Kebahagiaan Adelia

Vany terdiam, ia masih ragu untuk mengakui semuanya. Namun, sepertinya Agam sudah tahu tanpa ia mengatakannya.

Agam menarik tangan Vany dan menggenggamnya. "Aku tahu tanpa kamu menjawabnya, Adelia putriku, kan?."

"Maaf, aku tak memberitahumu. Aku pikir kamu sudah menikah, aku hanya tak mau mengganggu kehidupanmu, kamu sudah terlalu banyak membantuku selama ini," lirik Vany menunduk, setetes air mata jatuh di pelupuk matanya mengingat bagaimana perjuangannya hidup di kota yang baru dan dengan kondisi yang hamil, bahkan terkadang hinaan datang dari orang-orang di sekitarnya, mengatakan jika dia adalah wanita nakal yang hamil diluar nikah, karena saat itu Vany hamil sambil kuliah dan tak ada seorang pria yang menemaninya.

"Ibu, kenapa menangis?" ucap Adelia membuat Vany pun langsung mengusap air matanya.

"Ibu nggak nangis, Nak. Ini mata ibu perih, ada debu sepertinya ibu terlalu sibuk dan lupa membersihkan rumah," ucap Vany mencari alasan membuat anaknya pun mengangguk dan kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Paman, apa Paman akan sering datang, Kan?" tanya Adelia membuat Agam pun mengangguk.

"Yeyyy ...." Adelia bersorak, ia sangat senang jika Agam selalu datang dan menemaninya.

Sore itu Agam menemani Adelia bermain bahkan Agam yang memandikannya saat sore hari. Vany melihat bagaimana putrinya itu terlihat senang, dan dekat dengan ayahnya ikut senang. Putrinya pasti akan lebih senang lagi jika mengetahui Agam adalah ayahnya.

Malam hari Agam ingin pulang. Namun, Adelia menahannya.

"Paman, mau kah membacakan dongeng untukku?" ucapnya saat Agam menggendong Adelia untuk masuk ke dalam kamarnya, dimana waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 malam sudah waktunya Adelia untuk tidur dan Agam harus pulung.

"Tentu saja, tapi Adelia harus tidur, ya," ucapnya membuat Adelia pun mengangguk dan memejamkan matanya saat Agam menyelimuti dan mulai membacakan cerita dongeng.

Vany hanya mengintip dari balik pintu melihat Agam bersama dengan putrinya.

Baru saja Agam membacakan ceritanya, Adelia sudah terlelap sambil memeluk tangannya.

Dengan perlahan Agam melepaskan genggaman tangan putrinya, mengusap dan mengecup keningnya. "Maaf ya, Nak. Ayah pulang dulu, tapi ayah janji akan membawamu pulang bersama dengan ibumu. Kita bertemu dengan kakek dan nenek, ayah akan memberikan kebahagiaan yang selama ini seharusnya kau dapatkan dari ayah," gumam Agam mengusap rambut Adelia yang sudah menutup matanya.

Setelah dirasa putrinya itu sudah tertidur pulas. Agam pun keluar dan menghampiri ada Vany yang duduk di sofa yang ada di depan kamar Adelia.

"Apa Adelia sudah tidur?" tanyanya membuat Agam pun mengangguk dan ikut duduk di samping Vany.

"Vany, apa boleh aku membawa Adelia?" tanya Agam membuat Vany sangat terkejut.

"Apa? Kamu ingin membawa putriku?" tanya Vany dengan mata melotot.

"Kamu jangan salah paham dulu, maksudku apakah boleh aku membawa Adelia untuk bertemu dengan ayah dan ibuku? Ayah sudah sadar dan ingin bertemu dengan Adelia, aku sudah menceritakan jika kita pernah menikah 5 tahun yang lalu, sejak pertama melihat Adelia, aku yakin jika dia adalah anakku."

"Kamu tak akan memisahkanku kan dengan Adelia? Walau sekarang kamu sudah tahu jika Adelia adalah putrimu."

"Apa menurutmu aku sekejam itu memisahkanmu dari anakmu? Walau ia anakku, tapi kamu yang selama ini membesarkannya, kamu mengandungnya tanpa ada aku di sampingmu. Adelia memang anakku, tapi sepenuhnya dia adalah milikmu."

Mendengar itu Vany bernapas lega, salah satu yang ditakutkannya adalah jika sampai Agam menggunakan kekuasaannya untuk memisahkan mereka, jika sampai itu terjadi, ia tak bisa berbuat apa-apa selain bisa pasrah.

"Terima kasih, aku sangat menyayangi Adelia dan hanya dia satu-satunya yang aku miliki di dunia ini."

"Aku tahu, aku sangat tahu akan hal itu. Jadi, kamu tak usah khawatir aku melakukan hal itu, aku hanya ingin membahagiakan kalian berdua, aku tak akan menyakiti kalian dengan memisahkan kalian."

"Kapan kamu mau membawa Adelia?"

"Kapanpun kamu mengijinkan, lebih cepat lebih baik."

"Ya sudah kamu boleh membawanya kapanpun kamu mau."

Mendengar itu Agam sangat senang, ia pun akan berencana akan membawa Adelia besok setelah pulang bekerja dan Vany juga setuju.

"Ya sudah, kalau begitu aku pulang dulu," ucap Agam kemudian ia pun berlalu dan meninggalkan apartemen Vany.

****

Pagi hari drama pun terjadi saat Adelia menangis dan tak ingin ditinggalkan oleh Vany di rumah penitipan Yana. Ia merengek ingin ikut jika ibunya ingin pergi bekerja, Adelia tak ingin di tinggalkan.

"Tapi, Nak. Ibu tak bisa membawamu, ibu harus bekerja," ucap Vany mencoba membujuk Adelia. Namun, putrinya itu terus saja menangis dan tak mau jika di tinggal. Adelia memeluk erat lehar Vany, ia tak mau berpindah ke gendongan Yana.

"Ada apa ini?" tanya seseorang yang tiba-tiba menghampiri mereka.

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

nah ada papa agam

2024-05-07

0

qeeraira

qeeraira

hayooooo yang jemput Adelia udah dateng tuuuh 🤭🤭
**Agam jemputnya jadi plus plus 😁😁 jemput Adelia plus ibunya 😅😅😅
**lanjuuuut ka M Anha 🤗🤗🤗

2023-06-13

0

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

pasti Agam yang datang

2023-06-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!