Memulai Dari Awal

Pagi hari Agam terbangun dan melihat tubuhnya yang tak mengenakan sehelai kain pun di atas tempat tidur, ia memijat kepalanya saat mengingat apa yang terjadi semalam. Pernikahan mereka hanyalah sebatas kesepakatan dan saling menolong, mengapa ia sampai merenggut sesuatu yang sangat berharga bagi seorang wanita.

Agam melihat di sampingnya, Vany terlihat masih tidur pulas, ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hari ini ia harus kembali ke kediamannya.

Begitu Agam keluar, ia melihat Vany yang sedang membereskan tempat tidur mereka, mengganti sprei dan juga merapikannya.

"Kamu sudah bangun?" tanya Agam yang tak tahu harus menyapa Vany dengan pertanyaan apa, kecanggungan membuatnya bodoh, jelas-jelas ia sudah melihat Vany berdiri di depannya masih saja ia bertanya apakah ia sudah bangun atau tidak.

Vany yang melihat penampilan Agam sudah rapi hanya mengangguk. "Kamu sudah mau pergi, ya?" tanya Vany, kini bergantian Agam yang mengangguk.

Agam duduk di sisi tempat tidur yang baru saja dirapikan oleh Vany. Vany pun duduk di sampingnya dengan rambut yang diselipkan di samping telinga, rambut yang masih sangat acak-acakan. Ia baru saja bangun dan langsung memakai baju serta merapikan tempat tidur, ia belum sempat untuk mandi apalagi berdandan.

"Maaf ya, soal semalam. Aku tak bisa menahan diri," lirih Agam pelan membuat Vany menggeleng.

"Itu kan sudah kewajibanku sebagai seorang istri untuk melayani kamu sebagai suamiku."

"Kamu tak mengingkari kesepakatan kita kan?"

"Enggak kok, aku mengerti pernikahan kita bukan seperti pernikahan pada umumnya, tapi hubungan kita ini sah secara agama. Jadi apa yang kita lakukan semalam bukanlah dosa."

"Lalu bagaimana?"

"Bagaimana apa? Jika kamu ingin pergi silahkan saja, aku takkan menahanmu. Hal itu sudah kita sepakati 'kan?"

"Maaf, aku benar-benar harus pergi dan tak bisa melanjutkan pernikahan ini. Sesuaikan kesepakatan kita, aku menikahimu hanya untuk menolongmu dan aku rasa semuanya cukup sampai di sini."

"Iya, aku mengerti. Aku takkan memaksa kamu untuk tinggal di sini. Kamu memberikan rumah ini serta memberikan uang itu sudah lebih dari cukup. Aku bahkan tak enak untuk menerima semua ini, aku sudah merepotkanmu sejak awal dan semakin merepotkan mu. Aku janji jika aku mendapatkan pekerjaan, aku akan menabung dan mengembalikan uangmu."

"Aku memberikan uang itu bukan sebagai pinjaman lagi, kamu tak usah mengembalikannya. Aku sudah mengambil hakku sebagai seorang suami dan aku tak berhak mengambil apa yang sudah aku berikan padamu, itu sudah menjadi hakmu. Jadi, aku rasa sekarang kita tak memiliki hutang apapun satu sama lainnya."

"Baiklah, sebelum pergi sarapan lah dulu. Aku akan membuat sarapan."

"Tak usah, aku saja yang membeli sarapan untuk kita, kamu mandilah."

Vany melihat penampilannya, ia lupa jika ia bahkan belum mandi.

Vany pun hanya mengangguk dan mengambil handuk serta pakaian gantinya, ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri, sedangkan Agam segera keluar dari kamar itu sambil mengambil ponselnya. Ia tak terlalu mengerti tentang kota itu, membuat ia meminta temannya yang bernama Dion.

"Baiklah, aku akan memesan makanan dua porsi untuk kaluan. Oh ya, memangnya siapa gadis itu? Mengapa kamu sampai menyewakan rumah hingga 1 tahun ke depan untuknya?"

"Aku hanya menolongnya. Aku tak sengaja bertemu dengannya di kampung dan dia sedang dalam masalah. Kemarin malam aku tak sengaja menabraknya. Dion, selama dia di sini tolong awasi dia ya, aku tak tahu apakah aku akan kembali dan bertemu dia lagi nantinya. Aku mau membantunya atas dasar pri kemanusiaan saja," ucap Agam membuat Dion mengangguk di seberang sana dan mereka pun mematikan panggilan mereka.

