Kamu Vany, Kan?

"Agam?" lirih Vany saat melihat pria yang baru saja masuk adalah Agam yang dikenalnya.

Ya, dia adalah Agam mantan suaminya dan mantan suaminya ternyata adalah bosnya.

Rapat pun dimulai, semua berjalan seperti rapat pada umumnya, sesekali Agam memberi pendapat tentang penjelasan mereka.

Satu divisi telah selesai menjelaskan rencana kerja mereka untuk kedepannya, begitupun dengan divisi lainnya. Semua berjalan dengan lancar hingga tiba saatnya giliran dari divisi Vany yang akan menjelaskan remcana kerja tim nya, dan kali ini karena orang yang biasa tampil dan mempresentasikan misi dari divisi mereka tak bisa, maka Vany yang ditunjuk untuk mewakilinya.

Vany yang sejak tadi masih terkejut berusaha untuk menetralkan degup jantungnya, walaupun hubungan mereka sudah berakhir entah mengapa bertemu Agam setelah sekian lama membuat ia merasa sangat gugup.

"Febri bisa, kan?" bisik Dimas yang bisa melihat kegugupan di wajah Vany.

"Iya, Pak. Saya bisa," ucap Vany setelah menguasai dirinya, ia harus bisa memberikan yang terbaik untuk divisinya, ia tak mau hanya karena hal itu menjadi pertimbangan dari tim mereka untuk menerimanya bekerja, mengingat saat ini ia masih menjadi pegawai magang.

Vany mempresentasikan apa yang sudah dijelaskan Dimas tadi, mereka semua mengangguk dan mendengarkan apa yang Vany ucapkan, begitupun dengan Agam yang sejak tadi melihat layar laptopnya, meneliti presentasi yang dibawakan oleh Vany, tanpa melihat ke arah orang yang mempresentasikannya.

Setelah selesai Vany pun tetap berdiri di tempatnya, karena biasanya Agam akan menanyakan beberapa pertanyaan sama seperti divisi yang lainnya yang lebih dulu mempresentasikan hasil kerja mereka.

Dimas ikut berdiri di samping Vany, bersiap untuk menerima beberapa pertanyaan dari bos mereka.

"Vany?" ucap Agam yang baru menyadari jika orang yang sejak tadi berbicara adalah Vany, pantas saja ia sangat familiar dengan suaranya. Namun, keseriusannya memeriksa materi yang ada di laptop yang membuat ia tak menyangka jika orang yang mempresentasikan tersebut memang benar adalah Vany.

"Maaf, Pak. Namanya Febri," ucap Dimas cepat.

"Febri?" tanya Agam lagi melihat Vany dengan kening berkerut, karena ia yakin ia tak salah mengenali orang. Wanita yang berdiri di depannya adalah Vany.

"Iya, Pak. Saya Febri karyawan magang di perusahaan ini, saya baru bekerja dua hari yang lalu, Pak," jawab Vany gugup, ia belum siap bertemu dengan Agam, pertemuan mereka yang secara tiba-tiba membuat ia tak tahu harus berpikir apa, haruskah dia menyapa Agam atau berpura-pura tak mengenalnya.

Mendengar itu Agam hanya mengangguk dan kembali melanjutkan rapat mereka, menanyakan beberapa pertanyaan yang belum ia pahami mengenai penjelasannya.

Dimas sebagai orang yang menyusun rencana tersebut menjelaskan semuanya secara detail, membuat Agam pun setuju dan hari itu presentasi yang terpilih adalah dari divisi mereka.

Rapat selesai, mereka semua meninggalkan ruang rapat begitupun dengan Agam dan juga Vany. Keduanya sama-sama merasa ada yang aneh yang mereka rasakan. Ini pertemuan pertama mereka di kantor itu dan itu suksek membuat agam tak tenang, walau pertemuan mereka sangatlah singkat. Namun, ia yalin Jika Febri adalah Vany.

"Mengapa namanya Febri?" Pertanyaan itu terus berada di benaknya, hingga ia memutuskan untuk meminta data dari karyawannya yang bernama Febri tadi, ia meminta pada sekretarisnya tadi yang juga ikut dalam rapat tersebut. Dalam sekejap data-data Vany sudah ada di laptopnya.

"Benarkan, aku tak salah mengenalmu. Kamu adalah Vany," gumam Agam saat melihat nama Vany Febriana ada di sana.

Sementara itu perasaan yang sama juga dialami oleh Vany, ia tak tenang dia masih bingung harus bersikap apa, karena wanita yang semalam yang dilihatnya dan dipikir adalah istri atau tunangan Agam ternyata hanyalah sekretarisnya.

"Febri, kamu dipanggil pak Agam ke ruangannya," ucap Dimas yang tiba-tiba menghampiri Vany.

"Aku, Pak? Ada apa?" tanya Vany panik.

"Aku juga tak tahu ada apa. Apa pak Agam ingin menanyakan masalah rencana kerja kita, ya. Akan tetapi kenapa dia hanya memanggilmu, tak juga memanggilku?"

"Mungkin saja, Pak. Apa sebaiknya Bapak juga ikut, takutnya dia ingin menanyakan beberapa hal tentang kerjasama kita. Aku kan tak terlalu tahu banyak, Pak," ucap Vany membuat Dimas pun mengangguk setuju, kemudian keduanya pun pergi ke ruangan Agam yang berada di lantai teratas gedung tersebut.

Kedatangan mereka disambut oleh sekretaris cantik yang bernama Nagin.

"Masuklah, Pak Agam sudah menunggumu," ucap Nagin ramah dan langsung mengantar mereka menuju langsung ke ruangan Agam, membukakan pintu untuk mereka dan mempersilahkan mereka untuk menghampiri Agam yang sedang duduk di meja kebesarannya.

"Kamu Vany, kan?" tanya Agam begitu melihat Vany berdiri di hadapannya, membuat Vany gelagapan, ia tak tahu harus berjawab apa. Vany dan Dimas saling menatap mendengar ucapan Agam.

"Vany Febriana, itu kamu, kan?" tanya Agam lagi membuat Vany pun kali ini mengangguk.

Agam melihat kartu identitas yang tergantung di leher Dimas, ia bisa membaca nama Dimas di sana.

"Dimas, aku ingin bicara dengan Vany, keluarlah," ucap Agam membuat Dimas pun mengangguk, walau ia bingung ia tetap melangkah keluar menuruti apa yang diperintahkan oleh bosnya.

Dimas keluar dengan banyak pertanyaan di kepalanya, salah satunya mengapa bos mereka memanggil Febri dengan nama Vany dan apa hubungan mereka.

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

hubungan yg blm usai

2024-05-06

0

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

aku ikut degdegan Van 🤭

2023-06-08

1

Deriana Satali

Deriana Satali

Bisa jadi Agam nggak jd menikah dgn pacarnya dulu, ayo Vany ksh tahu keberadaan Adel

2023-06-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!