Mencari Kebenaran.

"Ibu, apa Ibu sudah makan?" tanya Agam menatap ibunya sambil menggenggam tanya wanita yang melahirkannya itu.

"Ibu tak lapar, Nak. Ibu ingin menemui ayahmu dulu."

"Ayah baik-baik saja, Bu. Tadi ayah masih belum sadarkan diri, ayo kita makan dulu. Aku tahu Ibu mengkhawatirkan ayah, tapi Ibu juga harus makan."

"Baiklah," ucap Sari yang bisa melihat kekhawatiran putrinya.

"Vany, apa kamu sudah makan?" tanya Agam yang kini melihat ke arah Vany.

"Kalian pergi saja, kami mau pulang dulu nanti kami makan di rumah saja," ucap Vany kini berdiri dan ingin menggendong Adelia, tetapi Agam lebih dulu menggendongnya.

"Kalian juga ikut, ayo kita makan bersama," ucap Agam melihat Vany, membuat Vany pun tak punya pilihan lain selain mengangguk, ia tak lagi bisa bicara, sekarang Adelia sudah ada di gendongan ayahnya.

Mereka menuju ke restoran, saat di mobil Agam memangku Adelia sambil mengemudi dan Vany duduk di jok sampingnya, sementara Sari dan Yana duduk di jok belakang.

Saat di perjalanan, tak ada yang saling bicara di dalam mobil itu. Mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.

Yana sibuk memperhatikan tingkah Vany dan juga Agam yang duduk di depan mereka. Agam terlihat santai memangku Adelia, begitu pun sebaliknya, Adelia terlihat senang bersama dengan Agam. Yana tau siapa saja yang sering bersama dengan Adelia, ia menjaganya sejak kecil dan Agam merupakan orang baru baginya. Namun, mereka terlihat seolah telah bertemu sejak lama. Adelia juga bukan anak yang cepat akrab dengan sembarang orang. Membuat pemandangan di depannya sangat mencurigakan, mendukung wajah mereka yang mirip.

Sementara itu, Vany terlihat tegang dan gelisah. 'Apakah pria itu adalah ayah Adelia?' pikiran Yana.

Begitupun dengan Sari. Ia juga merasa curiga mengapa Agam terlihat begitu menyayangi anak itu, bahkan ia memangkunya sambil berkendara, yang ibunya tau Agam paling tak senang bermain bersama anak-anak, tetepi berbeda dengan kali ini, Agam terlihat menyayangi Adelia dan sesekali mengecup pucuk rambutnya, anak itu juga begitu nyaman di pangkuan Agam.

Sari tersentuh melihat hal itu, ia merasa senang melihat kedekatan mereka. Entah mengapa ia sangat berharap jika Adelia adalah cucunya, melihat kebersamaan mereka yang begitu dekat. Bagaikan seorang ayah dan anaknya.

Sesampainya di restoran, Agam kembali menggendong Adelia berjalan lebih dulu. Akan 4 tahun itu terlihat sangat senang dan terus memeluk leher Agam. Sementara yang lain berjalan dibelakang mereka, masuk ke restoran tersebut.

"Febri, siapa dia?" bisik Yana.

"Nanti aku jelaskan," jawab Vany membuat Yana pun mengangguk.

Saat makan, Agam lagi-lagi menjadi bahan perhatian ketiganya, termasuk Vany.

'Apakah Agam tau jika Adelia adalah putrinya?' batin Vany melihat kedekatan mereka. Ada rasa senang sekaligus takut dihatinya. Senang akhirnya anaknya meresakan kasih sayang seorang ayah. Takut jika agam mengambil Adelia darinya.

Baru saja mereka selesai makan, Agam yang tadinya kembali ingin mengatar mereka pulang tak jadi karena mendapatkan panggilan dari rumah sakit, yqng memgabarkan jika ayahnya telah sadar.

"Maaf aku tak bisa mengantar mu pulang, nggak papa kan kalian pulang dengan taksi?"

"Iya nggak papa, saya pulang dulu, Pak. Semoga pak Sofyan cepat sembuh," ucap Vany.

Mereka pun menghentikan taksi dan pergi dari sana, sementara Agam sendiri dan ibunya langsung menuju ke rumah sakit.

Setelan perjalanan Agam melihat rambut Adelia yang ada di tangannya, ia akan membuktikan terlebih dahulu perkiraannya tentang Adelia dengan melakukan tes DNA. Dengan melakukannya, untuk mendapatkan bukti yang nyata, apakah Adelia adalah putrinya atau bukan, hatinya mengatakan jika Adelia adalah putrinya. Namun, ingin tetap ingin melakukan tes DNA tersebut agar semuanya lebih jelas.

"Agam, sejak kapan kamu mengenal anak itu? Kalian terlihat begitu dekat," tanya Sari begitu mereka sudah sampai di rumah sakit dan berjalan menuju ke kamar ruang perawatan ayah Agam.

"Ibunya karyawan baru di perusahaan dan hari ini aku baru pertama kali bertemu dengan anak itu."

"Baru pertama kali? Tetapi kalian terlihat sangat akrab, terlihat jika kalian sudah sering bertemu."

"Entahlah, Bu. Aku merasa sangat menyayangi anak itu," ucap Agam menghentikan langkahnya dan melihat ke arah ibunya, begitupun ibunya ia juga berhentikan langkahnya dan melihat kearah Agam.

