Malam Panjang

"Kamu mau kemana? Apa sudah ada tujuan?" tanya Agam, walaupun mereka baru bertemu, tapi mereka sudah menikah secara agama. Agam meraja jika ia punya tanggung jawab atas Vany. Ia sendiri sebenarnya masih tak mengerti apa yang terjadi dengannya, ia hanya menabrak Vany dan tiba-tiba Vany kini sudah menjadi istrinya.

Namun, apapun alasannya, apapun penyebab pernikahan mereka ia tetaplah suami dari wanita yang kini terlihat putus asa yang duduk di sampingnya.

Agam tak sejahat itu untuk meninggalkannya di pinggir jalan setelah mengucapkan kalimat talaknya.

"Aku tak tahu, aku tak mengenal siapapun di kota ini. Aku juga baru datang ke sini, aku tak tahu apa-apa tentang kota ini, tapi aku yakin aku punya tempat di salah satu sudut kota ini dan aku akan berusaha mencari tempat itu. Aku bukanlah gadis yang lemah, aku baik-baik saja. Terima kasih banyak sudah membantuku keluar dari masalahku," ucap Vany melihat ke arah Agam dengan senyumannya.

Agam melihat dompet Vany yang sejak tadi dipegangnya, ia pun langsung mengambil dompet tersebut melihat isinya yang hanya beberapa lembar uang yang menurutnya itu sama sekali tak cukup untuk tinggal di kota, terlebih lagi Vany belum memiliki tempat tinggal dan juga pekerjaan.

"Pasang kembali sabuk pengamanmu," ucap Agam saat tadi Vany sudah siap untuk turun dan membuka sabuk pengamannya.

Vany mengambil dompet yang diberikan oleh Agam dan menuruti apa yang Agam katakan untuk memasang kembali sabuk pengamannya, walau ia tak tahu apa dan mengapa Agam kembali memintanya untuk memasang sabuk pengaman ia tetap melakukannya.

"Kita mau kemana?" tanyanya Vany saat Agam kembali melajukan kendaraan.

"Aku punya teman tak jauh dari sini, dia punya kontrak. Aku akan membawa kamu ke sana, aku tak mungkin meninggalkan kamu dijalan di kota yang baru kamu kunjungi."

"Tapi ...."

"Tak ada tapi, aku ini suamimu saat ini. Aku akan memberikan rumah yang layak untukmu."

Mendengar itu Vany hanya terdiam, ia memang sama sekali tak tahu menahui tentang kota itu, di mana ia bisa mencari tempat tinggal dan pekerjaan apa yang harus ia lakukan untuk bertahan hidup. Ia pernah mendengar jika ibu kota lebih kejam dari ibu tiri, apakah ibu kota juga lebih kejam dari paman sendiri.

Vany tercengang saat Agam membawanya ke sebuah kontrakan yang menurutnya lebih dari cukup bahkan lebih bagus dari rumah pamannya.

"Aku sudah membayar 1 tahun kedapan, selama 1 tahun kamu bisa tinggal disini."

"Terima kasih."

"Baiklah, aku pulang dulu. Aku masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."

Saat Agam ingin pergi tiba-tiba hujan turun lebat membuat ia memutuskan untuk menginap dan akan melanjutkan perjalanannya besok pagi saja, mengingat hari juga sudah hampir tengah malam.

Bukan hanya memberikan rumah, Agam juga memberikan Vany uang sepuluh juta. Sisa cas yang semalam diberikan pada paman Vany sebagai mahar. Awalnya Vany menolak, tapi Agam memaksa membuat Vany pun menerima uang tersebut.

Vany yang merasa Agam sudah banyak membantunya dan mengatasnamakan jika dia adalah suaminya, membuat Vany juga ingin membalas kebaikan Agam. Ia ingin memberikan apa yang paling berharga yang ia miliki.

Sesuatu yang memang seharusnya diberikannya sebagai seorang istri kepada suami.

Awalnya Agam menolak saat Vany ingin menyerahkan kesuciannya pada Agam. Namun, Vany juga mengatakan jika Agam berhak atas tubuhnya dan Vany ingin menyerahkan apa yang memang sudah menjadi hak Agam.

Hubungan mereka sudah sah dan Agam pria normal. Mereka pun menghabiskan malam panjang malam itu sebagai pasangan suami istri, ditemani suara hujan dan suhu dingin.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***