Setelah hari itu, Raul sepenuhnya mengabaikan Lana. Jangankan membeli makanan untuk menyuapi Lana seperti menyuapi binatang, saat berpapasan pun Raul pura-pura tidak melihat.
Berulang kali Lana coba mengajaknya bicara, Raul pura-pura tidak mendengar seolah Lana tidak pernah ada sebelumnya.
Tapi yang paling membuat Lana takut adalah ketika dengar kabar dari pelayan bahwa Tuan Besar alias suami Lana, keadaannya sudah membaik.
Rasanya Lana melihat neraka di depan mata sedang melambai-lambai menunggunya.
Ketakutan membuat Lana tak fokus. Sampai-sampai saat mengangkat mangkuk sayur, Lana justru menjatuhkannya.
Tentu saja, Lana dimarahi.
"Kamu kayaknya enggak tenang denger Papanya Raul udah baikan." Begitu ucap Dewi, tepat sasaran. "Yah, kebetulan, Papanya Raul nanyain kamu."
Napas Lana tertahan. Sekarang juga ia mau menangis di sudut kamar, mengacak-acak dirinya sendiri.
Jadi pada akhirnya Raul sudah bosan bermain? Dia memilih mengakhirinya di sini? Dasar jahat. Pria iblis menjengkelkan.
Padahal dia yang bilang akan melindungi Lana, padahal dia bilang akan memastikan pria itu tidak menyentuh Lana, tapi sekarang malah berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Dasar Raul badjingan!
"Permisi, Tante!"
Lana yang tengah sibuk mengutuk Raul juga ikut menoleh saat suara ribut itu terdengar. Tampaknya ada beberapa orang masuk ke rumah mereka.
Tapi Lana terkejut saat sekumpulan tamu itu muncul, Yuda ternyata salah satunya.
Sama seperti Lana, Yuda pun terkejut.
"Loh?" Temannya Raul menunjuk Lana. "Lo bukannya cewek barunya Raul?"
Dewi mengerutkan kening. "Cewek baru? Siapa yang bilang?"
"Raul pernah bawa dia ke kampus, Tan. Kirain mainan barunya Raul."
Lirikan mata Dewi langsung mencapai Lana yang tekesiap. Tapi wanita itu bersikap tenang dan berkata, "Lana pembantu baru di sini. Bukan pacarnya Raul."
"Heeeeh, gitu toh. Pantesan." Mereka menerimanya begitu saja. "Ngomong-ngomong, Tan, Raul-nya ada kan?"
"Naik aja ke atas."
"Oke, Tante."
Yuda menatap Lana beberapa saat sebelum dia ikut pergi, naik bersama teman-temannya.
Ketika mereka sepenuhnya menghilang, Dewi beranjak dari sofa. "Bikinin temennya Raul minuman. Siapin cemilan juga," perintahnya pada Lana.
Yah, Lana setidaknya bersyukur Dewi berbohong soal statusnya. Jadi pembantu masih lebih baik.
*
Semua camilam itu tentu harus Lana bawa ke kamar Raul. Dari depan kamar ia sudah mendengar suara ribut-ribut khas dari sekumpulan laki-laki. Sekalipun tidak ingin, Lana harus membawa semuanya ke dalam.
"Raul," panggil Lana sambil mendorong pintu perlahan. "Aku bawa minuman buat temen kamu."
Mereka semua menoleh, kecuali Raul.
"Wih, enak banget si Anjing punya pembantu manis begini. Beneran gue sangka pacar lo, gilak," celetuk temannya Raul. "Makasih yah, Dek Lana."
Lana lebih fokus mengintip ekspresi Raul. Dia malah sok sibuk dengan handphone-nya, alih-alih melihat Lana.
Tidak. Tidak boleh terus begini. Jika pria itu sungguhan bangun, kehidupan Lana akan hancur berantakan. Dadanya bahkan sudah sesak memikirkan harus melihat pria itu. Apalagi jika nanti benar-benar harus jadi istrinya.
Ia harus memastikan Raul melindunginya, bahkan jika memaksa dia peduli.
"Raul." Lana merangkak mendekati pemuda itu, memegang pahanya sebagai pancingan. "Raul, aku bawa cemilan manis."
Lihat, bukankah dia sangat suka menyuapi Lana camilam manis? Dia bilang Lana menggemaskan saat makan dengan pipi menggembung.
"Raul—"
Tepat saat Lana siap merendah, bahkan di depan teman-teman Raul, tangannya ditarik ke belakang. Memaksa Lana berpaling pada Yuda yang hari ini tak berkacamata.
"Enggak usah ngeliat orang yang enggak minat," ucap Yuda setengah berbisik. "Kenapa lo enggak liat gue aja? Gue juga bisa nyuapin lo makanan."
Teman-teman Raul malah tertawa seolah menikmati persaingan antara dua sahabat mereka untuk seorang pembantu.
"Aku ...." Lana bergumam kebingungan. Tak tahu harus mengatakan apa ketika Yuda mungkin bermaksud membelanya, agar tidak terlihat sangat rendah.
Namun dia salah paham. Lana sengaja melakukan ini agar Raul terhibur. Kalau dia tidak tertarik lagi, pria itu bisa saja sehat satu atau dua hari kemudian.
Ketika Lana tampak kesulitan, Raul tiba-tiba membuka suaranya. Dia berkata, "Lana," sembari tersenyum penuh arti, "kamu sayang aku, kan?"
Lana cengo. Apa yang dikatakan orang gila ini?!
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments