga dirinya, ia ingin mencocokkan apakah gadis kecil yang bersama Vany adalah anaknya. Walau dalam hatinya ia yakin. Namun, agar lebih yakin lagi Ia ingin melakukan tes DNA tersebut.

"Kapan hasilnya bisa keluar?" tanya Agam pada dokter kenalannya tersebut.

"Aku aku usahakan secepatnya. Aku akan menghubungimu jika hasilnya sudah keluar, tetapi siapa anak ini. Mengapa kamu tiba-tiba ingin melakukan tes DNA?"

"Aku pernah menikahi ibunya 5 tahun yang lalu, setelah itu kami tak pernah bertemu lagi. Aku menikah sangat singkat dengannya karena sebuah alasana. Aku tak bisa menjelaskannya secara detail, tapi yang jelas aku yakin jika anak itu adalah anakku. Aku ingin membuktikannya agar bisa mengambil tindakan ke depannya, ayah dan ibuku juga sudah tahu mengenai hal ini dan mereka juga setuju."

"Melakukan tes DNA memang sangat tepat, jika melakukan tes Ini 99% hasilnya tak akan diragukan lagi dan ini juga bisa dijadikan sebagai bukti tertulis jika dia memang anakmu."

"Aku tak ingin apa-apa dari hasil tes DNA ini selain mengetahui di anakku atau bukan. Walaupun dia anakku aku tak akan memisahkannya dari ibunya, aku sudah sangat bersalah selama ini tak pernah ada untuk mereka. Vany dan putrinya mau memaafkan menerimaku itu sudah cukup. Putriku mau mengakuiku sebagai ayah saja itu sudah membuatku bahagia. Aku tak akan memisahkannya dari ibunya apapun keadaannya.

Setelah menemui dokter tersebut, Agam pun kembali ke ruangan ayahnya, di mana saat ini ayahnya sedang beristirahat, sedangkan sang ibu sendiri hanya duduk di sofa yang ada di ruangan itu sambil membaca majalah.

'Bagaimana? Apa yang dikatakan dokter?" tanya Sari begitu melihat anaknya masuk ke dalam ruangan perawatan suaminya.

"Dokter akan segera melakukan tesnya, kita tunggu saja hasilnya."

"Semoga saja hasilnya positif dan Adelia memang adalah putrimu, jika itu benar tolong bawa dia dalam keluarga kita, Nak. Nikahi kembali ibunya dan bahwa mereka sebagai keluarga di keluarga kita. Ayahmu pasti sangat senang dan kembali bersemangat untuk sembuh dengan melihat Adelia.

"Tentu saja, Bu. Jika Adelia memang adalah putriku, aku akan membawanya pada kalian. Kalian adalah kakek dan neneknya."

"Oh ya. Apa kamu bisa membawa Adelia untuk menemui ayah, walau hasilnya belum keluar?" tanya ibu yang sudah tak sabar mempertemukan suaminya dengan cucu mereka.

"Akan aku usahakan, Bu. Saat ini hubunganku dengan ibunya tak begitu dekat, kami bahkan baru bertemu hari ini."

"Ibu tahu, tapi melihat dari sikap anak itu dia wanita yang baik, dia pasti mau mengizinkan Adelia untuk bertemu dengan ayahmu. Apalagi jika dia tahu ayahmu sangat ingin bertemu dengan Adelia," ucap Sari membuat Agam pun mengangguk. Mereka berbicara dengan sangat pelan, takut jika sampai membangunkan Pak Sofyan yang sedang beristirahat.

Pak Sofyan sudah dirawat sebulan lebih di rumah sakit itu, tetapi kondisi Pak Sofyan belum juga membaik, bahkan siang tadi kondisinya sempat memburuk. Bersyukur ia sudah kembali lebih baik."

"Baiklah, Bu. Ibu tak apa-apa kan aku tinggal ke kantor dulu?" ucap Agam membuat Sari pun mengangguk kemudian Agam pun terlalu meninggalkan rumah sakit tersebut, saat dalam perjalanan ia mencoba menghubungi Vany atau yang mereka kenal dengan Febri.

Vani yang baru tiba di kediamannya melihat nomor baru yang memanggil lponselnya, awalnya ia mengabaikan. Namun, panggilan itu sangat mengganggu, membuat Vany pun memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, ini siapa?" tanya Vany yang saat ini sedang menggendong Adelia yang sedang tertidur dan dengan hati-hati membawa putrinya ke kamar sambil satu tangannya memegang ponsel.

"Halo, Vany ini aku, Agam. Kamu di mana sekarang?" tanyanya.

Vany terkejut saat mendengar nama Agam. Dari mana Agam mendapat kontaknya. Ia belum pernah memberikan nomor ponselnya pada Agam.

"Halo Vany, kamu masih mendengar ku, Kan?" tanya Agam saat tak mendengar jawaban dari Vany.

"Iya, Pak. Aku baringkan Adelia dulu ya, Pak. Kami baru saja tiba dirumah," ucap Vany begitu mereka sudah sampai di kamar anaknya. Ia pun meletakkan ponsel di atas nakas dan meletakkan Adelia dengan hati-hati di kasurnya, anak itu masih tertidur hingga Vany pun menyelimutinya.

Setelah dirasa aman, Vany kembali mengambil ponsel dan keluar dari kamar tersebut.

"Halo, Pak. Maaf ya, hari ini aku tak bisa ke kantor. Aku mungkin bisa ke kantor besok, Pak."

"Jangan pikirkan pekerjaanmu dulu, pikirkan Adelia saja."

"Baik, Pak. Terima kasih banyak," ucap Vany merasa bersyukur ada Agam di sekitarnya. Ia merasa beruntung saat mengetahui jika Agam adalah bos mereka, jika mungkin bukan Agam, ia tak akan diizinkan dengan untuk libur padahal ia masih baru di kantor mereka. Ada rasa senang di hatinya saat mengetahui jika Agam sampai saat ini belum menikah. Ia masih ingin bagaimana tadi Agam bersikap pada Adelia.

"Kirim alamatmu. Aku ingin menjenguk Adelia sepulang kantor nanti."

"Tidak usah, Pak. Adelia sudah baik-baik saja, kok. Besok dia pasti sudah lebih baik."

"Berikan saja, aku tunggu. Kirim lewat pesan," ucap Agam kemudian langsung mematikan panggilannya. Vany yang melihat panggilan Agam sudah terputus, mau tak mau akhirnya pun mengirim alamat mereka.

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

semoga vany mengizinkan bertemu ayahnya agam

2024-05-06

0

qeeraira

qeeraira

Adelia coming soon ketemu kakeknya🤭
**Agam masih tetap sama,, keras dan tidak bisa dibantah..
**semangat Vani ✊✊✊

2023-06-13

2

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

yuhuuu sebentar lagi mereka pasti bersama🤗

2023-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!