"Bu, aku mau jujur pada Ibu tentang sesuatu yang Agam sembunyikan dari Ibu."

"Apa, Nak?"

"Agam jelaskan saat di ruangan ayah, Agam akan menjelaskan pada Ibu dan ayah sesuatu yang sangat penting," ucap Agam membuat ibunya pun mengangguk kemudian keduanya kembali berjalan menuju ke kamar ruang perawatan pak Sofyan.

Agam melihat ayahnya masih berbaring dan menutup mata. "Ayah. ini Agam," ucap Agam dengan menggenggam tangan ayahnya. Sementara ibunya berdiri di sisi lainnya sambil memegang tangan suaminya.

Pak Sofyan membuka mata dan mengangguk melihat anaknya. Ia menarik garis senyum melihat keduanya.

"Tak usah khawatir. Ayah baik-baik saja," ucap Sofyan walau terdengar lemah. Namun, ucapannya itu sedikit mengurangi rasa khawatir dari Sari.

"Ayah, cepat sembuh. Jangan buat ibu takut," lirih Sari berkaca-kaca.

Sofyan hanya mengangguk sebagai tanggapan ucqpqn Istrinya.

"Agam, apa yang ingin kamu bicarakan dengan ayah dan ibu, Nak?" tanya Sari membuat Sofyan juga melihat ke arah anaknya.

"Ayah, ini cukup mengejutkan. Apa Ayah yakin sanggup untuk mendengar apa yang akan Agam sampaikan?" tanya Agam membuat Sofyan pun kembali mengangguk.

"Katakan, ayah tak selemah itu, Nak," ucapnya mendekap tangan putranya.

"Ayah, Ibu ... Saat 5 tahun yang lalu, Agam tanpa sengaja bertemu dengan seorang wanita sebuah pedesaan. Ia sedang mengalami kesulitan dan meminta bantuan untuk keluar dari masalah keluarganya. Waktu itu dia ingin di nikah kan dengan seorang pria hanya karena pamannya ingin melunasi hutangnya pada pria tersebut."

"Lalu?" tanya Sari penasaran. Pikirannya kata wanita itu tertuju pada Vany.

Agam pun menceritakan semua apa yang terjadi 5 tahun yang lalu pada ayah dan juga ibunya, termasuk pernikahan singkatnya dengan Vany dan ia menyentuh Vany sebelum menyatakan talak.

"Agam, mungkinkah Adelia adalah putri mu?" tanya Sari berbinar senang.

"Putri?" tanya pak Sofyan.

"Iya, Ayah. Ibu baru saja bertemu dengan seorang anak yang sangat mirip dengan Agam. Mereka baru saja pergi. Ibu bertemu di luar saat ayah kritis tadi, anak itu juga baru saja keluar dari rumah sakit."

"Benarkah? Apa dia cucu kita?"

Sari melihat Agam, ia sangat menginginkan jika memang anak itu adalah cucu mereka.

"Ibu, Ibu jangan senang dulu. Takutnya kita salah menduga. Agam akan coba melakukan tes DNA." Agam memperlihatkan rambut yang ada di tangannya.

"Tanpa tes DNA ibu yakin jika Adelia adalah putri, Nak. Bukan kah kamu mengatakan kalian bersama 5 tahun yang lalu dan ibu lihat Adelia baru 4 tahun, itu berarti memang Adelia adalah putrimu."

"Iya, Bu. Jika aku menghitung dari tanggal lahirnya dan kami bersama memang kemungkinan besar Adelia adalah putriku."

"Ayah setuju, lakukan tes DNA agar lebih jelas, setelah itu, jika anak itu memang adalah anakmu bicaralah pada ibu anak itu untuk merawatnya bersama. Anak itu pasti membutuhkan kalian berdua."

"Ayah, Vany yatim piatu yang berasal dari desa kecil. Apa Ayah tak masalah menjadikan Vany sebagai menantu di keluarga kita?"

"Kamu ini bicara apa. Apa ayah pernah mengatakan hal seperti itu. Siapapun wanita itu, jika kamu menyukainya, ayah tak masalah. Ibu dari anakmu itu pasti wanita baik dan kuat. Ia yatim piatu dan mampu membesarkan anakmu seorang diri, walaupun ia tau jika dia bisa memanfaatkan kehadiran anaknya untuk bersamamu, ia tak melakukannya. Ia memilih membesarkan anaknya seorang diri."

"Iya, Ayah. Mungkin dia tak ingin kembali membebaniku. Aku mengatakan jika aku akan menikah sebelum meninggalkannya, dan kami tak akan saling mengungkit apa yang telah terjadi kedepannya."

"Dia pasti berpikir jika kamu sudah menikah dan tak ingin merusak rumah tanggamu."

"Bawa mereka, ayah ingin bertemu." Sofyan merasa semangat hidupnya bertambah lebih besar, saat mengetahui jika saat ini ia sudah memiliki cucu. Sofyan ingin segera sembuh dan bermain bersama dengan cucunya.

Rekomendasi.

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

Alhamdulillah orang tua Agam mau menerima vany

2024-05-06

0

Rahma Inayah

Rahma Inayah

syukurlh ortu agam gk pandang kasta..bs menrima vany

2023-08-07

2

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

syukurlah orang tua Agam mau menerima Vany

2023-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!