Pertemuan Kembali

"Duduklah." Agam berdiri dari duduknya dan menghampiri sofa, mempersilahkan Vany untuk duduk di sofa. Vany yang tak tau harus bersikap apa hanya mengikuti Agam saja.

"Bagaimana kabar kamu, Vany?" tanya Agam.

"Baik, Pak," jawab Vany singkat.

"Aku dengar dari temanku jika kamu hanya 5 bulan tinggal di kontrak itu?"

"Iya, aku mendapatkan pekerjaan yang jaraknya cukup jauh dari kontrak itu, dan kebetulan aku bertemu dengan teman yang baik dan mengajakku tinggal bersama di rumahnya.

"Lalu … Sekarang kamu tinggal dimana?"

"Aku sudah punya apartemen sendiri, walaupun hanya apartemen sederhana."

"Aku senang bisa bertemu denganmu lagi. Jika kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa hubungi aku." Agam mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Vany.

Vany terkejut saat ponselnya berdering..

"Itu nomorku. Simpan! Kamu bisa menghubungiku kapan saja."

"Mendengar itu Vany hanya mengangguk, ia masih belum bisa menguasai debaran jantungnya.

Agam terlihat santai mengajaknya berbincang, tapi tidak dengan Vany yang masih merasa canggung.

"Maaf, Pak. Aku ada pekerjaan. Apa boleh aku kembali bekerja?"

"Tentu saja, ini memang masih jam kerja."

Vany langsung berjalan cepat keluar dari ruangan atasnya itu, dengan perasaan berkecamuk. Ia masih tak percaya apa yang terjadi hari ini. Ia bertemu kembali dengan Agam dan Agam ternyata bosnya. Ia juga tak menyangka jika Agam masih bersikap sama seperti dulu padanya, saat pertama kali bertemu. Walaupun kini hubungan mereka sebatas bawahan dan atasan.

"Febri, tunggu!" Panggil Dimas yang sejak tadi menunggu Vany.

"Ada apa, pak?"

"Apa yang kalian bahas? Apa yang kamu bicarakan dengan pak Agam?"

"Tak ada yang penting, Pak! Pak Agam hanya menyapa ku saja."

"Menyapa? Apa kalian pernah saling kenal?"

"Iya, kami pernah bertemu 5 tahun yang lalu dan baru bertemu lagi saat ini, Pak." Vany berusaha menjelaskan jika mereka tak memiliki hubungan seperti apa yang ada didalam pikiran asisten bos-nya itu di bagian divisinya.

"Kamu yakin? Apa hanya saling menyapa?"

"Iya, Pak. Hanya menanyakan kabar dan aku tinggal di mana saja."

"Apa pak Agam tak membahas masalah pekerjaan?"

"Hmmm tidak, Pak."

"Baiklah, kembali bekerja!" Dimas kembali ke mejanya, walaupun semua terasa aneh, tapi ia mencoba percaya dan mengabaikan semuanya.

****

Saat jam istirahat, mereka semua sedang menikmati makan siang mereka di kantin kantor. Semua hadir termasuk Vany dan semua taman divisinya. Karena rancangan dari divisi mereka yang berhasil mendapatkan persetujuan untuk pengembangannya, maka pak Rahman berencana akan mentraktir mereka semua di salah satu restoran bintang lima malam ini. Mereka semua bersorak gembira.

"Eh ada, Pak. Agam," ucap Vanessa menunjuk ke arah pintu masuk.

Mereka semua menoleh pada CEO baru mereka itu, walaupun masih sangat muda mereka semua menghormati Agam sama seperti mereka menghormati pak Sofyan, yang tak lain adalah Ayah Agam sendiri.

"Pak Agam tampan banget, sih!"

"Iya, moga aja selain tampan dia juga baik, sama seperti ayahnya," timbal yang lain.

Para wanita terus mengagumi ketampanan bos mereka, begitupun dengan Vany. Sejak pertama bertemu ia akui jika Agam memang sangat tampan.

Sesaat kemudian mereka terkejut saat Agam berjalan ke arah meja mereka.

"Eh … apa Pak Agam melihat ke arah meja kita?" tanya Vanessa membuat para pria yang tadi kembali fokus pada makanan mereka juga kembali menoleh ke arah Agam dan benar saja. Agam sedang berjalan ke arah mereka.

Pak Rahman dan Dimas yang merupakan orang yang memiliki jabatan paling tinggi diantara mereka semua, berdiri menyambut bos mereka.

"Selamat siang, Pak." sapa pak Rahman.

"Siang, apa aku boleh bergabung dengan kalian?"

"Tentu saja, Pak," pcap pak Rahman dan Dimas secara bersamaan dan mempersilahkan Agam duduk di salah satu kursi dan kebetulan berdekatan dengan Vany.

Mereka mengobrol mengenai rencana kerja mereka. Sesekali Agam melirik ke arah Vany, walaupun tak kentara, tetapi Dimas bisa melihat sikap mereka.

'Ada yang aneh dengan mereka berdua! Sebenarnya apa hubungan mereka,' batin Dimas meronta saking penasarannya.

Agam menghampiri mereka saja sudah sangat aneh, terlebih lagi sikap Agam yang sangat perhatian pada Vany di meja itu.

Ponsel Vany berdering dan itu adalah panggilan dari Yana.

"Maaf, Pak. Aku angkat telepon dulu," pamit Vany.

"Ada apa, Yana?"

"Febri, apa kamu masih bekerja?"

"Iya, ada apa?"

'Aku sekarang ada di rumah sakit."

"Apa rumah sakit?" Mendengar kata rumah sakit dan Yana yang menelponnya membuat ia langsung berpikir buruk pada Adelia.

"Aku sekarang ada di rumah sakit, Adelia terjatuh dari perosotan, cepat kemari, ya! Febri, kamu jangan panik. Kondisinya tak separah yang kamu pikirkan, tapi Adelia terus menangis mencari kamu."

"Baik, aku ke rumah sakit sekarang." Vany langsung mematikan panggilannya dan menghampiri rekannya. Vany izin pada Pak Rahman.

"Kamu mau kemana?"

"Maaf, Pak. Anak saya masuk rumah sakit. Pekerjaan kantor akan saya bawa pulang dan kerjakan di rumah sakit, Pak."

"Ga usah, jaga saja anakmu. Hari ini kamu tak usah pikiran pekerjaan," ucap pak Rahman.

Walaupun pak Rahman adalah orang yang paling disiplin, tapi ia berhati lembut. Seorang anak sedang sakit maka yang paling ia butuhkan adalah ibunya.

'Apa? Anak? Apa Vany sudah menikah lagi dan punya anak,' batin Agam yang melihat Vany terbaru-buru meninggalkan kantin kantor.

Sesaat setelah vany pergi Agam juga pamit pada mereka, hal itu semakin membuat Dimas penasaran.

Terpopuler

Comments

Rosmaliza Malik

Rosmaliza Malik

harap agam tak jadi nikah dengan tunangan dulu

2024-05-02

0

Zainab Ddi

Zainab Ddi

semoga Agam.mengantar Vani Ketu adel

2024-05-06

0

farida@AD84💜🍉🌱🏠🇵🇸

farida@AD84💜🍉🌱🏠🇵🇸

wah...anak kamu Agam...itu mantu isteri kamu ..janda kembang...

2023-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!