Agam duduk di ruang tamu sambil merapikan barang-barangnya, rumah itu cukup luas. Terdiri dari satu kamar tidur, ruang tamu, dapur yang dirangkaikan dengan ruang makan, sangat cocok untuk satu atau dua orang.

Tak lama kemudian Vany keluar dengan penampilannya yang sudah rapi.

Baru saja Vany keluar dari kamar, seseorang mengetuk pintu. Vany pun keluar dan membukanya, ternyata orang itu adalah pemilik warung yang ada di depan kontrakan itu. Ia mengantar makanan untuk mereka.

"Terima kasih," ucap Vany mengambil bingkisan tersebut.

"Sebentar ya, saya ambil uang dulu," ucap Vany lagi.

"Nggak usah, Mbak. Ini sudah dibayar oleh pak Dion," jawab tukang nasi tersebut.

"Dion?" tanya Vany yang sama sekali tak mengenal orang yang bernama Dion.

"Iya, Dion. Aku yang memesannya dan minta Dion membelikan makanan untuk kita, dia pemilik kontrakan ini. Nanti bertemulah dan berkenalan dengannya, dia tinggal tak jauh dari sini," ucap Agam dari tempat duduknya, membuat Vany pun mengangguk mengerti dan menyiapkan makanan yang baru saja diambilnya dari tukang nasi tersebut. Mereka makan bersama dalam diam, banyak yang ada dalam pikiran Vany begitupun Agam saat ini.

Setelah mereka makan, Vany merapikan sisa makanan mereka. Vany pun kembali duduk di samping Agam.

Lama mereka terdiam hingga Agam pun memulai pembicaraan mereka.

"Ini sudah waktunya aku pergi, aku pamit," ucap Agam yang sudah berdiri dari duduknya membuat Vany ikut berdiri.

Vany hanya mengangguk membuat Agam pun ingin melangkah. Namun, tiba-tiba Vany menghentikannya dengan menarik lengan bajunya.

Agam menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Vany.

"Ada apa?" tanyanya.

"Sebelum pergi tolong ucapkan kata talak untukku, agar tak ada lagi ikatan yang mengikat hubungan kita. Kamu bisa menjalin hubungan dengan siapapun begitupun denganku."

"Iya, kamu benar. Maaf ya, aku tak bisa melanjutkan hubungan ini. Aku tak bermaksud meninggalkanmu setelah mengambil apa yang menjadi sesuatu yang paling berharga untukmu, tapi aku benar-benar tak bisa melanjutkan pernikahan ini. Aku sudah memiliki tunangan dan sebentar lagi kami akan menikah."

"Iya, aku mengerti dan aku sama sekali tak menyesal karena telah memberikan apa yang seharusnya memang aku berikan pada suamiku, walaupun pernikahan kita hanya pernikahan singkat, aku bahagia. Terima kasih atas semua yang telah kau berikan padaku, walau kita belum saling mengenal. Namun, kamu mau membantuku keluar dari semua masalahku. Aku takkan pernah melupakan kebaikanmu, aku tak menuntut untuk pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. Aku ikhlas."

Kata talak pun diucapkan oleh Agam dan mereka kini kembali resmi mengakhiri hubungan mereka. Setelah mengucapkan kata talak, Agam pun pergi meninggalkan Vany untuk kembali ke kediamannya.

Kini Agam kembali ke kehidupannya sebelum ia mengenal Vany, begitupun dengan Vany. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan melupakan semua apa yang terjadi bersama dengan Agam dan akan memulai kehidupannya dari awal di kota ini, di rumah di mana saat ini ia berada. Vany akan mulai mencari pekerjaan dan melupakan semua masa lalunya.

Vany Fabriana, nama lengkap Vany. Vany memutuskan untuk mengganti namanya. Ia hanya akan menggunakan kata Febri untuk kedepannya.

Terpopuler

Comments

sur yati

sur yati

semoga ja banyak dpt pengganti yg lbh dpt kehidupan yg lbh baik Thor

2024-05-15

0

Zainab Ddi

Zainab Ddi

iya memang harus ganti

2024-05-06

0

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

setelah ini pasti Vanny hamil

2023-06-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!